Sepulang kampus kemaren,
gue berkeliaran di mall. Bukan, bukan untuk menghipnotis pengunjung mall lalu
mengambil barang berharganya. Enggak mungkin gue melakukan kejahatan keji
seperti itu. Apalagi sampai menghipnotis sepasang couple, lalu menculik si
ceweknya untuk gue jadikan pacar. Walaupun gue jomblo, gue tetap punya hati.
Gue adalah jomblo yang baik dan punya intergritas tinggi.
Jadi, gue berkeliaran di
mall untuk hunting sepatu. Maklum, sepatu gue udah enggak bisa lagi gue pake.
Tu sepatu sudah robek, dan enggak nyaman dipakai. Sudah saatnya tu sepatu
digati. Cukup berat memang saat gue harus enggak lagi memakai tu sepatu.
Padahal tu sepatu sudah lama menemani langkah gue. Dia selalu ada buat gue. Dan
kini saat gue harus beralih ke sepatu baru, semua kenangan bareng sepatu lama
gue muncul di benak.
Gue inget saat-saat gue
upacara menggunakan sepatu lama gue. Gue juga inget saat gue bergembira ria
bermain futsal bareng sepatu lama gue. Pokoknya sepatu lama itu sudah menjadi
bagian dari hari-hari gue. Tapi gue harus menerima kenyataan bahwa kini gue
harus “pindah” ke sepatu baru gue. Sepatu yang lebih baik, lebih nyaman, dan
lebih menyenangkan buat gue.
Pencarian gue berawal di
sebuah mall. Di mall, gue bisa mendapatkan sepatu berkualitas. Karna gue yakin
di sana pasti pusatnya sepatu-sepatu ori. Gue memang bukan orang kaya dan punya
banyak uang untuk membeli barang-barang mahal. Tapi untuk urusan sepatu, gue
harus serius. Gue enggak mau beli sepatu yang asal. Gue ingin yang berkualitas
agar bisa gue pake dalam jangka waktu yang lama. Iyah, gue memilih yang awet,
kalo bisa sih yang bisa gue pake seumur hidup. Karna itu lah gue memilih sepatu
yang terbaik kualitasnya.
Bukannya gue meremehkan
sepatu-sepatu di pasar tradisional. Tapi, berdasarkan pengalaman gue, sepatu di
pasar kebanyakan KW, mangkanya harganya murah, dan kualitasnya rendah. Beda
dengan sepatu ori yang di mall dengan kualitas tinggi, ya, wa-walaaupun mahal sih.
Setelah lama mencari, dan
membanding-bandingkan sepatu satu dengan sepatu lainnya, akhirnya gue menemukan
yang srek. Pilihan gue jatuh ke kedua sepatu ini.
Menemukan dua sepatu itu
sangatlah sulit. Berbagai macam sepatu sudah gue jumpai sebelumnya. Banyak
sepatu-sepatu keren, tapi style-nya enggak srek dengan gue. Ada yang terlalu
menor warnanya, atau terlalu mewah menggunakan ret sleting yang kelihatannya
enggak srek bagi gue. Akhirnya gue menolak sepatu itu untuk gue miliki.
Selanjutnya gue menemui
sepatu merk tertentu yang menurut gue keren. Sengaja enggak gue sebut nama
mereknya. Bukan, bukan karna prifasi, tapi karna memang gue lupa merknya apa. Gue
merasa srek dengan sepatu itu.
Tampilannya simple. Gue juga suka dengan warnanya yang kalem. Gue pun melakukan
PDKT sesaat dengan sepatu itu, tapi sayang, kali ini malah gue yang ditolak.
Kenapa bisa ditolak? Karna begitu gue lihat harganya... ternyata mahal. Menohok
sekali rasanya. Gue serasa tertolak mentah-mentah oleh sepatu itu. Gue enggak
mungkin memilikinya dengan harga yang selangit itu.
Dan akhirnya Tuhan
mempertemukan gue dengan dua sepatu yang ngebuat gue srek tadi di atas. Setelah
itu muncul lah problem, yakni gue bimbang galau gundah gulana memilih diantara
keduanya. Gue suka kedua-duanya. Ini sangat sulit bagi gue. Rasanya seperti memilih
antara balikan dengan mantan yang masih gue sayang, atau memilih jadian dengan
gebetan yang sudah minta kode untuk ditembak. Berat. Berat banget!
Gue pun mencoba memakai
keduanya secara besamaan agar dapet feel-nya. Kaki kanan menggunakan sepatu
hitam, kaki kiri menggunakan sepatu bertali merah.
Setelah gue rasakan, gue
timbang-timbang, gue pikir-pikir, mulai lah gue merasa srek dengan sepatu
hitam (yang kanan). Dia nyaman di kaki, keren, dan ngebuat gue yakin. Gue yakin ganteng-meter
gue bakal meningkat drastis jika menggunakan sepatu itu. Tapi begitu gue lihat
lagi sepatu bertali merah (yang kiri), gue juga merasa ingin memilikinya. Masih aja terasa berat
untuk meletakannya dan mengembalikannya ke mbak-mbak SPG-nya. Dilematis abiss!
Dan akhirnya, gue merelakan si merah, dan memilih si hitam. Gue resmi
memilikinya. Sipp!
Selanjutnya, gue pulang mengendarai motor
dengan senang. Walau masih kepikiran sama si merah, tapi gue mencoba
mengikhlaskannya. Hidup ini memang tentang pilihan dan merelakan. Iyah, gue
sudah memilih sepatu hitam untuk mewarnai hari-hari gue. Di sisi lain, gue merelakan
si merah menjadi milik pembeli lain jika suatu saat dia dibeli orang lain. Ini
sama aja saat kita merelakan mantan menjadi milik orang lain pilihannya, dan mencoba
menjalani hidup baru yang mungkin lebih hebat dan berwarna dengan orang baru.
Btw, gue jadi berpikir ada
beberapa pelajaran yang bisa gue dapet dari sepatu. Setelah membeli sepatu, gue
jadi merenung. Semua itu gue lakukan, karna gue pernah melewati fase hidup yang
bisa diumpamakan dengan sepatu.
Yaitu: Pertama: sepatu
yang baik berasal dari tempat yang baik-baik. kalo gue mencari sepatu di tempat
menjual barang-barang ori, pasti gue juga bakal menadapat sepatu ori
berkualitas tinggi. Sedangkan kalo gue mencari sepatu di tempat barang-barang
KW, gue pasti bakal dapet sepatu KW juga. Ini sama dengan pacar. Kalo gue nyari
pacar di tempat-tempat baik dan berkualitas seperti: perpustakaan, toko buku,
atau pengajian harian, maka gue pun bakal dapet pacar yang baik, berkualitas
tinggi, dan bibit unggul. Sedangkan kalo gue mencari pacar di tempat yang enggak
baik seperti mall, tempat dugem, atau kolong fly over, mungkin gue bakal
mendapatkan pacar yang hobi banget belanja, clubing sambil minum dan ngeroko,
atau suka tidur di emperan toko. Malu-maluin!
Kedua: gue jadi inget saat
gue diberi sepatu sama bapak. Sepatu yang beliau berikan enggak srek dengan selera gue. Karna
enggak srek, gue jadi merasa setengah-setengah memakainya. Enggak ada kepuasan
berarti yang gue rasakan saat menginjakan kaki gue di sepatu itu. Sehingga gue
enggak merawatnya dengan baik. Secara kasar gue gunakan saat main futsal. Akihrnya
enggak lama kemudian tu sepatu jebol solnya. Dan rusak. Berbeda banget
perlakuan gue terhadap sepatu yang gue beli sesuai selera gue saat ini. Gue
merawatnya dengan baik. tu sepatu enggak pernah gue kasarin. Gue selalu
menginjaknya dengan lemah lembut. Bahkan gue suka ngesot dan guling-guling demi
menghindari menginjak sepatu gue. Gue khawatir tu sepatu gue injak atau gue
forsir terlalu keras. Hal terebut sama dengan pacar. Pacar hasil perjodohan
orang tua biasanya enggak srek dengan kita. Dan bakal terjadi kejadian seperti
di FTV: si pacar akhirnya enggak dirawat dengan baik. Dibiarkan terlantar tanpa
kasih sayang. Secara fisik dia pacaran tapi hatinya jomblo karna ditelantarkan.
Sementara kalo kita memilih sendiri pacar sesuai selera kita, maka kita akan
menjaganya dengan baik. Menyayanginya sepenuh hati. Rela berkorban demi si
pacar.
Satu lagi: pengorbanan
yang kita lakukan akan berbanding lurus dengan hasil yang kita dapatkan. Kita
berkorban membeli sepatu yang mahal karna sepatu itu ori berkualitas tinggi,
maka kita pun akan terpuaskan dengan sepatu itu. Tu sepatu bakal awet dan
nyaman dipakai. Sedangkan kalo kita membeli asal sepatu KW murah tanpa
pengorbanan berarti, maka kita pun enggak akan terpuaskan dengan sepatu itu. Tu
sepatu enggak nyaman dipakai, dan bakal cepet rusak. Ini sama seperti
perjuangan dalam mencintai. Semakin kita berjuang mencintai seseorang, maka
kita pun bakal dicintai dengan baik. Besarnya cinta yang kita punya dan
hebatnya perjuangan mencintai akan berbanding lurus dengan besarnya cinta yang
bakal kita dapatkan. Jadi jangan pernah lelah berkorban dalam mencintai!
Demikianlah pelajaran yang
gue dapet dari sepatu. Terkadang kita melewatkan hal-hal kecil di sekeliling
kita yang bisa kita jadikan pelajaran, termasuk pelajaran tentang sepatu ini. Moga tulisan gue ini bisa menginspirasi
lo, dan memebuat lo menghargai sepatu yang lo miliki. Sekian!
kasian tu sepatu lama lo tinggalin gitu aja, lo jga harus pikirin sepatu lama lo juga.
ReplyDeletehahah terkadang gua juga gitu kalo mau beli barang, butuh proses yg lama buat nentuin pilihan mana yang terbaik. pas udah beli masih kepikiran barang yang lain :D
inget dulu? muter keliling palembang buat nyari helm yg srek? akhirnya beli di toko pertama -_- dan hilang di hari pertama pemakaian :D
DeleteIh, bisa banget ngehubung-hubungin sepatu sama pacar..
ReplyDeleteKeren, Yog XD
Jadi inget lagunya Tulus yang judulnya Sepatu..
"Kita adalah sepasang sepatu.. Selalu bersama, tak bisa bersatu...."
JLEB T_T
Betewe, selamat ya, akhirnya kamu berhasil nemuin "pengganti" yang srek di hati ;)
widih sepatu aja bisa jadi inspirasi hidup nih, keren bang, tapi coba kemaren beli yang hitam terus yang merah beli tali nya aja gitu? jadi puas ganti sesuka hati hehe
ReplyDeleteTulisannya keren bang. Bisa mengaitkan sepatu sama percintaan. Pesan moralnya dapet banget lagi. Hahaha.
ReplyDeleteUntung, lo pilihnya warna hitam. Iya, soalnya, gue lebih srek sama sepatu warna yang hitam
Btw, sepatu aja bisa lo dapetin. Masa 'cewe' belom dapet-dapet juga? *kabur ke pluto*
kalo aku, seringnya beli sepatu gitu aja.. entah itu ori ato enggak, yang penting sepatu nyaman dipake... juga tergantung budget sih,, soal awet tidaknya, tergantung kita dalam merawat dan menjaganya *sama aja*... sama kayak cewek, itu cewek baik2 ato kurang baik, kalo kita menjaganya dengan baik, pasti juga bakal menjadi baik dan awetttt
ReplyDeleteoohh jadi itu baru ga, apakah bersama kaos chelsea itu?? sampe gaboleh dipegang sama dimas hahaha
ReplyDeleteWah keren mas, ada tiga pelajaran yang ditorehkan
ReplyDeletePerjuangan besar, butuh pengorbanan besar
Yang baik, pasti berada di lingkungan yang baik pula
Selera sendiri.
Oke, renungan tentang sepatunya kan aku kembangkan ya???
Wuwuwuw kan kan gw jadi pengen sepatu , udah lama sepatu gw belom gonta ganti -_-
ReplyDeleteGw akan menabung dan memperjuangkan untuk beli sepatu ahh
Aku juga kalo beli sepatu susah banget cari yang pas, bahkan semua toko aku datengin... dan kadang2 ada yg gak.pas sma sekali ... Mencqri sepatu itu layaknya mencari kekasih :D
ReplyDeletebener buanget! apa aja harus kita syukuri. tapi kalo menurut aku mending beli sepatu mahal sekalian yang berkualitas dan kita puas. lagian bisa di pake tahan lama juga.
ReplyDeletetapi aku dulu waktu masih sekolah sukanya beli sepatu murahan tapi modlenya bagus. jadi sebulan udah rusak dan beli lagi.hahaha
jiah,,,,,pas juga tuh,,,,,
ReplyDeleteiya juga sih....masak mau cari istri kw 2..hadah..kan juga gak asyik ya....
ngomong2 kalau ambil dari Madrasah gitu termasuk ori kan :P
aduh jadi gue nggak nyangka nih kalo dari sepatu bisa memetik pelajaran kayak gitu...
ReplyDeletedan tiap bahas2 pacaran gitu entah kenapa gue jadi sedikit nyesek...
btw gue juga sering galau milih sepatu kayak gitu..kalo budgetnya cukup sih ujung2nya beli dua2nya...hahaha
Terlalu banyak kata 'gue' di postingan ini, Ga. Besok2 bisa lebih diefektifkan lagi kalimatnya .. Ini masukan aja sih, jangan marah sama aku ya :(
ReplyDeleteElo belagu ye, ngomongin sepatu sama hubungan, elo sendiri gimana?
Udah ada hubungan sama cewek?
Yaaah.. Semacam pacar2 gitu atau apalah namanya...
Komen gue keren gak?
Yah daripada cuma komen, 'asik sepatu baru...'
yes, komentar kyk gni yg gue mau. lebih pengen dikasih kometar tentang kualitas tulisannya sih, drpd tanggepan tentang apa yg gue tulis, muhuhehehe.
Deleteternyata banyak pelajaran yang bisa diambil dari barang2 yang ada disekitar kita ya bang?
ReplyDeleteAGENS128 Adalah Situs Judi Online Taruhan Sepak Bola, Casino, Sabung Ayam, Tangkas, Togel & Poker Terpopuler di Indonesia
ReplyDeletePasang Taruhan Online Melalui Agen Judi Terpercaya Indonesia Agens128, Proses Cepat, Banyak Bonus, Online 24 Jam dan Pasti Bayar!
Sabung ayam
sbobet online
casino online
tembak ikan
daftar bisa langsung ke:
LINE : agens1288
WhatsApp : 085222555128