Showing posts with label penggalauan. Show all posts
Showing posts with label penggalauan. Show all posts

Saturday, 10 November 2018

Akhirnya Berpisah




Gue benci dengan perpisahan. Karena gue selalu pengen nangis tiap  berpisah. Cengeng memang. Namun gue belajar dari sebuah perpisahan, bahwa hal yang kita miliki sekarang sesungguhnya begitu berharga. Kita tidak akan benar-benar menyadarainya sampai kita harus berpisah dengannya.

“Anak-anak,” teriak gue di kelas 7E.

Seluruh peserta didik diam mendengarkan gue  yang akan bicara.  Entah mengapa hari itu mereka lebih bisa dikendalikan. Padahal sehari-hari kelakuan mereka begitu brutal dan bikin gue emosi.

“Besok dan seterusnya bapak tidak mengajar kalian lagi,” ucap gue.

“Hah? Kenapa Pak?” tanya seorang murid,  Sidya namanya. Dia murid yang tenang dan pintar.

“Tugas bapak sudah selesai,” ucap gue dengan wajah cool.
Continue Reading...

Monday, 30 October 2017

Teruntuk Kamu, Aku Berharap





Malam yang basah
Kau dan aku duduk berdampingan
Di pinggir jalan yang bising dengan kendaraan
Berlindung dari titik-titik hujan

Dari sudut mata, aku memerhatikanmu lamat-lamat
Tatapan teduhmu membuat hatiku hangat, di tengah malam yang dingin lembab
Deru nafasmu menahan dinginnya udara malam
Menjadi alunan yang sangat menyenangkan untuk didengar

Continue Reading...

Sunday, 24 September 2017

Pemeran Utama


Mungkin kamu sudah lupa saat kita beriringan menuju rumah. Lebih tepatnya, aku yang sedikit membuntutimu sepanjang jalan ke rumah. Kita sama-sama berada diatas motor, motor yang berbeda. Kau melaju sendiri di depan dengan skuter metik mu. Aku beberapa meter di belakang menunggangi motor bebek jadul andalanku.

Dari balik helm, kerudungmu melambai terhempas angin. Aku menatap lamat-lamat dirimu dari belakang. Saat itu Waktu seakan berjalan lebih lambat. Namun detak jantungku entah mengapa berdebar lebih cepat. Entah mengapa. Entah mengapa? Ah, tentu bukan ‘entah mengapa.’ Bukan tanpa sebab. Jelas ada sebab. Sebab yang sudah sejak lama ada.

Sepanjang jalan aku memerhatikanmu. Seakan mata ini tidak pernah berkedip. Tak mau kamu luput sedetik pun dari pandanganku. Ah, ini mungkin terlalu berebihan. Namun semakin lama, semakin tak karuan jantungku memandangimu.
Padahal ini baru berada jauh beberapa meter di belakangmu. Di belakang yang mungkin kau tak akan tahu.

Bagaimana jantungku nanti kalau aku di dekatmu, didepanmu, di dalam cerita hidupmu dan menjadi pemeran utama di dalamnya. Pemeran utama?

Ah, apa lagi ini.

Yah, itulah sebab yang membuat jantungku tidak karuan. Sebab yang telah ada lama.  Sebab yang selalu kunikmati tiap berada di dekatmu. Eh bukan, bukan di dekatmu, namun agak jauh darimu, dari belakangmu, dari tempat yang mungkin kamu tidak tahu.

Namun apa mungkin sosok yang selalu jauh berada di belakangmu dan tersembunyi ini bisa menjadi pemeran utama dalam cerita hidupmu. Apakah mungkin aku menjadi pemeran utama itu?
Continue Reading...

Friday, 1 April 2016

Barangkali Luka di Hati sama seperti Luka di Jari



“A..., tolong kupasin kelapa!” teriak nyokap dari dapur. Gue adalah anak pertama dan gue adalah Orang Sunda. Itulah mengapa nyokap memanggil gue, ‘A,’ yang berarti ‘kakak.’

Gue lagi asik gogoleran nonton FTV di ruang tengah. Maklum, gue masih pengangguran, jadi kerjaan gue nonton FTV untuk nyari inspirasi.  Gue baru kerja part-time ngajar di bimbel. Full-time-nya gue nganggur di rumah, nonton FTV.

“Iya, Mah. Sebentar, A’a lagi nonton FTV dulu,” jawab gue kala itu.

“Cepetan! Mamah mau masak sayur lodeh nih pake santen!” teriak nyokap gue lagi.

Ini yang ngeselin. Nyokap tuh enggak toleransi banget sih. Gue lagi asik nonton FTV, eh malah disuruh ngupas kelapa. Mana adegannya lagi seru lagi. Di TV nampak pemeran cowok lagi nembak pemeran cewek, terus mereka pelukan. Adegan tersebut sungguh indah, beda banget dengan realita yang mana kalo cowok nembak cewek bukannya pelukan, malah digantung berminggu-minggu.

“I-iyah, sebentar, Mah. Nuggu iklan, nih!” teriak gue ke nyokap.

Enggak ada teriak balasan dari nyokap. Hening.

Asik, gue terusin nonton FTV. Setelah cewek dan cowok itu pelukan, mereka tatap-tatapan. Wajah mereka makin mendekat satu sama lain. Si cowok memiringkan kepala 20° ke kiri. Mata si cewek terpejam. Bibir mereka berdekatan. Lalu mereka... gelap. Tiba-tiba TV gue menjadi gelap.

“KUPAS KELAPA SEKARANG!” teriak nyokap yang tiba-tiba ada di sebelah TV sambil memegang kabel TV yang sudah copot dari saklarnya. “CEPET!” kata nyokap sambil memutar kabel TV  seperti cowboy.

Continue Reading...

Tuesday, 2 February 2016

Kangen


Gue kangen sama mantan pacar gue tengah malem gini. Kampret banget kan!

Tiba-tiba gue pengen mengulang kedekatan dengan mantan. Sekaliiii ajah! Iyah, cuma sekali. Jangan lebih! Gue enggak mau kebablasan. Karna ini cuma sekedar kangen. Kalau sudah terlampiaskan, perlahan rasa kangen ini juga bakal hilang. Karna kangen tuh beda dengan butuh.

Kangen bersifat sementara, sedangkan butuh bersifat selalu ada.

Maka dari itu kalau seandainya. Iyah... SEANDAINYA suatu saat mantan menghubungi gue dan bilang kangen, gue enggak boleh baper, gue enggak boleh ge’er, gue enggak boleh tergoda untuk ngajak balikan. Karna gue harus inget, kangen itu bersifat sementara. Kangen cuma dirasakan sewaktu-waktu doang. Rasa kangen akan hilang pada waktunya. Dan lagi... perasaan kangen berbeda dengan rasa butuh. Rasa butuh pasti dirasakan sepanjang waktu, selama-lamanya, selagi nafas berhembus.

Sama seperti kita butuh jamban untuk berak. Selama kita hidup, kita akan butuh jamban terus. Kalo tanpa jamban, enggak kebayang dunia ini bakal kayak apa. Banyak tai bertebaran di jalanan. Kasus orang tewas karna kepeleset nginjek beraknya sendiri akan sering menghiasi headline koran. Celana jadi lengket gegara terpaksa cepirit karna enggak ada tempat pembuangan.

Yah, kira-kira begitu penggambaran rasa butuh.
Continue Reading...

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter