Showing posts with label curhat. Show all posts
Showing posts with label curhat. Show all posts

Monday, 19 September 2022

Sebuah Comeback

 


Rasanya sudah lama sekali gue enggak menulis. Terakhir gue rutin nulis di blog pada tahun 2018. Saat itu gue sedang menjalani Pendidikan Profesi Guru di UPI Bandung. Di sana banyak sekali cerita yang gue alamin tiap harinya. Dari cerita tentang teman gue yang absurd (namanya Alam), kejadian horor, rasanya jadi tukang susu, sampai drama percintaan yang gagal total. Jadi hampir tiap hari ada aja cerita yang ingin gue tulis di blog.

 

Continue Reading...

Tuesday, 28 December 2021

Bukan Gagal, Tapi Berhasil Dengan Gaya

Tahun 2021 hampir berakhir, tetapi gue belum nulis apapun di blog ini. Semenjak bekerja, rasanya badan ini gampang lemas. Mungkin itulah yang membuat gue jadi males nulis lagi di blog. Well, ini juga gue maksain nulis supaya setidaknya ada satu tulisan di tahun 2021 ini.

 

Di akhir tahun, pasti kita akan memikirkan kembali apa saja yang telah kita lakukan. Semacam melakukan flashback lah. Begitu juga dengan yang gue lakukan. Di malam yang sedang hujan rintik-rintik ini, gue melakukan flashback tentang apa saja yang gue dapatkan dan lakukan tahun ini.

 

Namun rasanya enggak ada sesuatu yang spesial yang gue lakukan. Semuanya biasa saja seperti tahun-tahun lalu.

 

Tetapi gue kepikiran tentang kegagalan-kegagalan yang pernah gue alami dari tahun-tahun sebelumnya.

 

Continue Reading...

Tuesday, 2 June 2020

Kamu Bukan Boneka



Akhir-akhir ini daftar trending Youtube sedang dihebohkan oleh sebuah video klip. Video itu berhasil bertengger di top trending youtube mengalahkan video Sour Candy-nya Lady Gaga dan Blackpink. Lebih lebih mengalahkan video Happy Family-nya Ruben Onsu lho. Gila gak tuh.

Kekeyi Rahmawati lah pemilik Video tersebut.

Karena gue penasaran, gue ikutan tonton videonya. Alhamdulillah di lima detik pertama gue langsung pengen uninstall youtube.

Seperti yang kita tahu Kekeyi adalah Beauty Vlogger yang sempat viral dan akhirnya terkenal. Iya juga membuat video mukbang dan video-video absurd di kanal Youtube-nya. Namun ia malah sering dibully karena tingkahnya yang menurut gue konyol sih. Gue sendiri melihat tingkahnya Kekeyi empet. Sebel aja gitu. Entah kenapa. Melihat video mukbangya yang begitu aneh. Belum lagi video tarian-tarian absurdnya. Belum lagi kisah percintaannya yang nyebelin. Semua videonya bikin jemari ini ingin membully, sumpah.
Continue Reading...

Wednesday, 27 May 2020

Bocil yang Terjebak




Sebentar lagi usia gue menginjak 27 tahun. Gila sih tua banget rasanya. Umur 27 tahun itu sudah enggak muda lagi. Sudah layak jadi bapak-bapak.

Kadang gue menyesali pertumbuhan umur gue. Rasanya terlalu cepat. Gue enggak siap menginjak umur segitu. Gue merasa masih berumur 20 tahunan. Seperti anak muda yang baru lulus kuliah kemarin.

Gue masih suka main game, nonton kartun, dan masih suka minta jajan ke ibu. Persis seperti bocil. Lebih tepatnya bocil yang terjebak di dalam tubuh orang dewasa. Hampir enggak ada bedanya. Palingan ada bulu bulu kriting sedikit di area pipi, bawah hidung dan bawah perut.

Semakin mendekati hari jadi ke 27 tahun, gue semakin gelisah. Tak ingin mneghadapinya namun juga rasanya ingin lepas dari sifat bocil dan bertransformasi menjadi orang dewasa. Seperti yang gue temui saat ini di lingkungan pergaulan. Teman-teman gue sudah pada dewasa. Diantara mereka banyak yang sudah menikah, sudah memiliki anak. Bahkan ada yang sudah punya rumah sendiri.

“Kok mereka bisa sih?” ucap gue membatin.
Continue Reading...

Sunday, 6 October 2019

Kesempatan Kedua




Sudah lama rasanya gue tidak menulis di blog. Harus gue akui, kehidupan di dunia nyata menyerap energi gue. Saat ini gue mengajar di sebuah SMA negeri di Kota Kuningan dari pagi sampai sore hari. Sesampainya di rumah, badan sudah lemas semua. Keinginan untuk nulis tidak ada, yang ada inginnya rebahan di kasur, sambil main hape, sesekali melihat foto profil gebetan.

Di sekolah, ada rekan guru yang baru saja mengalami musibah. Anaknya melahirkan, namun bayinya tidak selamat. Sang bayi meninggal karena keracunan air ketuban yang sudah pecah sebelum bayi lahir. Sedih rasanya mendengarnya. Akhirnya gue cerita ke nyokap.

“Bu, anaknya bu Eni melahirkan, namun bayinya meninggal,” curhat gue ke ibu.

“Innalillahi wainnailaihirojiun. Kenapa bisa?” tanya nyokap agak shock.

“Bayinya keracunan air ketuban ibunya. Telat penanganan harusnya langsung disesar,” ucap gue.

“YA ALLAHH,” tetiba nyokoap histeris. “Kamu juga dulu begitu.”

“Hah?” gue kaget.

“Dulu air ketuban ibu juga pecah saat kamu masih di perut. Bahkan sampai tiga hari,” kata ibu heboh.

Gue mendengarkan dengan seksama.

“Pas lahir kamu sudah biru dengan tangan yang keriput,” kata nyokap. “Untung kamu selamat, Nak,” sambungnya sambil mengusap-usap kepala gue dengan mata berkaca-kaca.

Gue speechless. Beruntung banget gue selamat kala itu. Bisa saja gue bernasib sama dengan cucunya bu Eni. Namun, Allah sangat baik sama gue.

Gue membayangkan mungkin saja kala itu gue bisa meninggal, namun Allah bekata, “Kamu harusnya mati keracunan air ketuban. Hm… tapi Aku takdirkan kamu untuk selamat.”

Gue yang dalam kandungan hanya bisa mendengar tak berdaya.

“Ibu dan ayahmu membutuhkan kamu,” ucap Allah melanjutkan. “Kamu enggak jadi mati deh. Aku kasih kamu kesempatan kedua.”

Gue tak berdaya. Hanya terpaku.

Allah bilang lagi, “Kamu akan hidup dan tumbuh besar. Manfaatkanlah hidupmu sebaik mungkin untuk ibadah. Bahagiakanlah ibu dan bapakmu. Kasihilah istri dan anak-anakmu kelak.”

Iya, gue membayangkan itu yang Allah ucapkan ke gue saat gue tidak jadi ditakdirkan meninggal keracunan air ketuban.

Gue sadar, gue mungkin bisa tidak selamat saat itu. Ini adalah kesempatan kedua yang Allah beri. Hidup gue sangatlah berhaga. Tidak akan gue sia-siakan begtu saja. Gue harus membayar kepercayaan Allah kepada gue denan ibadah yang maksimal, menyayangi ibu dan bapak, merawat istri dan anak-anak gue kelak dengan baik.

Terimakasih Ya Allah telah memberiku kesempatan kedua. Termiakasih telah memberiku kehidupan yang berharga.

Continue Reading...

Tuesday, 21 May 2019

Kultum Bersama UYG: Merayu Allah



Assalamualaikum, Netizen!

Berjumpa lagi dengan gue. Tak terasa kita sudah memasuki bulan Ramadhan. Udah jalan dua minggu sih. Telat ya gue baru ngomongin Ramadhan sekarang. Setelah sekian lama enggak nulis blog, akhirnya gue kembali bisa menulis. Kehidupan nyata telah membuat gue males nulis. Padahal banyak kegelisahan dalam hati yang ingin gue ceritakan.

Jadi, sekarang bulan Ramadhan nih. Gue akan mengisi tulisan di blog dengan konten yang lebih bermanfaat dari konten yang biasanya. Postingan ini gue beri nama Kultum Bersama Ustadz Yoga Ganteng, yang disingkat UYG. Bodo amat lah lo mau nerima sebutan itu atau enggak. Yang jelas UYG akan berbagi motivasi keislaman yang akan menggetarkan jiwa, terutama jiwa para jomblo yang masih aja menjalani Ramadhan tahun ini tanpa tambatan hati. Di mana mereka sahur cuma dibangunin toa masjid, bukan kecupan mesra istri di dahi.

Continue Reading...

Wednesday, 21 November 2018

Kelas yang Akan Dirindukan




Apa yang orang lain bilang adalah benar. Bahwa waktu berlalu begitu cepat, tanpa kita sadari. Gue juga merasakan hal yang sama. Kali ini gue merasa waktu berlalu lebih cepat dari kereta Shinkansen. Kini di hadapan gue hanya tersisa waktu satu bulan dari waktu satu tahun yang gue punya.

Dalam menjalani Pendidikan Profesi Guru ini, gue akan menghadapi perpisahan

Satu kelas yang akan gue rindukan kelak. Kelas PPG Pendidikan Bahsa Inggris. Di sini gue menemukan keluarga, semangat, pelajaran.  Sungguh gue pasti akan rindu.

Kami akan berpisah, kemudian menjalani hidup masing-masing. Lalu menikah dengan pasangan masing-masing. Menemukan keluarga baru, semangat baru, kebahagiaan baru.

Namun rindu pada kelas ini akan selalu ada.

Gue akan menikmati sisa waktu yang ada, sebelum akhirnya gue akan merindukan kelas ini kelak.


Continue Reading...

Friday, 16 November 2018

Kisah Lelaki Penabung Rindu




Suatu hari, hiduplah lelaki tampan. Namun ketampanannya hanya diakui oleh keluarganya. Walaupun hanya keluarganya yang memuji ketampananya, lelaki itu tetap bahagia. Ia selalu membagikan sedekah dalam bentuk senyuman. Bahkan suka senyum-senyum sendiri di depan cermin.

Dia telah lama menjomblo. Satu-persatu perempuan silih berganti menjadi gebetannya. Namun tak ada satupun wanita yang berhasil meluluhkan hatinya. Perasaannya pada seorang wanita tidak pernah dalam. Dia belum menemukan wanita yang membuatnya benar-benar jatuh hati.
Continue Reading...

Monday, 12 November 2018

Asrama Berhantu




Hari ini di asrama gue cuma tidur-tiduran di kasur, main hape, terus makan. Sungguh bukan kegiatan yang produktif. Semenjak kegiatan PPL selesai gue jadi bingung mau ngapain. Padahal masih ada Penelitian Tindakan Kelas yang harus di garap. Memang dasar lagi malas aja guenya. Bukannya ngegarap PTK, yang ada gue malah nonton Youtube. Dan saat itu gue nonton Paranormal Experience di Youtube Channel-nya Raditya Dika. Dia ngomongin sebuah rumah tua di Jogja yang sangat angker.

Awalnya gue males banget. Apaan sih ini rumah hantu enggak jelas. Eh tapi semakin gue tonton, malahan jadi seru. Dan gue jadi nonton itu seharian. Dari part satu, sampai part empat. Tiap partnya berdurasi sampai satu jam lebih. Betapa gabutnya gue hari itu. Tapi sumpah, seru banget. Gue memang suka dengan cerita pengalaman misitis kaya gitu.

Seharian gue nonton Paranormal Experience, gue jadi kepikiran menulis cerita mistis yang gue alami selama tinggal di asrama ini.

Jadi gue sekarang tinggal di asrama. Gue tinggal di sini selama menjalankan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Sekarang sudah bulan ke 10 gue tinggal di sini. Perlu kalian tahu, asrama ini lumayan serem.

Asrama tempat gue tinggal ada di Bandung. Asrama ini masih berada di dalam  lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia. Lokasi asrama berada di pojokan kampus. Tempatnya menyendiri dan sepi. Di sebelah timur, asrama bersebelahan dengan garasi bus kampus.
Continue Reading...

Saturday, 10 November 2018

Akhirnya Berpisah




Gue benci dengan perpisahan. Karena gue selalu pengen nangis tiap  berpisah. Cengeng memang. Namun gue belajar dari sebuah perpisahan, bahwa hal yang kita miliki sekarang sesungguhnya begitu berharga. Kita tidak akan benar-benar menyadarainya sampai kita harus berpisah dengannya.

“Anak-anak,” teriak gue di kelas 7E.

Seluruh peserta didik diam mendengarkan gue  yang akan bicara.  Entah mengapa hari itu mereka lebih bisa dikendalikan. Padahal sehari-hari kelakuan mereka begitu brutal dan bikin gue emosi.

“Besok dan seterusnya bapak tidak mengajar kalian lagi,” ucap gue.

“Hah? Kenapa Pak?” tanya seorang murid,  Sidya namanya. Dia murid yang tenang dan pintar.

“Tugas bapak sudah selesai,” ucap gue dengan wajah cool.
Continue Reading...

Saturday, 15 September 2018

Lika-liku Tukang Susu



Semenjak menjalani PPL di Lembang, gue jadi punya kesibukan baru, selain mempersiakan materi ajar dan scrolling status orang-orang di WA. Gue dagang susu!

Menjalani PPL di Lembang merupakan sebuah keuntungan besar. Karena lembang melimpah akan makanan khas. Terutama susu murni. Jadilah gue dan teman PPL gue, Nanda, jualan susu murni.

Sebetulnya ide jualan susu ini muncul dari Nanda. Dia yang mengajak gue untuk dagang susu. Susu murni di lembang murah banget. Satu liter besar susu murni cuma seharga Rp 7.000. Sungguh peluang bisnis yang menggiurkan.

Niat kami jualan susu cuma untuk mengganti ongkos bensin yang dipakai tiap berangkat ke sekolah. Jadi kami tidak muluk-muluk mematok penghasilan harus di atas satu miliyar perbulan.

Tiap satu liter susu murni yang kami jual, kami ambil keuntungan dua ribu. Jadi sampai di konsumen seharga Rp. 9.000.

Sistem penjualan kami dengan cara pre order. Jadi pembeli memesan dulu, baru kami belikan. Setiap hari Senin dan Kamis gue dan Nanda belanja susu.

Continue Reading...

Friday, 7 September 2018

Marah Kepada Murid



Sumpah judul di atas enggak bagus sama sekali. Gue enggak punya ide untuk memberi judul yang baik saat ini. Intinya gue mau cerita di saat gue marah kepada murid.

Saat ini gue sedang menjalani PPL di suatu sekolah di Lembang Jawa Barat. Gue menjalani praktik ngajar selama tiga bulan. Seperti yang mahasiswa PPL lainnya rasakan, gue juga males menjalani PPL ini. Males menghadapi siswa-siswa. Tingkahnya pasti susah diatur. Berdasarkan pengalaman gue waktu PPL sebelumnya, siswa paling sering bikin kesel, bikin BT, bikin emosi.

Namun demi menjalankan amanah dari negara untuk menjadi guru profesional, gue hadapi semua hal menyebalkan itu. Sungguh jiwa nasionalisme gue tidak usah dipertanyakan lagi. Begitu juga jiwa nasionalisme seluruh guru di Indonesia. yang harus dipertanyakan mah jiwa nasionalisme pemerintah tuh. Masih suka korupsi untuk memperkaya diri sendiri. Hih!

Betul saja apa yang gue duga sebelumnya. Saat gue masuk ke kelas IX-G gue langsung dihadapkan dengan siswa-siswa yang nyebelin.

“Oke. Listen up!” kata gue meminta perhatian kepada siswa. Namun mereka seakan tidak mau mendengarkan. Gue ngomong di depan kelas, masih ada aja siswa yang ngobrol di belakang seakan mereka pikir guru yang menerangkan di depan kelas sama sekali enggak penting.

Continue Reading...

Friday, 6 July 2018

Rintihan Kamar 203



Kalau dilihat dari judulnya, kesannya ini tulisan horor. Tapi tenang, ini bukanlah tulisan seram. Jadi kamu jangan membayangkan gue akan bercerita tentang sebuah kamar kosong bernomor 203. Tiap malemnya suka terdengar suara rintihan, “Ahh... Hmm... Aduhh...”

Jadi cerita ini bermula setelah kami, mahasiswa PPG UPI Bandung, melakukan Kemah Kepramukaan dan Wisata ria ke Pangandaran. Kegiatan itu berlangsung kurang lebih empat hari. Nah sepulang kami dari Pangandaran, satu-persatu mahasiswa bertumbangan. Mereka jatuh sakit.

Gue yang melihat teman-teman jatuh sakit Cuma bisa mengelus dada sambil bergumam, “Ya Allah, kasian bener mereka. Untung saya sehat.”

Continue Reading...

Tuesday, 3 July 2018

Melepaskan Untuk Menemukan



Waktu berjalan cepat tanpa kita sadari. Rasanya baru kemarin gue jadi anak SMA dan adik gue masih jadi anak SMP yang alay. Sekarang adik gue, Oci, udah mau sidang skripsi aja, dan gue udah sering dipanggil “Om,” atau “Bapak.” Sakit rasanya dipanggil dengan kata-kata itu.

Kadang gue suka mengingat lagi gimana gue suka bikin nangis Oci dulu. Bahkan dari hal yang sepele gue bikin nangis dia. Karena rebutan remote tv misalnya. Oci mau nonton kartun berbie, sedangkan gue mau nonton spongebob. Jadilah kami berantem. Kadang Oci yang manja dan ngadu ngaduin gue ke nyokap, padahal dia yang salah. Dan ujungnya gue diomelin nyokap.
Continue Reading...

Sunday, 24 June 2018

Inikah Arti Merindu



Gue dikenal sebagai orang rumahan. Seumur hidup hampir enggak pernah ninggalin rumah. Waktu usia SD gue diajak Tante nginep di rumahnya. Tapi gue menolak enggak mau. Gue nangis kejer.

Entah kenapa, gue selalu enggak nyaman kalau jauh dari rumah. Rasanya lebih nikmat tidur di rumah sendiri, walaupun rumah yang kecil. Ngobrol bercengkrama dengan keluarga.

Memasuki masa kuliah, gue masih enggan jauh dari rumah. Di saat teman-teman berlomba mendaftar ke perguruan tinggi di luar kota, gue malah nyari kampus yang deket dengan rumah. Males aja ngebayangin harus tinggal jauh dari rumah dan orangtua.
Continue Reading...

Friday, 20 April 2018

Bolehkah?




Bolehkah aku memerhatikanmu dari jauh?
Bolehkah aku melihat gambarmu lama-lama? Gambar di saat kamu berada di sebelahku.

Bolehkah aku membaca chat masukmu segera?
Namun bolehkah aku sedikit lama membalas chatmu? Karena aku harus menghapus berkali-kali typo karena tanganku yang terlalu gemetar.

Bolehkah aku gugup saat bertemu kamu? Karena aku harus memikirkan apa yang harus kulakukan.
Bolehkah aku senyum-senyum sendiri setelah berpapasan denganmu?
Bolehkah aku mendengar lagi suaramu dari sebrang telpon sana? Walau hanya 30 detik.
Bolehkah aku mengganti lirik setiap lagu yang kunyanyikan menjadi namamu?

Bolehkah aku memikirkan wajahmu malam nanti?
Bolehkah aku rindu kamu? Rindu yang menyiksa namun paling kunikmati.
Bolehkah aku sayang kamu? Rasa sayang yang tak perlu kau miliki juga.
Continue Reading...

Saturday, 7 April 2018

Santainya Orang Hebat adalah Kerja Kerasnya Aku



Saat ini gue sedang melaksanakan Pendidikan Profesi Guru. Atau disingkat PPG. Ini merupakan persyaratan baru untuk menjadi guru. Sesudah seorang calon guru menyelesaikan studi S1, bukan serta merta mereka bisa menjadi guru. Mereka harus menjalani kembali PPG selama satu tahun. Memang, jadi guru enggak gampang bro. Tapi sayang gajihnya gampangan.

Gue menjalani PPG di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Bahasa Inggris. Satu kelas terdiri dari 19 orang. Selama di kelas, gue menemukan beragam karakter mahasiswa. Kami berasal dari beragam daerah asal, latar belakang yang berbeda, dan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Dari tingkat kecerdasan itu, sudah jelas gue termasuk ke dalam kaum oon di kelas.

Sempat beberapa kali kami berlatih mengerjakan soal TOEFL dan IELTS. Dan hasil nilai gue cuma kisaran 60-an. Nilai TOEFL gue sama persis dengan wajah gue yang nampak kelahiran tahun 60-an.

Continue Reading...

Sunday, 31 December 2017

2017 yang Unyu



Tahun 2017 akan berakhir dalam hitungan jam. Semuanya terasa singkat. Padahal baru tahun lalu gue melewati pergantian tahun 2016 ke 2017 di Pulau Nias. Kini gue akan mengalami pergantian tahun lagi. Namun di Pulau Jawa.

Gue kembali mengingat apa saja yang gue lakukan sepanjang tahun 2017 ini. Kayaknya gue masih banyak dosa di tahun ini. Masih banyak kesalahan yang perlu gue perbaiki di tahun kedepan. Masih suka kepancing untuk ngomongin temen di belakang. Masih suka bikin nyokap cemberut bete. Dan masih belum konsisten ibadah dengan baik.

Gue juga belum merasa ada prestasi apa-apa yang bisa gue banggakan. Belum bisa tampil di tivi jadi peserta Dangdut Academy.

Namun ada satu capaian yang membuat gue bersukur. Karna capaian ini digapai tidak mudah bagi gue pribadi. Gue beruntung bisa ikut dalam program SM-3T. Kepanjangannya: Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Ini adalah program pemerintah yang menugaskan guru untuk mengajar di daerah terpencil di pelosok Indonesia. Sungguh program yang kece!

Tiap tahun program ini banyak peminatnya. Tembus sampai lebih dari 90.000 pelamar. Namun kuota yang disediakan enggak sampai sebanyak itu. Cuma 1/3-nya. Dan gue beruntung bisa termasuk dalam 1/3 bagian itu.

Dengan program ini, mata gue terbuka. Pendidikan di Indonesia sungguh timpang banget. Bertugas di Nias Selatan, gue menemui siswa yang masih belum bisa berbahasa Indonesia. Sehari-hari dia berkomunikasi pakai bahasa daerah. Gue jadi bingung sendiri ngajar ni bocah. Sampai-sampai gue meminta salah seorang temannya yang bisa berbahasa Indonesia untuk menjadi penerjemah gue.

Di sisi lain gue heran, tiap kurun waktu tertentu, pemeintah merubah kurikulum. Padahal masalah  mendasar pendidikan Indonesia adalah di pemerataannya. Enggak ada yang salah menurut gue dengan kurikulum pendidikan Indonesia. Kurikulum kita udah kece banget. Yang salah justru ketimpangan pendidikan. Gue berharap pemerintah menguras energi berpikir mereka untuk meratakan pendidikan, bukan untuk merubah-ubah kurikulum pendidikan. Walaupun menurut gue kurikulum juga penting banget.

Dan masalah yang dihadapi siswa di pelosok juga mengenai insfrastruktur. Kondisi jalan di tempat gue mengajar: desa Boronadu, Nias Selatan, bener-bener kacau. Jalan penghubung antar desa cuma terbuat dari batu kali yang di susun. Iya beneran. Batu kali. Batu gede-gede yang biasa dipake untuk pondasi bangunan. Kebayang enggak tuh naik motor lewat jalan yang tersusun dari batu kali gede begitu. Udah gitu jalannya naik turun curam, khas perbukitan. Jalanan kayak gitu sungguh menguras fisik. Menghancurkan badan. Bahkan Valentino Rossi kalo tiap hari bawa motor di jalan begitu bisa turun berok tuh gue yakin.
Continue Reading...

Saturday, 2 December 2017

Kriteria Mantu Idaman Nyokap





Lelaki tulen yang sudah menginjak usia 24 mungkin akan mengalami kejadian ditanyain kapan nikah sama orang tuanya. Karna biasanya umur 24 itu rawan. Temen-temen nyokap pasti ada yang udah nimang cucu. Jadi wajar kalo doi nanya ke anaknya kapan nikah. Karna dia juga pengen nimang cucu kayak temen-temennya.

Begitu juga gue sebagai lelaki 100% tulen yang sudah berusia 24. Namun yang nyokap gue lakukan bukan sekedar nanyain kapan gue akan menikah, namun nyokap langsung meminta kriteria menantu yang ia inginkan.

Padahal gue udah suka sama cewek. Sebut aja namanya Ima Maulidya Azwari, anaknya ibu hajah Neneng. Nama panjangnya itu bukan nama sebenarnya ya guys. Gue uda cukup lama naksir sama si Ima. Dari semenjak Negara Api menyerang. Udah lama banget kan! Ima ini Cewek Sunda asli. Logat Sundanya juga kental. Lembut jadinya. Dia tinggal enggak jauh dari tempat tinggal gue.

Mangkanya tiap nyokap menyebut kriteria menantu yang ia idamkan, gue selalu kepikiran Ima. Apakah Ima sesuai dengan kriteria nyokap, atau enggak.

Nah, ini lah kriteria menantu idaman nyokap gue.

Continue Reading...

Friday, 24 November 2017

Jomblo Selektif





Gue dikenal sebagai jomblo mengenaskan sama temen-temen gue di kampus. Citra gue rusak di mata mereka. Pokoknya tiap gue kumpul bareng mereka, kesannya gue yang paling ngenes. Kesepian, enggak punya pacar. Gagal terus tiap menggebet.

Memang sih gue ini jomblo. Kejombloan gue sudah menahun. Bahkan dari lahir sampe sudah bisa bikin cewek lahiran gini, gue cuma satu kali punya pacar. Namun gue jomblo bukan karna enggak laku. Tapi gue jomblo karna selektif memilih pasangan.

Gini-gini gue pernah nolak cewek SEBELUM dia nembak gue. Gue juga pernah nolak cewek SAAT dia nembak gue. Dan terakhir, ini paling absurd, gue pernah menolak untuk jadi SELINGKUHAN. Beuh!

Jadi ceritanya begini.

Semester awal kuliah

Continue Reading...

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter