Sunday 31 December 2017

2017 yang Unyu



Tahun 2017 akan berakhir dalam hitungan jam. Semuanya terasa singkat. Padahal baru tahun lalu gue melewati pergantian tahun 2016 ke 2017 di Pulau Nias. Kini gue akan mengalami pergantian tahun lagi. Namun di Pulau Jawa.

Gue kembali mengingat apa saja yang gue lakukan sepanjang tahun 2017 ini. Kayaknya gue masih banyak dosa di tahun ini. Masih banyak kesalahan yang perlu gue perbaiki di tahun kedepan. Masih suka kepancing untuk ngomongin temen di belakang. Masih suka bikin nyokap cemberut bete. Dan masih belum konsisten ibadah dengan baik.

Gue juga belum merasa ada prestasi apa-apa yang bisa gue banggakan. Belum bisa tampil di tivi jadi peserta Dangdut Academy.

Namun ada satu capaian yang membuat gue bersukur. Karna capaian ini digapai tidak mudah bagi gue pribadi. Gue beruntung bisa ikut dalam program SM-3T. Kepanjangannya: Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Ini adalah program pemerintah yang menugaskan guru untuk mengajar di daerah terpencil di pelosok Indonesia. Sungguh program yang kece!

Tiap tahun program ini banyak peminatnya. Tembus sampai lebih dari 90.000 pelamar. Namun kuota yang disediakan enggak sampai sebanyak itu. Cuma 1/3-nya. Dan gue beruntung bisa termasuk dalam 1/3 bagian itu.

Dengan program ini, mata gue terbuka. Pendidikan di Indonesia sungguh timpang banget. Bertugas di Nias Selatan, gue menemui siswa yang masih belum bisa berbahasa Indonesia. Sehari-hari dia berkomunikasi pakai bahasa daerah. Gue jadi bingung sendiri ngajar ni bocah. Sampai-sampai gue meminta salah seorang temannya yang bisa berbahasa Indonesia untuk menjadi penerjemah gue.

Di sisi lain gue heran, tiap kurun waktu tertentu, pemeintah merubah kurikulum. Padahal masalah  mendasar pendidikan Indonesia adalah di pemerataannya. Enggak ada yang salah menurut gue dengan kurikulum pendidikan Indonesia. Kurikulum kita udah kece banget. Yang salah justru ketimpangan pendidikan. Gue berharap pemerintah menguras energi berpikir mereka untuk meratakan pendidikan, bukan untuk merubah-ubah kurikulum pendidikan. Walaupun menurut gue kurikulum juga penting banget.

Dan masalah yang dihadapi siswa di pelosok juga mengenai insfrastruktur. Kondisi jalan di tempat gue mengajar: desa Boronadu, Nias Selatan, bener-bener kacau. Jalan penghubung antar desa cuma terbuat dari batu kali yang di susun. Iya beneran. Batu kali. Batu gede-gede yang biasa dipake untuk pondasi bangunan. Kebayang enggak tuh naik motor lewat jalan yang tersusun dari batu kali gede begitu. Udah gitu jalannya naik turun curam, khas perbukitan. Jalanan kayak gitu sungguh menguras fisik. Menghancurkan badan. Bahkan Valentino Rossi kalo tiap hari bawa motor di jalan begitu bisa turun berok tuh gue yakin.
Continue Reading...

Saturday 2 December 2017

Kriteria Mantu Idaman Nyokap





Lelaki tulen yang sudah menginjak usia 24 mungkin akan mengalami kejadian ditanyain kapan nikah sama orang tuanya. Karna biasanya umur 24 itu rawan. Temen-temen nyokap pasti ada yang udah nimang cucu. Jadi wajar kalo doi nanya ke anaknya kapan nikah. Karna dia juga pengen nimang cucu kayak temen-temennya.

Begitu juga gue sebagai lelaki 100% tulen yang sudah berusia 24. Namun yang nyokap gue lakukan bukan sekedar nanyain kapan gue akan menikah, namun nyokap langsung meminta kriteria menantu yang ia inginkan.

Padahal gue udah suka sama cewek. Sebut aja namanya Ima Maulidya Azwari, anaknya ibu hajah Neneng. Nama panjangnya itu bukan nama sebenarnya ya guys. Gue uda cukup lama naksir sama si Ima. Dari semenjak Negara Api menyerang. Udah lama banget kan! Ima ini Cewek Sunda asli. Logat Sundanya juga kental. Lembut jadinya. Dia tinggal enggak jauh dari tempat tinggal gue.

Mangkanya tiap nyokap menyebut kriteria menantu yang ia idamkan, gue selalu kepikiran Ima. Apakah Ima sesuai dengan kriteria nyokap, atau enggak.

Nah, ini lah kriteria menantu idaman nyokap gue.

Continue Reading...

Friday 24 November 2017

Jomblo Selektif





Gue dikenal sebagai jomblo mengenaskan sama temen-temen gue di kampus. Citra gue rusak di mata mereka. Pokoknya tiap gue kumpul bareng mereka, kesannya gue yang paling ngenes. Kesepian, enggak punya pacar. Gagal terus tiap menggebet.

Memang sih gue ini jomblo. Kejombloan gue sudah menahun. Bahkan dari lahir sampe sudah bisa bikin cewek lahiran gini, gue cuma satu kali punya pacar. Namun gue jomblo bukan karna enggak laku. Tapi gue jomblo karna selektif memilih pasangan.

Gini-gini gue pernah nolak cewek SEBELUM dia nembak gue. Gue juga pernah nolak cewek SAAT dia nembak gue. Dan terakhir, ini paling absurd, gue pernah menolak untuk jadi SELINGKUHAN. Beuh!

Jadi ceritanya begini.

Semester awal kuliah

Continue Reading...

Thursday 16 November 2017

Aku Memang Gila



Sore itu, kita berkendara di bawah langit mendung
Udara mulai lembab
Bulir air jatuh sedikit-demi sedikit dari langit
Cahaya matahari mulai meredup di ufuk barat

Aku membelokan kaca sepion sebelah kiri
Melihat pantulan wajahmu di dalamnya
Wajah yang teduh dibalut kerudung abu mancung

Kau menoleh, membalas tatapanku di dalam kaca sepion itu
Sesaat kemudian kau getarkan hatiku dengan senyum tipis
Senyum tipis yang manis

Continue Reading...

Thursday 9 November 2017

Ketika Cewek jadi Wasit Bola



Kemarin gue lihat berita olahraga di TV, dan salah satu segmennya membahas profil seorang wasit sepakbola wanita asal German. Namanya Bibiana Steinhaus. Gue langsung kebayang gitu, seorang cewek dengan segala keribetannya, harus memimpin pertandingan sepakbola. Menurut gue ini enggak gampang, Cuy. Dan pikiran gue mulai berfikir yang macem-macem. Bakalan banyak hal absurd yang terjadi di lapangan seandainya sepakbola dipimpin oleh seorang wasit perempuan.

Dan berikut keabsurdan yang bakal terjadi kalo wasit perempuan memimpin pertandingan sepakbola:

Continue Reading...

Friday 3 November 2017

Balada Cinta Anak Pelosok



Tahun 2016 lalu gue jadi guru bantu dari pusat untuk mengajar di daerah pedalaman Indonesia. Gue ditugaskan di Pulau Nias. Tepatnya di pedalaman Kabupaten Nias Selatan, Kecamatan Boronadu. Gue mengajar di salah satu SMP.

Anak SMP di sini kelakuannya masih kayak anak SD. Udah SMP masih main kejar-kejaran. Udah gitu kalo ketangkep sama temennya, nangis. Udah nangis ngadunya ke guru. Cemen! Kayak gue waktu dulu ajah. Namun gue enggak menyangka juga, di balik kelakuan mereka yang kayak anak SD, mereka mulai tumbuh dewasa. Mereka mulai pacar-pacaran.

Gue bingung ngebayangin gimana anak pedalaman gini saat pacaran. Ini bentuk pacarannya kayak gimana coba? Kalo anak kota kan asik gitu. Pulang sekolah janjian jalan bareng, nonton ke bioskop. Atau bisa juga janjian ketemu di taman deket sekolah, nongkrong di sana sampe magrib sampe dicariin orang tuanya dikira hilang.

Lah, anak pedalaman gimana? Di sini enggak ada bioskop. Cuma bisa nonton tivi. Itu juga pake genset karna listrik belum ada.

FYI, orang di sini kalo nonton tipi ada jadwalnya, yakni tiap jam 8 malem. Yang ditonton sinetron alay. Itu juga nontonnya bareng-bareng di rumah warga yang punya tivi. Karna di sini cuma sedikit warga yang punya genset untuk nonton tivi. Cuma orang yang sanggup beli bensin 20 rebu tiap malem yang punya tivi di rumah. Mangkanya, punya tivi di rumah aja sudah dianggap kaya oleh warga di sini.

Karna di sini enggak ada bioskop, mungkin bocah SMP jadinya janjian nonton sinetron bareng di rumah tetangga.

Continue Reading...

Monday 30 October 2017

Teruntuk Kamu, Aku Berharap





Malam yang basah
Kau dan aku duduk berdampingan
Di pinggir jalan yang bising dengan kendaraan
Berlindung dari titik-titik hujan

Dari sudut mata, aku memerhatikanmu lamat-lamat
Tatapan teduhmu membuat hatiku hangat, di tengah malam yang dingin lembab
Deru nafasmu menahan dinginnya udara malam
Menjadi alunan yang sangat menyenangkan untuk didengar

Continue Reading...

Sunday 29 October 2017

Cecep’s Story


Di sebuah dunia yang fana ini, hiduplah segumpal lelaki kusut bernama Cecep. Tubuhnya jangkung, agak sedikit membungkuk posturnya. Rambutnya ikal. Hidung melebar. Wajahnya bundar. Perutnya bulat mencuat. Cecep tinggal di sebuah desa pelosok di Garut Jawa Barat. Ia berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Ibunya seorang ibu rumah tangga, dan ayahnya seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan konveksi dengan penghasilan biasa-biasa saja. terkadang harus pinjam uang ke kerabat atau menggadaikan perhiasan ke pegadaian untuk memenuhi kebutuhan mendesak seperti biaya sekolah dan kuliah cecep beserta dua adiknya.

Cecep baru saja lulus SMA. Cecep lulus dengan nilai biasa saja. Namun dengan nilainya yang pas-pasan Cecep berniat melanjutkan ke perguruan tinggi negeri terkemuka. Namun Allah berkehendak lain. Ia gagal test SNMPTN Undangan sehingga banting setir masuk ke perguruan tinggi swasta enggak terkenal di Garut. Sebuah Univ swasta yang membuat cecep minder saat orang tanya, “Kuliah dimana?”

Cecep jawab, “Di Universitas Swasta Biasa Aja.”

Dan orang selalu menanggapi dengan, “Hah? Itu dimana yah? Kok belum pernah denger. Kampus Ilegal yah?”

Continue Reading...

Saturday 28 October 2017

Sumpah Pemuda Jaman Now

Sebagai pemuda, pada Hari Sumpah pemuda di tanggal 28 Oktober ini, gue merasa terpanggil. Secara gue ini seorang pemuda, ya walaupun gue sering dipanggil “Bapak,” bahkan “Om.” Di Indomaret, gue ditanya, “Ada kartu Indomaretnya, PAK?” Di toko ikan gue dibilang, “Cupang yang ini bagus, OM!”

Di situ gue merasa menjadi pemuda lanjut usia.

Gue ngerasa kita sebagai pemuda bangsa harus berbuat sesuatu untuk negeri ini. Terutama di Hari Sumpah Pemuda ini, renungkan lah kita sebagai pemuda. Karna menurut gue negeri ini udah nyaris bobrok. Korupsi dimana-mana. Dari tingkat tinggi mentri, sampai tingkat cetek, kepala desa. Seolah korupsi sudah menjadi budaya di Indonesia. Instansi antar pemerintah saling melemahkan. Saling serang. Mobil dinas kesenggol dikit aja langsung angkat senjata. Gue sedih melihat ini.

Enggak lama lagi, kita generasi pemuda penerus bangsa akan mengambil alih negara ini. Bapak-bapak kita akan segera lengser. Pensiun dari jabatannya dalam negeri ini. Gue berharap, kita akan menjadi penerus generasi yang lebih baik dari sebelumnya. Terutama kita para generasi 90-an.

Continue Reading...

Friday 29 September 2017

Pemalu




Hallo. Assalamualaikum. Kenalin gue Yoga. Gue ini guru dan gue orangnya pemalu.

Jadi orang pemalu tuh enggak enak. Mau kenalan malu, mau ngobrol malu, mau kentut malu. Gue pernah lagi berada di tengah orang-orang, dan suasananya hening banget. Terus tiba-tiba gue mau kentut. Mau gue keluarin malu, takut ketahuan. Gue tahan enggak enak. Akhirnya gue tahan dan terus tahan sampai akhirnya malah gue nyaris cepirit.

Ngeliat diri sendiri di depan cermin aja gue malu. Malu menyadari wajah gue yang enggak ganteng-ganteng amat.

Continue Reading...

Sunday 24 September 2017

Pemeran Utama


Mungkin kamu sudah lupa saat kita beriringan menuju rumah. Lebih tepatnya, aku yang sedikit membuntutimu sepanjang jalan ke rumah. Kita sama-sama berada diatas motor, motor yang berbeda. Kau melaju sendiri di depan dengan skuter metik mu. Aku beberapa meter di belakang menunggangi motor bebek jadul andalanku.

Dari balik helm, kerudungmu melambai terhempas angin. Aku menatap lamat-lamat dirimu dari belakang. Saat itu Waktu seakan berjalan lebih lambat. Namun detak jantungku entah mengapa berdebar lebih cepat. Entah mengapa. Entah mengapa? Ah, tentu bukan ‘entah mengapa.’ Bukan tanpa sebab. Jelas ada sebab. Sebab yang sudah sejak lama ada.

Sepanjang jalan aku memerhatikanmu. Seakan mata ini tidak pernah berkedip. Tak mau kamu luput sedetik pun dari pandanganku. Ah, ini mungkin terlalu berebihan. Namun semakin lama, semakin tak karuan jantungku memandangimu.
Padahal ini baru berada jauh beberapa meter di belakangmu. Di belakang yang mungkin kau tak akan tahu.

Bagaimana jantungku nanti kalau aku di dekatmu, didepanmu, di dalam cerita hidupmu dan menjadi pemeran utama di dalamnya. Pemeran utama?

Ah, apa lagi ini.

Yah, itulah sebab yang membuat jantungku tidak karuan. Sebab yang telah ada lama.  Sebab yang selalu kunikmati tiap berada di dekatmu. Eh bukan, bukan di dekatmu, namun agak jauh darimu, dari belakangmu, dari tempat yang mungkin kamu tidak tahu.

Namun apa mungkin sosok yang selalu jauh berada di belakangmu dan tersembunyi ini bisa menjadi pemeran utama dalam cerita hidupmu. Apakah mungkin aku menjadi pemeran utama itu?
Continue Reading...

Tuesday 19 September 2017

Home Sweet Home




Setelah satu tahun terdampar di negeri antah berantah, akhirnya gue kembali pulang ke rumah. Gue kembali menghirup udara pekarangan kota. Kembali bobo di atas kasur kesayangan. Kembali pup di jamban rumah yang paling nyaman. Rasanya bahagiaa banget.

Jadi gini, gue baru saja melakasanakn tugas sebagai guru yang diutus mengajar di tempat terpencil di Indonesia. Gue bertguas di pedalaman Pulau Nias, Provinsi Sumatra Utara. Di sana keadaannya sangat terpencil. Akses susah, jalan hancur, listrik belum ada, Indomaret hanya mitos.

Gue cukup syok harus tinggal di tempat itu selama setahun. Bayangin aja gue terbiasa tinggal di tempat yang cukup maju. Fasilitas lengkap. Jalanan mulus kayak pipi Isyana. Listrik selalu ada, Indomaret bertebaran di mana-mana, bahkan banyaknya ngelebihin banyak warung tradisional di tempat gue. Gegara Indomaret dimana-mana, sampe beli masako doang gue pergi ke Indomaret. Namun gue harus meninggalkan fasilitas serba lengkap itu dan tinggal di tempat yang terpencil.

Continue Reading...

Thursday 3 August 2017

Keluar dari Zona Nyaman is Bullshit





Sering banget gue denger dan baca motivasi yang mengatakan bahwa kita harus keluar dari zona nyaman. Kalo kita terus-terusan berada di zona nyaman, kita enggak akan ada kemajuan. Hidup kita stuck, gitu-gitu ajah. Enggak lulus-lulus kuliah, nganggur terus, jomblo teruss. #eh

Awalnya gue berfikir ini betul banget. Orang yang hidup gitu-gitu aja dan taraf penghasilannya gitu-gitu aja harus disugesti untuk berani keluar dari zona nyaman agar mencapai taraf hidup yang lebih tinggi. Namun belakangan gue mikir, pepatah itu enggak sepenuhnya benar. Justru yang membuat seseorang mau keluar dari zonanya bukan karna mau keluar dari zona nyamannya. Tapi zona nyamannya itu berubah menjadi enggak nyaman, dan membuat dia ingin keluar mencari zona yang lebih nyaman.

Soalnya ngapain gitu orang mau pindah kalau dia udah nyaman di situ. Gue ajah udah nyaman sama dia enggak pernah mau ke yang lain. Eh tapi malah dianya yang balikan sama mantannya. Dan ngilang entah kemana. Tuh malah gue curhat begini. Maaf terbawa suasana.

Supaya lebih jelas apa yang gue maksud, gini deh.

Contohnya ada cowok bernama Jun. Nama panjangnya Junaedi. Jun punya bisnis cilok terbesar di daerah Cirebon. Omzetnya sampai sepuluh juta perhari. Dengan omzetnya yang besar, dia bisa beli Samsung S4 tiap hari. Bisa umroh sebulan dua kali. Bisa jadi sponsor acara Inbox. Jun sangat menikmati kejayaan ini. Jun berada dalam zona nyamannya sekarang. Tanpa orang-orang tahu Jun memulai bisnisnya dengan susah payah.

Jun memulai bisnisnya dengan gerobak cilok bekas yang dipinjamkan mantan pacarnya. Nama panggilannya Pupu. Nama panjangnnya Maspuah. Si Pupu tukang jualan rongsok. Kebetulan ada gerobak bekas, terus Jun menyewanya dengan jaminan kalau sebulan Jun belum mampu membayar sewanya, Pupu mengancam akan menyebarkan foto mesum mereka berdua saat pacaran sehingga Jun malu.

Namun Jun enggak patah semangat. Dengan semangat sukses dan semangat agar foto mesumnya enggak disebar, Jun bersungguh-sungguh jualan cilok. Jun terus berinovasi dengan ciloknnya. Dimulai dengan melabeli ciloknya dengan nama fenomenal, yakni Cilok Drible (dibaca: cilok dribel). Kemudian Jun melanjutkan dengan berinovasi membuat cilok rasa kaldu ayam, kemudian berkembang menjadi rasa rendang, dan terakhir menjadi rasa sayang sama mantan tapi gengsi mengakuinya.

Akhirnya Jun sukses menjadi pebisnis cilok. Tiap hari uang mengalir ke sakunya. Namun, perlahan Jun merasa jenuh. Rutinitas sehari-harinya cuma nerima duit sepuluh juta, enggak ada yang dipikirin. Padahal dia pengen gitu pusing mikirin bisnis ciloknya.

Lama-kelamaan Jun merasa enggak nyaman dengan hidup yang flat aja. Akhirnya, zona nyaman yang selama ia tinggali berubah jadi zona yang enggak nyaman. Jun mulai mencari-cari tantangan baru.

Jun memberanikan diri keluar dari zona enggak nyamannya. Dia mencari zona nyaman yang dia inginkan, yakni tantangan baru membuka gerai Cilok Drible di luar kota. Bermula dari satu gerai cilok di Bandung. Di bandung Jun punya banyak saingan. Jun terus memikirkan cara agar Cilok Drible-nya diterima masyarakaat luas. Seharian Jun ngelamun di jamban nyari inspirasi. Kepala Jun sampai pusing dan harus dikompres foto Pupus. Kenapa dikompres pake foto Pupu bukan pakai es batu? Karna sikap Pupus lebih dingin dari es batu.

Walaupun menderita, tapi inilah yang Jun inginkan. Hidupnya kini enggak flat. Dia disibukkan dengan gerai baru Cilok Drible di Bandung. Jun kini berada di zona nyamannya. Dia senang dengan tantangan.

Setelah bersusah payah, Cilok Drible akhirnya terkenal seantero Bandung. Omzet Jun naik tiga kali liat. Kini Jun bisa beli Honda CBR 250 setiap hari. Jun bisa minta beking supaya kalau ada pedagang cilok lain mengancam usaha Jun, mereka bisa diciduk dengan tuduhan mengoplos cilok atau menjual cilok murah dengan harga premium.

Contoh lainnya si Udin. Sehari-hari Udin kerja sebagai guru honorer di daerahnya. Pendapatannya ala kadarnya. Dia merasa nyaman karna kerjanya santai. Enggak ada tekanan. Dia nyaman dengan zonanya. Namun suatu saat orangtuanya membandingkan dia dengan anak tetangga.

Nyokapnya bilang, “Tuh lihat si Jun. Sukses jualan Cilok Drible padahal awalnya cuma punya gerobak rongsok. Kamu kapan bisa merantau sukses kayak dia?”

Lama kelamaan Udin merasa enggak nyaman diomongin gitu terus. Akhirnya udin memutuskan untuk pindah merantau ke luar negeri. Udin memilih pergi dari zona yang udah enggak lagi nyaman. Kini Udin ada di zona baru. Di kehidupan baru. Dia merantau ke Somalia, bergabung dengan Klub Perompak Kapal Internasional (International Pirates Club). Untuk bergabung dengan tim mereka, sangat enggak gampang. Udin diospek sampe hampir mati. Walau di kehidupannya yang baru ini Udin mendapat tekanan, setidaknya zona ini terasa lebih nyaman daripada di zonanya yang dulu harus diomongin orang tua untuk pergi merantau.

Contohnya lagi gue.

Gue dulu merasa nyaman di kehidupan lulus kuliah, pikiran bebas, enggak mikirin tugas lagi. Bisa santai-santai di rumah nonton FTV, dan kartun di Global TV sepuasnya. Bisa tidur seharian sepuasnya tanpa mikirin jadwal kuliah kayak sebelumnya. Wah, gue lega banget semenjak lulus kuliah. Gue juga dapet kerja yang jadwalnya nyantai. Enggak harus masuk setiap hari. Gajih lumayan dapet buat beli kuota.

Namun gue merasa bosan. Zona ini enggak lagi nyaman. Rutinitas gue gitu-gitu terus. Sampai suatu saat gue memutuskan utnuk mencari zona yang lebih nyaman. Gue ikutan SM-3T. Yaitu program guru yang mengajar di tempat pelosok dan terpencil Indonesia selama satu tahun. Gue nekad ikut program ini. Padahal gue belum pernah yang namanya jauh dari rumah. Tapi gue nekad. Alhamdulillah gue akhirnya berhasil lolos dan ditempatkan di Nias. Gue emang enggak pernah main jauh dari rumah, eh sekalinya main malah kejauhan sampe ke Nias.

Hidup di pedalaman Nias enggak pernah gampang. Banyak rintangan di dalamnya. Dari mulai suku dan agama penduduk yang sangat jauh beda dari yang gue punya sehingga menuntut adaptasi tinggi, sampai kondisi daerah yang tanpa listrik, jalan hancur, sinyal jelek, air susah. Namun, dibalik kesulitan ini, gue merasa nyaman. Ini lebih baik daripada tiap hari tidur di rumah, nonton FTV enggak mutu. Dibalik kesulitan ini, gue merasa inilah zona nyaman gue. Terlebih gue di sini enggak sendirian. Banyak teman-teman sesama guru SM-3T yang sama-sama tugas di sini. Gue merasa ada yang menemani. Terutama teman-teman sekamar gue ini yang sudah tidur bareng bertiga hampir lebih dari sebulan lamanya menanti penjemputan di kota, membuat gue merasa lebih nyaman.



So, sudah cukup jelas di sini, bahwa kata, “Keluarlah dari zona nyaman,” harus diganti. Justru harusnya begini, “Carilah zona ternyaman kamu!”

Mari kita tinggalkan zona enggak nyaman kita. Mari berjuang mengapai zona paling nyaman dalam hidup kita. Walaupun zona itu sulit, keras, menyakitkan, tapi harus kita ingat. Inilah zona nyaman kita. Zona yang kita harus perjuangkan. Nikmatilah sesulit dan sesakit apapun yang kita rasakan. Jangan gentar!

Oke, sekian tulisan gue kali ini. Tetap semangat, tetap ceria, tetap percaya jodoh itu pasti ada. #eh


Love you...
Continue Reading...

Friday 21 July 2017

Alasan Mahasiswa Memilih Gondrong




Kuliah adalah waktu yang dinanti-nanti oleh anak SMA. Salah satu alasannya karena kuliah lebih terasa bebas daripada SMA. Selama di SMA, enggak masuk tanpa keterangan tiga hari beruntun aja orang tua dipanggil ke sekolah. Ketika menjadi mahasiswa, mau masuk cuma satu kali satu semester juga bebas. Palingan menjelang masa ujian semester nama lo enggak ada di daftar peserta ujian. Bukan cuma itu kebebasan yang dirasakan mahasiswa. Kebebasan yang paling penting dan hakiki tuh bebas dalam penampilan.

Continue Reading...

Sunday 9 July 2017

Kenapa Memilihku?


Aku tak lagi merasakan lunglai di tubuhku. Semua rasa lelah yang ku rasakan setelah mengajar di kampus hilang saat aku menginjakkan kaki di rumah. Terutama saat langkah kaki pertamaku memasuki kamarku dan istriku. Ini adalah rumah yang sebenarnya. Rumah tempatku kembali dari penat. Tempat dimana sumber kebahagiaanku berasal.

Malam itu aku tidur menyamping, menghadap ke kanan. Wajah Rani tepat di hapanku. Wajah yang segar, manis, cantik. Tak pernah berubah dari saat pertama kali aku menatapnya sedekat ini, tujuh tahun lalu. Ya baiklah, perubahannya hanya sedikit. Sedikit lebih tembam.

Kang, apa alasan akang memilihku?” tiba-tiba Rani bersua. Ia tersenyum malu-malu. Ah, hatiku selalu lumpuh tiap menatap raut wajahnya seperti ini.

Tangan kiriku melayang, membelai rambutnya. Lalu turun sedikit. Ibu jariku mengelus-eleus tulang pipinya. “Karna aku butuh didampingi kamu dalam hidupku,” ucapku.

Senyum Rani melebar. Tangannya memainkan kaus yang ku pakai. Pandangannya merunduk. Aku tahu, itu tandanya Rani sedang salah tingkah.

“Lalu, kenapa kamu mau menerimaku, di saat banyak lelaki yang mengejarmu?” tanyaku balik. Tangan kiriku beralih, menggenggam jemarinya. Tangan kananku ku tekuk, kujadikan alas kepalaku, walau bantal sudah mengalasi kepalaku.

Continue Reading...

The Dead City


3 Januari 2023.

Dua cangkir kopi mengepul di hadapan kami. Yang satu kopi moka, sedangkan yang lainnya kopi hitam. Aku memilih kopi hitam. Rasanya lebih nikmat dibandingkan kopi yang dicampur krim atau kopi. Rasa pahitnya begitu nikmat tanpa gula. Begitu kehidupan ini yang begitu pahit tanpa gula.

“Jakarta akan menjadi kota mati,” ucap Profesor Jeki. Ia adalah peneliti dan juga ahli geografi. Di usianya yang kini sudah mencapai delapan puluh tahun, ia tetap bekerja sebagai peneliti handal. Dedikasinya dalam dunia geografi dan pemerintahan tidak pernah surut. Mungkin hanya ajal yang menghentikan ia dari penelitan-penelitiannya.

“Apa karna ibu kota kini sudah pindah ke Palangkaraya, anda menganggapnya Jakarta akan mati?” tanyaku heran.

Profesor Jeki hanya terdiam. Ia memajukan posisi duduknya. Lengannya bergerak menggapai secangkir kopi moka yang menurutku kemanisan. Di usia senjanya ia masih sehat. Padahal manusia seumurannya pasti sudah kena diabetes.

“Slurpp... Ah, Manis,” ucapnya seraya meminum kopi. Ia belum menjawab apa pertanyaanku. Dari duduknya ia bangkit. Menuju lemari besi yang berisi berkas-berkas penting. Ia mengambil sesuatu kertas dari tempat yang tersembunyi. Sebuah kertas yang sebesar kertas koran. Ia menunjukan kepadaku. “Coba kamu lihat!”

Aku perhatikan dengan seksama gambar di hadapanku. Sebuah hasil riset komputer yang menunjukan aktivitas tidak wajar di dalam tanah Jakarta. Suhu di dalamnya berubah-ubah drastis. Peta pergerakan angin di permukaannya pun memiliki pola yang tidak wajar. “Aneh sekali Prof. Kenapa Jakarta bisa seperti ini?” tanyaku.

“Ini pengaruh yang timbul dari radiasi luar angkasa yang memapar Jakarta.”

“M-maksudnya? Kenapa bisa?” aku tertarik dengan pembahasan ini.

“Mereka akan datang. Dan kini Jakarta yang menjadi sasarannya,” ucap Profesor sambil meminum kopi moka yang kemanisan itu.

“Mereka siapa?”

“Alien.”

Continue Reading...

Friday 7 July 2017

Tips Jitu Memilih Pasangan Hidup




Manusia adalah makhluk sosial. Karna itu mereka butuh manusia lain dalam menunjang kehidupannya. Contohnya dari hal kecil seperti upload foto di instagram. Manusia butuh orang lain untuk fotoin dia lagi berpose. Temen gue si Cucu, minta gue fotoin dia lagi bergaya di pinggir pantai. Sampe tangan gue keram karna dia minta foto puluhan kali. Dia enggak pernah merasa puas dengan hasil jepretan gue dan selalu ngerasa pipinya terlalu gendut. Gue harus nyari angle yang sempurna demi menyembunyikan buntelan lemak di pipi Cucu.

Begitu juga dengan hal lain. Manusia butuh keluarga sebagai tempat berinteraksi pertama kali, butuh teman untuk berbagi, dan juga butuh pasangan hidup untuk berkembang biak. Poin terakhir adalah yang paling penting.

Continue Reading...

Wednesday 5 July 2017

Begini Rasanya Sakit di Daerah Terpencil




Saat ini gue tinggal di Nias Selatan. Gue bertugas sebagai guru bantu dari pusat untuk mengajar di sekolah-sekolah yang masih kurang. Baik kekurangan guru, kurang baik dalam admisnistrasi, atau sulit dijangkau. Daerah penempatan kami  sungguh jauh dari peradaban. Gue pun ditempatkan di daerah yang sungguh sulit ditinggali. Di sini enggak ada listrik, susah sinyal, jalan pun hancur. Karna jalan hancur, banyak daerah yang cuma bisa dicapai dengan jalan kaki. Enggak bisa dilewati kendaraan. Medan perjalananpun enggak bisa dibilang gampang. Kontur jalan di sini perbukitan. Sering banget gue harus nanjak ke bukit untuk menuju kampung sebelah. Gue nyaris pingsan saat harus naik-naik ke puncak bukit menghadiri acara syukuran teman guru kala itu.

Continue Reading...

Sunday 2 July 2017

Nyanyian Kesukaanku


Aku selalu merekam lamat-lamat saat matamu mulai mengecil, tenggelam dalam tawa karna kekonyolanku. Kau mulai menutup mulutmu dengan tangan. Kadang dengan bagian bawah kerudungmu. Mencoba menahan renyah tawamu. Bahkan sampai-sampai kau harus memukul bahuku.

Maafkan aku yang harus membuatmu tersiksa menahan tawa.  Aku sengaja. Aku sengaja bertingkah konyol. Karna kau terlihat begitu cantik saat tertawa lepas. Suara lembutmu saat tertawa dan memprotesku yang bertingkah konyol menjadi nyanyian kesukaanku.

Continue Reading...

Thursday 29 June 2017

Ternyata, Memasak Sungguh Melelahkan


Saat ini gue lagi berlibur bersama seluruh guru bantu dari pusat yang ditempatkan di Nias Selatan. Liburan kami enggak aneh-aneh pergi ke Bali, atau ke Eropa. Kami hanya kumpul di pusat Kabupaten Nias Selatan. Menghabiskan waktu bersama menikmati jaringan listrik, jaringan seluler, dan suasana yang lebih Islami dibandingkan tempat penempatan kami yang jauh dipelosok, jauh dari jaringan listrik dan sinyal, jauh dari mesjid atau bahkan musola.

Kami tinggal beramai-ramai di sebuah tempat penginapan. Tempat itu terdiri dari kamar-kamar. Gue tinggal satu kamar dengan temen gue, Reza dan Indra. Mereka guru Bahasa Indonesia. Cowok-cowok tinggal di lantai dua, sedangkan cewek-cewek tinggal di lantai tiga.  Cewek dan cowok terpisah! Enggak gabung. Jadi aman!

Continue Reading...

Wednesday 28 June 2017

Dari Saat Ini, Saat Sebelum Mengenalmu


Perempuan yang telah ditakdirkan Tuhan kelak, ketahuilah, aku sayang kamu dari saat ini, saat kita belum saling kenal.

Perempuan baik hati yang membuatku nyaman tiap berada di sampingmu nanti, ketahuilah, aku sudah merindukan kamu dari sekarang. Saat kita belum pernah bertemu.

Perempuan yang paling aku percaya untuk berbagi gelisah dan bebanku kelak, ketahuilah, aku selalu memikirkanmu mulai saat ini. Saat aku belum tahu siapa namamu.

Perempuan berhati lembut yang menjadi tempatku kembali, tinggal, dan menetap sampai renta nanti, ketahuilah, aku selalu  menceritakanmu pada Tuhan dari saat ini, saat aku bahkan belum tahu dari kota mana kamu berasal.

Perempuan taat yang menjadi partnerku dalam menuju surga-Nya kelak, ketahuilah, aku sedang mempersiapkan diri menjadi pribadi yang sangat taat agar dapat membimbingmu, dari saat ini, saat kita belum pernah bertemu atau mungkin, dari saat kita belum pernah menduga kita akan “bertemu.”

Well, this is the end of the post. Feel free to write your comment below and share the inspiration!

Wassalamualaikum…

Ps: Sengaja kali ini ditutup salam. Supaya kesan syariahnya terasa.
Continue Reading...

Tuesday 27 June 2017

Yang Gue Lakukan Setelah Dapet Kerja


Ada banyak perubahan dalam hidup gue setelah gue dapet kerja dan penghasilan tetap. Hal yang paling utama sih perubahan dari yang tadinya ketergantungan dengan uang jajan dari nyokap, jadi bisa megang uang sendiri. Mangkanya gue jadi lebih mandiri. Apa-apa sendiri. Mau beli keperluan pribadi tinggal beli sendiri, enggak ngadu ke nyokap. Mau isi pulsa isi sendiri. Sampe nyuci piring pun sendiri.  

Dari sekian hal di atas, berikut adalah hal-hal yang bisa gue lakukan setelah dapet kerja. Check this out!

Continue Reading...

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter