Hari ini di asrama gue cuma
tidur-tiduran di kasur, main hape, terus makan. Sungguh bukan kegiatan yang
produktif. Semenjak kegiatan PPL selesai gue jadi bingung mau ngapain. Padahal
masih ada Penelitian Tindakan Kelas yang harus di garap. Memang dasar lagi
malas aja guenya. Bukannya ngegarap PTK, yang ada gue malah nonton Youtube. Dan
saat itu gue nonton Paranormal Experience di Youtube Channel-nya Raditya Dika.
Dia ngomongin sebuah rumah tua di Jogja yang sangat angker.
Awalnya gue males banget. Apaan sih
ini rumah hantu enggak jelas. Eh tapi semakin gue tonton, malahan jadi seru. Dan
gue jadi nonton itu seharian. Dari part satu, sampai part empat. Tiap partnya
berdurasi sampai satu jam lebih. Betapa gabutnya gue hari itu. Tapi sumpah,
seru banget. Gue memang suka dengan cerita pengalaman misitis kaya gitu.
Seharian gue nonton Paranormal
Experience, gue jadi kepikiran menulis cerita mistis yang gue alami selama
tinggal di asrama ini.
Jadi gue sekarang tinggal di asrama.
Gue tinggal di sini selama menjalankan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Sekarang
sudah bulan ke 10 gue tinggal di sini. Perlu kalian tahu, asrama ini lumayan
serem.
Asrama tempat gue tinggal ada di
Bandung. Asrama ini masih berada di dalam
lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia. Lokasi asrama berada di
pojokan kampus. Tempatnya menyendiri dan sepi. Di sebelah timur, asrama bersebelahan
dengan garasi bus kampus.
Di sini ada tiga gedung asrama. Satu
gedung asrama putra, satu gedung asrama putri, dan satu lagi gedung asrama
campuran putra dan putri. Walaupun gedung itu campuran, tetap saja kamar putra
dan putri dipisah. Kamar putri ada di sayap kiri, sedangkan kamar putra ada di
sayap kanan. Seluruh asrama terdiri dari empat lantai.
Awalnya gue enggak pernah berpikiran
macem-macem tentang asrama ini. Gue merasa enggak ada yang salah dengan asrama
ini. Sampai akhirnya teman gue menceritakan hal-hal aneh yang ia alami selama
di asrama.
“Jadi, waktu itu magrib,” ucap teh
Nuy. Dia teman kuliah gue selama PPG. Saat itu kami sedang bercerita di kampus
di sela-sela jam kuliah.
“Terus, Teh?” tanya gue penasaran.
“Aku dengar ada suara langkah kaki.
Seperti orang yang lari terburu-buru dari lantai empat, terus turun ke lantai
satu. Keras banget hentakan kakinya,” jelas Teh Nuy. Saat itu Teh Nuy berada di
lantai satu.
“Kaya orang yang kebelet pup
lari-lari ke WC?” tanya gue.
“Yaa pokoknya gitu lah.”
“Terus?”
“Tiba-tiba suara itu hilang. Dan aku
tungguin enggak ada yang turun. Sepi. Hening.”
“Serius?” tanya gue enggak percaya.
“Ada lagi,” ucap Teh Nuy.
Kemudian teh Nuy cerita bahwa tiap
malam, selalu saja ada suara mengganggu. Bentuknya bermacam-macam. Pertama
suara seseorang yang menggeser-geser meja. “GREKK... GREEKKK...” padahal waktu
itu sudah jam sebelas malam. Asrama sudah sepi.
Memang sih asrama sudah sepi pukul
sebelas malam. Itu karena di asrama berlaku jam malam. Mulai pukul setengah
sebelas malam sudah tidak boleh ada aktifitas di luar kamar asrama. Pintu keluar
asrama dikunci. Jadi semua penghuni harus masuk kamar demi kenyamanan bersama.
Karena ada penghuni asrama yang sudah mau istirahat jam segitu.
Awalnya Teh Nuy mengira itu penghuni
di kamar lain yang sedang memindahkan barang, namun keesokan paginya setelah
Teh Nuy tanya-tanya ke penghuni lain, mereka enggak ada yang memindahkan barang
malam-malam.
Keesokan malamnya terjadi hal yang
serupa. Namun kali ini bukan Teh Nuy saja yang mengalaminya. Penghuni lain
satu-persatu mendengar suara geser-geser meja di tengah malam. Dan lagi-lagi keesokan
paginya tidak ada yang mengakui.
Gue juga mendengar cerita dari
seorang teman, dia menceritakan temannya yang mengalami kejadian aneh. Saat
malam, sebut saja Suci. Dia suka mencuci baju. Maklum, dari pagi sampai sore
Suci kuliah. Sehingga cuma ada waktu malam untuk mencuci pakaian.
Saat itu pukul sepuluh malam. Ketika
sedang asik mengucek, ada seseorang bertanya dari belakang, “Teh, malem-malem
nyuci. Enggak besok aja nyucinya?”
“Iya nih,” jawab Suci sambil menengok
ke belakang, ke sumber suara. Namun, Suci tidak mendapatkan apapun. Enggak ada seorang
pun di sana. Suci kebingungan siapa yang tadi bertanya ke dia.
Bulu kuduk gue merinding seketika
mendengarkan cerita itu.
Gue sih antara percaya dan enggak
percaya. Gue pun menjalankan kehidupan gue di asrama dengan normal. Gue enggak
terlalu memikirkan kejadian ganjil yang terjadi dengan teman-teman gue. Toh gue
memang merasa merinding, tapi itu hanya saat mendengar cerita tersebut. Saat
selesai bercerita dan kembali ke rutinitas gue di asrama, gue enggak merasa
takut.
Sampai akhirnya gue merasakan hal ganjil
itu langsung.
Saat itu sore hari. Gue menemani
El, teman kuliah gue, mengerjakan tugas
di gedung Asrama Putra. Sore itu El meminta gue untuk membantunya
menterjemahkan jurnal berbahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. El adalah
mahasiswa PPG jurusan Penjas. Dia mendapatkan tugas dari dosennya untuk mencari
jurnal. Karena gue anak Pendidikan Bahasa Inggris, mangkanya dia minta tolong
gue untuk menjelaskan ke dia jurnal-jurnal yang dia dapatkan yang mana semuanya
berbahasa Inggris. Walaupun saat itu gue lagi lemes karena baru pulang kuliah,
tapi biarlah gue bantu El. Kasihan dia kalau sampai tugas jurnal dari dosen
tidak terpenuhi.
Gue dan El tinggal di Gedung Asrama
Campuran, namun sinyal internet di situ kurang bagus. Padahal kami butuh sinyal
internet untuk mencari jurnal. Sehingga kami memutuskan untuk mengerjakan tugas
di Gedung Asrama Putra. Wifi di Gedung Asrama Putra sangat cepat. Maklum, di sana
sedikit penghuni. Sedikit orang yang memakai wifi sehingga internet lancar. Namun
karena di sana sedikit penghuni, Gedung Asrama Putra terkesan sepi sunyi. Hening.
Gue dan El internetan di lantai
dasar. Kami keasikan mengerjakan tugas sampai tanpa sadar waktu sudah menjelang
magrib. Tadinya ada beberapa penghuni lain yang juga sedang internetan di sini,
namun sekarang semuanya sudah pergi. Suasana asrama pun mulai gelap. Lampu neon
baru menyala sebagian. Jadi di beberapa
sudut gedung nampak gelap remang-remang.
Gue memandangi sekitar, lalu bergumam
dalam hati, Ini asrama sepi banget yak.
Gue mulai gelisah. Soalnya waktu magrib makin dekat. Ditambah suasana yang
gelap remang-remang dan sama sekali tidak ada orang selain gue dan El.
Betul-betul cuma kami berdua di lantai dasar itu. Sepertinya penghuni lain
sudah berada di kamarnya masing-masing dan bersiap untuk solat magrib.
Di tengah-tengah keheningan, tiba-tiba
terdengar suara, “HIIIIII... HIHIHIHIHIHIH..... HIHIHIHI...”
Sebuah suara perempuan tertawa keras.
Dan itu jelas banget! Gue sadar 100% itu suara perempuan ketawa. Suaranya
nyaring dan cempreng. Seolah suara itu berasal dari lantai bawah, tepat dimana
gue dan El mengerjakan tugas.
Gue menoleh pelan ke El yang ada di
sebelah kiri gue. El pun menoleh ke gue. Kami cuma bisa lihat-lihatan. Mulut
gue seolah terkunci. Gue shock. Itu suara apaan! Mana ada perempuan di sini
kecuali El, kan saat itu gue berada di asrama putra. Seketika gue langsung
merinding.
“Ka-kamu denger enggak tadi?” akhirnya
gue tanya ke El.
“Iyah,” jawab El pelan. Kemudian
tangannya bergerak melipat leptop. Merapihkan meja. Menggemblok ranselnya. ”Udah,
pulang yuk!”
Kami pun bergegas ke luar gedung. El
berjalan cepat, gue ketinggalan di belakang.
“El, tunggu,” kata gue narik tas El
yang dia gemblok di belakang. Bulu kuduk gue makin berdiri. “Aku takut banget
sama suara tadi,” kata gue dengan cemennya.
Sejak saat itu gue jadi parno. Gue
jadi males keluar kamar lebih dari jam sepuluh malam. Bahkan untuk sekedar
pipis pun gue males. Gue juga jadi kepikiran tentang suara geseran meja. Tiap ada
suara meja digeser gue selalu parno, “Eh suara apaan tuh?” ucap gue. Padahal itu
siang-siang.
“Bukan. Bukan apa-apa,” ucap Maul,
teman kamar gue di asrama.
Di suatu malam gue kembali merasakan
hal aneh. Saat itu gue tidur cepat. Mungkin
pukul sembilan gue sudah tidur. Tiba-tiba gue terbangun pukul satu dini hari. Begitu
gue bangun, gue langsung disambut dengan suara meja digeser. “GREKKK... GREKKKK...”
Saat itu gue baru banget bangun
tidur. Mata gue masih perih rasanya. Gue dengerin suara itu sambil
bertanya-tanya, ini suara apaan yak? kata
gue dalam hati. Namun saat itu enggak ada rasa takut. Gue merasa biasa aja. Entah
kenapa.
Akhirnya gue sadar. Ini suara geseran
meja yang pernah dialamin Teh Nuy malam-malam. Saat itu gue yakin ini pasti
gangguan hantu yang pernah Teh Nuy rasakan. Bukannya takut, gue malah kesel
karena lagi ngantuk-ngantuknya malah digangguin. Akhirnya gue teriak.
“BERISIK WOY! BRENGS*K!! KAMPRET LAGI
TIDUR NIH! DIEMMM!!!” kata gue penuh emosi.
Kemudian suara geseran meja itu
langsung berhenti. Semua kembali hening. Sepi.
Gue enggak tahu kenapa bisa seberani
itu. Bahkan emosi seperti itu. Gue bingung kenapa. Namun yang jelas keberanian
gue bisa membuat hantu itu berhenti gangguin gue dengan suara geseran meja itu.
Walaupun kemudian gue pernah merasakan kejadian aneh lagi, gue menghadapinya
dengan biasa saja.
Kayaknya kita enggak boleh takut deh,
justru kita harus marah. Karena gue percaya manusia memiliki derajat yang lebih
tinggi dari hantu atau jin. Yang membuat kita diganggu justru karena muncul
dari keparnoan diri sendiri. Sejak saat itu gue enggak parno lagi dengan
kejdian aneh yang gue alami. Sebaliknya gue akan marah kalau diganggu. Kalau bisa
gue marah-marah sambil memaki cowok saingan yang ngedeketin gebetan gue, “WOY
SETAN! BERANI LO GANGGUIN GUE? BERANI LO DEKETIN GEBETAN GUE? JANGAN PERNAH
DEKETIN DIA!! DASAR GEMBROT!!”
So, kita harus berani. Jangan mau
ditakutin hantu.
serem uy, baca cerita gini malam-malam.
ReplyDeleteyang horor kayaknya pas bagian si suci lagi nyuci. itu gimana ekspresinya pas ngejawab pertanyaan, eh orang yang nanya mendadak hilang. gue ngebayanginnya serem sih. udah mah capek kuliah, pegel ngucek pakaian kotor, ditambah lagi ada pertanyaan kampret kayak gitu.
ReplyDeletegue udah tamat juga sih nonton paranormal experiencenya d channel bang radit. ngerasa seru juga. gue malah nontonnya tengah malem sendirian, dan alhamdulillah enggak takut sama sekali. ya karena emang gue lagi enggak d indonesia aja sih makanya berani, klo lagi d indo, bkalan mikir lagi buat nonton serem d tengah malem.
ehehe