Monday 23 June 2014

Second Award from Blogger Energy

Kali ini gue lagi seneng banget, karna bulan April lalu gue dapet penghargaan “Best Artikel” dari group blogger kreatif Indonesia bernama Blogger Energy. Sebenarnya penghargaan itu enggak “wah” banget sih. Enggak sampai berhadiah Mobil Alphard atau dapet vocer umroh tiga kali berturut-turut. Hadiahnya cuma seonggok pulsa sepuluh rebu. Walaupun hadiahnya enggak menggelegar, tapi gue seneng bisa dapet penghargaan ini. Jujur, bentuk hadiahnya enggak berpengaruh bagi gue, tapi bentuk penghargaannya lah yang sangat berarti bagi gue.
Dengan diberi penghargaan, gue merasa karya sederhana gue ada yang menghargai. Sungguh, enggak ada perasaan yang lebih membahagiakan selain saat kita dihargai oleh orang lain. Ini keren!
Tulisan gue berupa opini gue seandainya gue jadi presiden atau jadi caleg kelak. Memang temanya cuma meminta kita berimajenasi ajah, enggak sulit. Tapi dengan hal sederhana gitu, seenggaknya kita jadi terpancing untuk memikirkan sumbangsih pikiran kita untuk negeri. Ehm, kalian mengerti maksud perkataan gue barusan? Syukurlah kalo mengerti! :-D
Yang mau baca tulisan gue itu, bisa kalian baca di sini.
Intinya, pada tulisan ini gue mau berterimakasih untuk Blogger Energy yang mau menerima gue sampai sejauh ini. Dengan bergabungnya gue di Blogger Energy gue merasa lebih baik. Semangat nulis gue jauh lebih besar dari sebelum bergabung. Kemauan gue untuk membaca tumbuh berkali-kali lipat dari sebelumnya. Gue punya kesempatan untuk berkarya lewat buku antologi Asem Manis Cinta. Sungguh, gue merasa beruntung bisa gabung di group Blogger Energy.

Moga Blogger Energy makin jaya. Melahirkan penulis-penulis dan blogger hebat. Yeah!!
Continue Reading...

Kertas-kertas Kecil


Judul postingan kali ini keren yah? Kesannya puitis abis. Seolah-olah gue bakal menuliskan kata-kata mutiara yang bikin pembacanya migren karna gagal paham apa maksud dari tulisannya. Atau membuat pembacanya ejakulasi dini karna gagal membayangkan setting yang terjadi di puisi tersebut, sehingga mereka membayangkan yang enggak-enggak. Contohnya seperti kata-kata puitis berikut yang dilematis abis, karna susah ditebak apa maksudnya:


Kulari ke hutan kemudian menyanyiku...
Kulari ke pantai kemudian teriakku...

Kulari ke jamban kemudian mengedenku...”


Sebenarnya tulisan gue ini akan jauh dari kata-kata puitis. Bahkan cenderung berantakan dan enggak teratur. Ini adalah sebuah pelajaran untuk kalian supaya enggak tertipu dengan judul yang menarik, menggelitik, atau enerjik seperti di atas. Sama hal nya dengan kehidupan sehari-hari. Kalian juga jangan sampai tertipu oleh wajah yang terlihat cantik karna ditutupi bedak tebal. Mungkin saja sebenarnya wajahnya bolong-bolong kayak aspal jalur pantura. Atau mungkin saja dibalik wajahnya yang cantik, ternyata dia mafia penjual batagor berformalin. Hati-hati!
Baiklah, sejujurnya tulisan gue ini ada kaitannya dengan “kertas” dan “kecil.” Kertas adalah benda yang enggak pernah lepas dari hidup kita. Dari mulai lahir sampai meninggal, semua orang pasti pernah menyentuh, melipat, atau mengrepe-grepe kertas. Gue sendiri sering banget melipat-lipat kertas. Salah satunya kertas yang bergambar wajah mantan gebetan dulu. Gue lipat-lipat kertas itu sampai kecil, lalu gue selipkan di kaki meja, untuk mengganjel meja agar tuh meja tetap berdiri kokoh tanpa bergoyang-goyang. Memang, idealnya kertas bergambar wajah mantan itu dibakar, tapi gue memilih untuk hal yang lebih bermanfaat, sekalipun sekedar jadi pijakan kaki meja. Ini mengandung filosofi tersendiri, bahwa mantan itu harusnya dijadikan pijakan kaki kita, supaya kita bisa meraih percintaan yang lebih gemilang di kemudian hari. Uhuk.
Kata “Kecil.” Saat kecil dulu, imajenasi kita sangat hebat. Bahkan mengalahkan daya hayal para orang dewasa. Saat kecil kita menghayal enggak tanggung-tanggung. Semisal saat kita menghayal menjadi ninja, kita enggak segan-segan beraksi seperti ninja dengan menggunakan topeng dan sebagainya. Saat menghayal menirukan tokoh kartun di tivi, maka enggak segan-segan kita beraksi persis seperti tokoh kartun tersebut. Beda banget dengan cara orang dewasa saat menghayal, palingan mereka cuma senyum-senyum, ketawa kecil, atau terasa basah di selangkangan saat mereka menghayal. Mungkin saat menghayal, dia pipis di celana, jadi celananya basah.
Hayalan masa kecil itu lah yang membuat gue pribadi, menjadi kreatif dengan berbagai hal yang gue temui. Salah satunya kertas. Saat kecil, gue gemar melipat-lipat kertas sehingga membentuk berbagai benda yang gaul dan keren. Itu semua diakibatkan oleh khayalan gue meniru-niru kartun di tivi. Nah jadi, gue mau mebahas kreasi kertas lipat saat gue kecil dulu.
Lipatan kertas gue yang pertama akan dibahas adalah:
Continue Reading...

Tuesday 17 June 2014

Analisis Debat Capres 15 Juni Kemaren



Kali ini gue mau ngomongin debat. Karna baru-baru ini lagi booming tentang debat yang sering tampil di tivi. Itu lho, debat kandidat capres. Masak kamu enggak tahu? Kalo yang enggak tahu, artinya kamu enggak pernah nonton tivi. Kamu pasti anak kost ya? Kalo jarang nonton tivi, mending ikut nimbrung gih sama mamang ojeg yang lagi pada mangkal di pangkalannya. Biasanya di tempat itu banyak menghasilkan informasi yang berbobot dan mencengangkan.
Sebenarnya gue berat untuk membahas tentang debat, karna gue masih trauma. Tahun lalu gue terlibat dalam perdebatan yang sangat pelik, yakni berdebat dengan diri sendiri, antara mau membenci atau tetap berbaik hati pada mantan gebetan yang sudah memporak-porandakan hati gue karna suatu sebab yang dia lakukan. Sungguh, sakitnya tuh disini *nunjuk dada*
Tapi debat antar kandidat capres enggak bakal membuat gue galau deh. Karna memilih capres itu enggak perlu pake perasaan, cukup pake logika. Dengan logika gue bisa menentukan siapa yang sreg untuk gue coblos. Semua itu didasarkan oleh visi misi, karakter, trek rekor, dan siapa orang-orang di belakang capres tersebut. Ini simple!
Coba bayangin kalo milih capres itu pake perasaan, ribet, seperti para cewek yang memilih pacarnya pake perasaan? Bisa-bisa, capres yang baik hatinya namun enggak menarik bakal enggak dipilih dengan alasan “kamu-terlalu-baik-buat-aku.”
Terlepas dari itu semua, gue mau mengulas sedikit acara debat capres yang tanggal 15 juni 2014 kemaren itu yang di tayangkan di Trans7, Metro, TV One, Global. Ulasan gue ini didasarkan akan kemampuan nalar gue yang pas-pasaan. Jadi, enggak bakal gue tulis dengan istilah-istilah asing yang enggak kalian mengerti.
Okeh, kita mulai. Namun sebelum gue memulai, jangan ada yang bertepuk tangan sebelum gue persilahkan yaa! Kecuali, nepuk-nepuk manja bahu pacarnya, itu boleh.
Continue Reading...

Sunday 15 June 2014

Special Girl, Special Day, Special Stuffs



“Kak, kakak suka wanra apah?” tanya Silvi sesaat setelah keluar dari jamban SPBU.
“Ehm, emang kenapa nanya?” jawab gue sambil nyengir.
“E—nggak papah. Nanya ajah. Enggak bole? Jawab!” tiba-tiba Silvi jadi ketus.
Biasanya kalo cewek mendadak ketus begini, kemungkinan besar dia sedang PMS atau lagi... ehm, iya ituh, lagi PMS. Daripada nanti Silvi perlahan berubah jadi ganas dan ngamuk-ngamuk karna enggak dijawab pertanyaannya, lebih baik gue langsung memberi tahu dia warna kesukaan gue.
“C—coklat,” jawab gue tertunduk lesu sambil melintirin ujung kaos. Semoga jawaban gue ini membuat Silvi puas, sehingga dia batal bete.
“O gitu.... Kalo warna biru muda kayak tas Silvi gini suka enggak?” Kata Silvi sambil menunjukan tas gembloknya.
“S-suka. Bagus!” mata gue memerhatikan warna biru muda ngejreng di tasnya. Memang, warna itu bagus. Gue sih suka-suka ajah.
“Syukur, deh, hihi,” sambil nyengir, Silvi beranjak naik motor untuk gue bonceng pulang.
  Sore itu, gue mengantarkan Silvi ke rumahnya. Kami habis berkelana, menyusuri tempat pariwisata di daerah Kuningan. Jalan-jalan gituh! Di perjalanan pulang, tiba-tiba Silvi merintih pengen pipis. Karna enggak tega kalo denger rintihan perempuan, akhirnya gue mengantarkan dia ke SPBU terdekat untuk menuntaskan hasratnnya pengen pipis daripada nanti bocor di jalan, bisa-bisa jok gue jadi korbannya.
Akhirnya terciptalah percakapan di atas, di SPBU tersebut.
Sepanjang perjalanan, gue telaah kembali maksud Silvi menanyakan warna kesukaan gue. Gue kait-kaitkan pertanyaan Silvi dengan fenomena alam yang terjadi belakangan ini, seperti kampanye hitam antar timses masing-masing capres dan cawapres belakangan ini. Namun, gue gagal menemukan benang merah antara pertanyaan Silvi dengan fenomena alam tersebut. Sepertinya gue memang salah mengambil sempel fenomena alam tersebut sebagai perbandingan.
Pada akhirnya gue sadar, bahwa Silvi menanyakan begitu karna dia ingin memberi kejutan di hari ulang tahun gue. Setelah agak lama, gue sadar, bahwa saat itu, hari ulang tahun gue tinggal menghitung hari. Wah, gue yakin, pasti Silvi mau memberikan kado yang berwarna seperti tasnya, yakni biru muda cerah.
“Ohh, kamu emang mau ngasih apa, sampe nanya warna segala? Repot-repot. Enggak usah! Hehe” sambil cengengesan, gue menebak.
“Siapa juga yang mau ngasih. Enggak tuh!” jawab Silvi dengan juteknya.
Ah, palingan Silvi cuma pura-pura doang bilang begitu. Pasti dia menyembunyikan maksud tersiratnya untuk memberi kejutan kado ke gue. Pasti!
Gue coba menebak-nebak barang apa yang kiranya bakal Silvi berikan. Satu-persatu gue bayangkan benda apa saja yang biasanya berwarna biru muda cerah. Gue menduga, sesuatu yang berwarna biru cerah itu enggak jauh-jauh dari... sendal swallow dan celana dalem. Wah, Silvi mau mengkadoi gue sendal dan celana dalem? Keren! Memang sih, gue enggak punya sendal jepit yang memadai. Kondisinya sudah sangat tipis, dan hampir putus. Begitu juga celana dalem gue, satu-persatu mereka gugur dengan kondisi bolong-bolong di bagian depan dan belakangnya serta karetnya yang sudah pada kendor. Gue prihatin!
“Ah kamu pura-pura! Hahahaa,” tawa gue memecah suasana.
“UDAH, NYETIR YANG BENER!” gue ditoyor dari belakang.

Continue Reading...

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter