Monday 12 November 2018

Asrama Berhantu

Share it Please



Hari ini di asrama gue cuma tidur-tiduran di kasur, main hape, terus makan. Sungguh bukan kegiatan yang produktif. Semenjak kegiatan PPL selesai gue jadi bingung mau ngapain. Padahal masih ada Penelitian Tindakan Kelas yang harus di garap. Memang dasar lagi malas aja guenya. Bukannya ngegarap PTK, yang ada gue malah nonton Youtube. Dan saat itu gue nonton Paranormal Experience di Youtube Channel-nya Raditya Dika. Dia ngomongin sebuah rumah tua di Jogja yang sangat angker.

Awalnya gue males banget. Apaan sih ini rumah hantu enggak jelas. Eh tapi semakin gue tonton, malahan jadi seru. Dan gue jadi nonton itu seharian. Dari part satu, sampai part empat. Tiap partnya berdurasi sampai satu jam lebih. Betapa gabutnya gue hari itu. Tapi sumpah, seru banget. Gue memang suka dengan cerita pengalaman misitis kaya gitu.

Seharian gue nonton Paranormal Experience, gue jadi kepikiran menulis cerita mistis yang gue alami selama tinggal di asrama ini.

Jadi gue sekarang tinggal di asrama. Gue tinggal di sini selama menjalankan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Sekarang sudah bulan ke 10 gue tinggal di sini. Perlu kalian tahu, asrama ini lumayan serem.

Asrama tempat gue tinggal ada di Bandung. Asrama ini masih berada di dalam  lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia. Lokasi asrama berada di pojokan kampus. Tempatnya menyendiri dan sepi. Di sebelah timur, asrama bersebelahan dengan garasi bus kampus.


Di sini ada tiga gedung asrama. Satu gedung asrama putra, satu gedung asrama putri, dan satu lagi gedung asrama campuran putra dan putri. Walaupun gedung itu campuran, tetap saja kamar putra dan putri dipisah. Kamar putri ada di sayap kiri, sedangkan kamar putra ada di sayap kanan. Seluruh asrama terdiri dari empat lantai.

Awalnya gue enggak pernah berpikiran macem-macem tentang asrama ini. Gue merasa enggak ada yang salah dengan asrama ini. Sampai akhirnya teman gue menceritakan hal-hal aneh yang ia alami selama di asrama.

“Jadi, waktu itu magrib,” ucap teh Nuy. Dia teman kuliah gue selama PPG. Saat itu kami sedang bercerita di kampus di sela-sela jam kuliah.

“Terus, Teh?” tanya gue penasaran.

“Aku dengar ada suara langkah kaki. Seperti orang yang lari terburu-buru dari lantai empat, terus turun ke lantai satu. Keras banget hentakan kakinya,” jelas Teh Nuy. Saat itu Teh Nuy berada di lantai satu.

“Kaya orang yang kebelet pup lari-lari ke WC?” tanya gue.

“Yaa pokoknya gitu lah.”

“Terus?”

“Tiba-tiba suara itu hilang. Dan aku tungguin enggak ada yang turun. Sepi. Hening.”

“Serius?” tanya gue enggak percaya.

“Ada lagi,” ucap Teh Nuy.

Kemudian teh Nuy cerita bahwa tiap malam, selalu saja ada suara mengganggu. Bentuknya bermacam-macam. Pertama suara seseorang yang menggeser-geser meja. “GREKK... GREEKKK...” padahal waktu itu sudah jam sebelas malam. Asrama sudah sepi.

Memang sih asrama sudah sepi pukul sebelas malam. Itu karena di asrama berlaku jam malam. Mulai pukul setengah sebelas malam sudah tidak boleh ada aktifitas di luar kamar asrama. Pintu keluar asrama dikunci. Jadi semua penghuni harus masuk kamar demi kenyamanan bersama. Karena ada penghuni asrama yang sudah mau istirahat jam segitu.

Awalnya Teh Nuy mengira itu penghuni di kamar lain yang sedang memindahkan barang, namun keesokan paginya setelah Teh Nuy tanya-tanya ke penghuni lain, mereka enggak ada yang memindahkan barang malam-malam.

Keesokan malamnya terjadi hal yang serupa. Namun kali ini bukan Teh Nuy saja yang mengalaminya. Penghuni lain satu-persatu mendengar suara geser-geser meja di tengah malam. Dan lagi-lagi keesokan paginya tidak ada yang mengakui.

Gue juga mendengar cerita dari seorang teman, dia menceritakan temannya yang mengalami kejadian aneh. Saat malam, sebut saja Suci. Dia suka mencuci baju. Maklum, dari pagi sampai sore Suci kuliah. Sehingga cuma ada waktu malam untuk mencuci pakaian.

Saat itu pukul sepuluh malam. Ketika sedang asik mengucek, ada seseorang bertanya dari belakang, “Teh, malem-malem nyuci. Enggak besok aja nyucinya?”

“Iya nih,” jawab Suci sambil menengok ke belakang, ke sumber suara. Namun, Suci tidak mendapatkan apapun. Enggak ada seorang pun di sana. Suci kebingungan siapa yang tadi bertanya ke dia.

Bulu kuduk gue merinding seketika mendengarkan cerita itu.

Gue sih antara percaya dan enggak percaya. Gue pun menjalankan kehidupan gue di asrama dengan normal. Gue enggak terlalu memikirkan kejadian ganjil yang terjadi dengan teman-teman gue. Toh gue memang merasa merinding, tapi itu hanya saat mendengar cerita tersebut. Saat selesai bercerita dan kembali ke rutinitas gue di asrama, gue enggak merasa takut.

Sampai akhirnya gue merasakan hal ganjil itu langsung.

Saat itu sore hari. Gue menemani El,  teman kuliah gue, mengerjakan tugas di gedung Asrama Putra. Sore itu El meminta gue untuk membantunya menterjemahkan jurnal berbahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. El adalah mahasiswa PPG jurusan Penjas. Dia mendapatkan tugas dari dosennya untuk mencari jurnal. Karena gue anak Pendidikan Bahasa Inggris, mangkanya dia minta tolong gue untuk menjelaskan ke dia jurnal-jurnal yang dia dapatkan yang mana semuanya berbahasa Inggris. Walaupun saat itu gue lagi lemes karena baru pulang kuliah, tapi biarlah gue bantu El. Kasihan dia kalau sampai tugas jurnal dari dosen tidak terpenuhi.

Gue dan El tinggal di Gedung Asrama Campuran, namun sinyal internet di situ kurang bagus. Padahal kami butuh sinyal internet untuk mencari jurnal. Sehingga kami memutuskan untuk mengerjakan tugas di Gedung Asrama Putra. Wifi di Gedung Asrama Putra sangat cepat. Maklum, di sana sedikit penghuni. Sedikit orang yang memakai wifi sehingga internet lancar. Namun karena di sana sedikit penghuni, Gedung Asrama Putra terkesan sepi sunyi.  Hening.

Gue dan El internetan di lantai dasar. Kami keasikan mengerjakan tugas sampai tanpa sadar waktu sudah menjelang magrib. Tadinya ada beberapa penghuni lain yang juga sedang internetan di sini, namun sekarang semuanya sudah pergi. Suasana asrama pun mulai gelap. Lampu neon baru menyala  sebagian. Jadi di beberapa sudut gedung nampak gelap remang-remang.

Gue memandangi sekitar, lalu bergumam dalam hati, Ini asrama sepi banget yak. Gue mulai gelisah. Soalnya waktu magrib makin dekat. Ditambah suasana yang gelap remang-remang dan sama sekali tidak ada orang selain gue dan El. Betul-betul cuma kami berdua di lantai dasar itu. Sepertinya penghuni lain sudah berada di kamarnya masing-masing dan bersiap untuk solat magrib.

Di tengah-tengah keheningan, tiba-tiba terdengar suara, “HIIIIII... HIHIHIHIHIHIH..... HIHIHIHI...”

Sebuah suara perempuan tertawa keras. Dan itu jelas banget! Gue sadar 100% itu suara perempuan ketawa. Suaranya nyaring dan cempreng. Seolah suara itu berasal dari lantai bawah, tepat dimana gue dan El mengerjakan tugas.

Gue menoleh pelan ke El yang ada di sebelah kiri gue. El pun menoleh ke gue. Kami cuma bisa lihat-lihatan. Mulut gue seolah terkunci. Gue shock. Itu suara apaan! Mana ada perempuan di sini kecuali El, kan saat itu gue berada di asrama putra. Seketika gue langsung merinding.

“Ka-kamu denger enggak tadi?” akhirnya gue tanya ke El.

“Iyah,” jawab El pelan. Kemudian tangannya bergerak melipat leptop. Merapihkan meja. Menggemblok ranselnya. ”Udah, pulang yuk!”

Kami pun bergegas ke luar gedung.  El  berjalan cepat, gue ketinggalan di belakang.

“El, tunggu,” kata gue narik tas El yang dia gemblok di belakang. Bulu kuduk gue makin berdiri. “Aku takut banget sama suara tadi,” kata gue dengan cemennya.

Sejak saat itu gue jadi parno. Gue jadi males keluar kamar lebih dari jam sepuluh malam. Bahkan untuk sekedar pipis pun gue males. Gue juga jadi kepikiran tentang suara geseran meja. Tiap ada suara meja digeser gue selalu parno, “Eh suara apaan tuh?” ucap gue. Padahal itu siang-siang.

“Bukan. Bukan apa-apa,” ucap Maul, teman kamar gue di asrama.

Di suatu malam gue kembali merasakan hal  aneh. Saat itu gue tidur cepat. Mungkin pukul sembilan gue sudah tidur. Tiba-tiba gue terbangun pukul satu dini hari. Begitu gue bangun, gue langsung disambut dengan suara meja digeser. “GREKKK...  GREKKKK...”

Saat itu gue baru banget bangun tidur. Mata gue masih perih rasanya. Gue dengerin suara itu sambil bertanya-tanya, ini suara apaan yak? kata gue dalam hati. Namun saat itu enggak ada rasa takut. Gue merasa biasa aja. Entah  kenapa.

Akhirnya gue sadar. Ini suara geseran meja yang pernah dialamin Teh Nuy malam-malam. Saat itu gue yakin ini pasti gangguan hantu yang pernah Teh Nuy rasakan. Bukannya takut, gue malah kesel karena lagi ngantuk-ngantuknya malah digangguin. Akhirnya gue teriak.

“BERISIK WOY! BRENGS*K!! KAMPRET LAGI TIDUR NIH! DIEMMM!!!” kata gue penuh emosi.

Kemudian suara geseran meja itu langsung berhenti. Semua kembali hening. Sepi.

Gue enggak tahu kenapa bisa seberani itu. Bahkan emosi seperti itu. Gue bingung kenapa. Namun yang jelas keberanian gue bisa membuat hantu itu berhenti gangguin gue dengan suara geseran meja itu. Walaupun kemudian gue pernah merasakan kejadian aneh lagi, gue menghadapinya dengan biasa saja.

Kayaknya kita enggak boleh takut deh, justru kita harus marah. Karena gue percaya manusia memiliki derajat yang lebih tinggi dari hantu atau jin. Yang membuat kita diganggu justru karena muncul dari keparnoan diri sendiri. Sejak saat itu gue enggak parno lagi dengan kejdian aneh yang gue alami. Sebaliknya gue akan marah kalau diganggu. Kalau bisa gue marah-marah sambil memaki cowok saingan yang ngedeketin gebetan gue, “WOY SETAN! BERANI LO GANGGUIN GUE? BERANI LO DEKETIN GEBETAN GUE? JANGAN PERNAH DEKETIN DIA!! DASAR GEMBROT!!”

So, kita harus berani. Jangan mau ditakutin hantu.

2 comments:

  1. serem uy, baca cerita gini malam-malam.

    ReplyDelete
  2. yang horor kayaknya pas bagian si suci lagi nyuci. itu gimana ekspresinya pas ngejawab pertanyaan, eh orang yang nanya mendadak hilang. gue ngebayanginnya serem sih. udah mah capek kuliah, pegel ngucek pakaian kotor, ditambah lagi ada pertanyaan kampret kayak gitu.

    gue udah tamat juga sih nonton paranormal experiencenya d channel bang radit. ngerasa seru juga. gue malah nontonnya tengah malem sendirian, dan alhamdulillah enggak takut sama sekali. ya karena emang gue lagi enggak d indonesia aja sih makanya berani, klo lagi d indo, bkalan mikir lagi buat nonton serem d tengah malem.
    ehehe

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter