Saturday 15 September 2018

Lika-liku Tukang Susu

Share it Please


Semenjak menjalani PPL di Lembang, gue jadi punya kesibukan baru, selain mempersiakan materi ajar dan scrolling status orang-orang di WA. Gue dagang susu!

Menjalani PPL di Lembang merupakan sebuah keuntungan besar. Karena lembang melimpah akan makanan khas. Terutama susu murni. Jadilah gue dan teman PPL gue, Nanda, jualan susu murni.

Sebetulnya ide jualan susu ini muncul dari Nanda. Dia yang mengajak gue untuk dagang susu. Susu murni di lembang murah banget. Satu liter besar susu murni cuma seharga Rp 7.000. Sungguh peluang bisnis yang menggiurkan.

Niat kami jualan susu cuma untuk mengganti ongkos bensin yang dipakai tiap berangkat ke sekolah. Jadi kami tidak muluk-muluk mematok penghasilan harus di atas satu miliyar perbulan.

Tiap satu liter susu murni yang kami jual, kami ambil keuntungan dua ribu. Jadi sampai di konsumen seharga Rp. 9.000.

Sistem penjualan kami dengan cara pre order. Jadi pembeli memesan dulu, baru kami belikan. Setiap hari Senin dan Kamis gue dan Nanda belanja susu.


Kebanyakan pembeli berasal dari sesama teman di asrama Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Kami menginap di asrama yang bertingkat sampai lantai empat.

Jualan susu sungguh menyenangkan. Sekali belanja bisa sampai untung Rp 15.000. sungguh angka yang lumayan buat beli bensin tiap berangkat mengajar.

Namun setelah gue jalani, jualan susu enggak segampang yang dibayangkan. Semakin gue menjalani perdagangan susu ini, semakin gue mendapatkan tantangan.

Pertama. Ngutang.
Dalam sebuah bisnis, pembeli berhutang adalah hal biasa. Namun ketika gue jalani sebagai pedagang, dihutangin ternyata rasanya nyebelin juga. Hari pertama dagang susu gue sudah dihutangin sama Aip, penduduk asrama UPI, satu lantai dengan gue.

“Pas. Lima  puluh satu ribu,” ucap Nanda. Malam itu kami sedang menghitung penghasilan jualan susu.

“Loh, kan tadi belanja lima puluh dua ribu? Berarti keuntungannya mana?” tanya gue sambil menghitung uang, bertanya-tanya kemana keuntungan dagang hari itu.

“Kan Aip belum bayar,” ucap Nanda.

“Oiyah,” kata gue menepuk jidat.

Hari itu gue belum dapat keuntungan dari jual susu, karena keuntungan gue masih di Aip. Dia ngutang. Yah, setelah berpanas-panas beli susu, pulang belum dapat untung. Gue jadi kebayang, satu orang yang ngutang aja udah kerasa banget sama gue. Apalagi kalo banyak.

Yah ini karena gue masih amatiran dalam dagang. Jadi masih belum bisa selow ngadepin pembeli yang berhutang. Namun setelah gue jalani, gue jadi makin selow sama pembeli yang berhutang. Gue makin kalem.

Kedua. Kurang Bayar.
Kasus ini enggak kalah nyebelinnya juga. Suatu hari gue bertransaksi dengan pembeli, sebut saja namanya Nina. Susu murni seharga sembilan ribu namun dia hanya membayar delapan ribu.

“Duh maaf, kurang seribu uangnya,” ucap Nina. “Gimana yah?” tanya Nina.

“I-yah yaudah,” kata gue. Enggak mungkin juga gue nyuruh Nina untuk ambil uangnya yang kurang.

Nina pun pergi membawa susu dengan masih kurang bayar seribu.

Dan sampai sekarang pun gue lupa apakah Nina sudah bayar kekurangannya yang seribu itu atau belum. Pengen gue tagih, tapi takut dia menggerutu, “Yaelah cuma seribu doang ditagih.” Padahal kalo dipikir-pikir, dari seribu perak itu lah gue ambil keuntungan. Dari recehan itulah gue untung jualan susu. Kalo ada banyak orang kayak Nina, bisa-bisa gue enggak dapat untung jualan susu.

Suatu hari Amin, teman satu asrama bilang, “Kamu sama teman sendiri korting dong susunya. Kan cuma dua ribu. Sama teman sendiri mah udahlah tujuh ribu aja.”

Masalahnya teman gue banyak. Semua pembeli susu gue adalah  teman gue semua. Enggak kebayang kalau teman gue semua seperti Amin. “Justru kamu kalau ada teman berdagang didukung dong. Support dia. Kasih tips lebih kalau perlu. Jangan patahkan semangatnya,” kata gue pada Amin.

Amin pun hanya diam mematung.

Ketiga.  Ngerjain.
Ini juga enggak kalah nyebelin. Suatu hari ada pembeli dari gedung asrama sebelah.

“Kang, ayo cepetan. Aku tunggu di sini!” ucap pembeli itu lewat chat WA. Sebut saja namanya Hani. Kami mau COD-an susu murni.

“Tunggu!” balas gue dalam chat.

Gue lari-larian dari gedung asrama gue ke gedung asrama sebelah, sambil bawa-bawa susu. Setelah gue sampai di tempat yang Hani minta, dia enggak ada.

Gue kembali mengirim chat,  “Hani dimana? Aku udah di sini.” Gue tunggu Hani enggak kunjung balas chat gue.

“Kang, di depan gerbang,” chat masuk dari Hani.

Gue langsung lari ke gerbang depan sambil nenteng susu. Susunya bergoyang tak tentu arah.

“Dimana?” Tanya gue kembali setelah tidak mendapatkan Hani di gerbang. Gue kirim foto di tempat keberadaan gue.

Hani lama tidak membalas. Gue tetap menunggu tidak bergerak di gerbang sambil mengatur nafas. Mungkin karena gue sudah tua, baru lari-lari dikit aja udah eungap.

“Kang, nanti aja deh,” tetiba chat dari Hani masuk.

Gue yang masih ngos-ngosan langsung duduk bersimpuh. Setelah lari-larian dari satu gedung ke gedung lain, setelah berlarian kesana kemari, dan setelah gue hampir kena step gegara ngos-ngosan, Hani cuma bilang, “Nanti aja deh.”

OK FINE!

Ketiga. Tukang nitip
Jenis pembeli yang nyebelin ini beda dari yang gue sebutkan. Dia bukan ngutang, tapi belum bayar.

Sebut saja Jeni. “Kang uangnya sudah aku titipkan ke Danu yah,” bunyi chat WA Jeni. Saat itu Jeni membeli yogurt. Dia minta yogurtnya dititipkan ke Danu. Dan dia menitipkan uangnya ke Danu. Namun uangnya kurang. Kemudian jeni kembali menitipkan uangnya kini ke orang lain. Yaitu Riska.

“Eh kang maaf. Aku lupa bawa uangnya,” ucap Riska saat gue papasan sama dia.

“Oh, iya tenang aja,” jawab gue.

Esoknya gue ketemu Riska, dan Riska lupa lagi. Sampai akhirnya seminggu lebih Riska baru ngasih uangnya ke gue.

Enggak papa.

Kesimpulan dari tulisan ini: berdagang memang banyak tantangan. Dari mulai dihutangin, dititipin, bayar kurang, sampai dikerjain sampai ngos ngosan. Namun gue terima semua  hal menyebalkan itu dengan lapang dada. Ini lah resiko dagang. Yang jelas gue senang sudah bisa menjalankan salah satu sunah Nabi Muhammad.

Gue senang ketika para costumer kegirangan menenggak susu murni yang begitu segar dan nikmat. Gue senang bukan kepalang saat costumer bilang, “Yogurtnya aku suka. Kental banget. Ini baru yogurt!” Kepuasan pembeli langsung menghilangkan rasa menyebalkan yang gue alami.

Dari semua lika-liku jualan susu ini, gue selalu ambil hikmah. Gue selalu belajar agar menjadi pedagang yang lebih baik lagi. Gue belajar untuk berjualan lebih bahagia lagi.

2 comments:

  1. Belum lagi ada teman waktu beli susu bilangnya begini "Bro harga teman dongs?!" wah iniii wkwkwk berdagang banyak lika-likunya dan banyak kebahagiannya.

    ReplyDelete
  2. Suka banget susu murni yang gurih segar, sayang kita jauh, hi hi. Coba kalau dekat mah bisa pesan untuk saya dan Palung. Susu murni bagus untuk penulis yang terpaksa kerja seharian dan tak terlalu doyan kopi.
    Sudahlah, jalan rezeki masih ada di sekitar Kang Yoga. Semoga bertahan lalu bisa lebih sabar ngadepin pembeli. Insya allah suatu saat kelak akan menghasilkan dari segi pengalaman kerja sampai membangun mental sebagai wirausaha. Tetap melaju jualan susu.
    Di sini juga ada kok pengutang warung termasuk saya, namun saya selalu berupaya bayar secepatnya jika uang sudah ada dan jangan menunda-nunda suatu urusan. Semoga saja insan yang suka ngutang tak berlama-lama menunda urusan pembayaran karena bikin susah orang akan jelek di mata Allah.
    Semoga lancar rezekinya, ya, Kang. Semangat!

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter