Namanya
Alam. Ia gemar menjemur dalemannya di jemuran kecil di depan kamarnya. Sampai-sampai
dalemannya mendominasi jemuran itu. Padahal jemuran itu punya bertiga. Dua orang
teman kamarnya sampai hampir tidak kebagian lahan untuk jemur handuk.
Alam
adalah teman gue di Kuliah Program Pendidikan Guru ini. Kami tinggal satu
asrama. Kamar kami bersebelahan. Satu kamar ditempati oleh tiga mahasiswa. Gue satu
kamar dengan Nanda dan Maul, Alam satu kamar dengan dua orang lainnya. Gue sering
berkunjung ke kamar Alam. Berbincang ria dengannya sambil memerhatikan sikap
aneh yang dia miliki. Termasuk suka jemur sempak sembarangan di jemuran.
Bukan
cuma jemur sempak di sembarang tempat, dia juga gemar menggantung pakaian di
dinding. Sampai-sampai dinding kamarnya hampir penuh dengan pakaiannya. Kalau mahasiswa
pada umumnya menghias kamar asrama dengan poster artis, Blackpink misalnya,
Alam menghiasnya dengan pakaian yang menggantung di tembok. Jadi ketika tidur,
mahasiswa pada umumnya memandangi wajah Lisa Blackpink, Alam memandangi
celananya yang menjuntai menjijikan indah di tembok kamar.
Alam
memiliki selera layaknya orang tua. Contohnya minum kopi pahit sambil pakai
sarung. Padahal umur Alam cuma lebih tua dari gue satu tahun, namun seleranya
seperti lebih tua 50 tahun dari gue. Itu
juga yang membuat wajahnya nampak tua. Bahkan saking tuanya, wajah Alam saat
masih SMA sama sekali enggak gue kenali. Wajahnya saat SMA dengan wajahnya saat
ini seperti wajah anak dan bapak. Beda jauh
tingkat tuanya.
Alam
suka ngomong ngelantur. Pernah sekali waktu gue bertanya pada Alam, “Lam, mau
kemana?” kata gue yang melihat dia bersiap pakai helm.
“This
is not your business. I’m going to the place you have never been before!” kata
Alam sambil memicingkan mata.
Sakit ni orang, kata gue dalam hati.
Sekali
waktu Alam sedang presentasi materi kuliah di kelas, kemudian dia mendekati
seorang teman, dia perempuan. Lalu Alam berbisik di telinga perempuan itu, “I
want to get into your jungle.”
“Hah?”
si cewek kaget.
Lama-kelamaan
Alam makin sering ngelantur ngomong dalam Bahasa Inggris. Ia seolah merasa
dirinya seorang aktor Hollywood yang sedang berakting di dunia nyata. Padahal
kualitas wajahnya jauh banget sama aktor Hollywood.
Seiring
berjalannya waktu gue makin terbiasa dengan sikap aneh Alam. Justru makin ke
sini gue makin menemukan sisi lain dari Alam. Sisi yang tidak semua orang
miliki. Sisi baik yang hanya Alam yang punya.
Diam-diam
Alam adalah sosok yang perhatian. Pernah suatu saat gue dan dua teman kamar gue
sakit secara bersamaan. Kami sakit karna kecapean sepulang kegiatan Kemah
Pramuka di Pangandaran.
“Bro,
nih makan dulu,” tiba-tiba Alam masuk kamar membawakan makanan.
Gue,
Maul, dan Nanda enggak bisa berkata apa-apa karena sakit enggak ketulungan. Kami
hanya bisa mendesah untuk mengucapkan makasih ke Alam.
“Hmmph…”
kata gue ke Alam, yang artinya, ‘makasih.’
Alam
sering masuk ke kamar. Ia mejenguk dan memantau kesehatan kami. Dia juga enggak
segan-segan memberi obat untuk kami. “Ambil aja sudah. Pakai saja,” kata Alam. Padahal
obat yang dia beri cukup mahal harganya.
Suatu
hari gue sedang lesu karena habis disalah-salahin sama dosen karena tugas gue
kurang bagus.
“Kamu
jangan peduli sama penilaian orang. Enggak ada manusia yang sempurna. Pasti aja
salah di hadapan orang,” kata Alam dengan bijaknya. Ia berusaha menenangkan
hati gue. Mencoba menghibur gue. “Udah, nih minum kopi buatan saya,” ujar Alam
menyodorkan kopi hitam berharap gue enggak terlalu memikirkan dosen itu. “Kita
di sini cuma mencoba menghibur kamu,” ucap Alam kemudian.
Gue
sih enggak terlalu terhibur dengan kopi dan ucapan Alam, namun entah mengapa gue
merasa lebih baik. Lebih merasa lega. Ternyata Alam tidak hanya tua secara
wajah dan kebiasaan, namun sikapnya juga dewasa dan perhatian.
Selain
itu, belakangan Alam bilang bahwa dia sedang mengasah kemampuan grammar-nya. Makanya
dia sering menggunakan Bahasa Inggris dalam percakapannya. Termasuk ucapan
ngawurnya yang seolah-olah sedang berakting di film Hollywood. Karena kebiasaan
ngomong ngawurnya, kemampuan berbahasa Inggrisnya tetap terjaga, malah menjadi
lebih baik. Padahal sebelumnya dia sudah pintar. Dia bilang bahwa dia belajar keras
untuk bisa pandai dalam grammar, walaupun harus berbicara ngawur. Terbukti nilai
grammarnya selama perkuliahan selalu yang terbaik di kelas. Gue salut sama ni
orang.
Dari
semua keanehan sifat Alam, dia memiliki sifat yang menyenangkan. Gue belajar
banyak darinya. Dari keanehannya, dari ketuaannya. Tanpa kehadiran Alam di
kelas, mungkin kelas tidak akan seseru ini.
Well,
Alam memang orang yang aneh, namun gue suka dengan sifatnya.
Hebat ya Alam, walaupun udah jadi yang terbaik masih terus belajar dengan semangat. Lebih hebat lagi, bisa jadi temen yang nggak cuma sekedar temen tapi juga bisa perhatian.
ReplyDeletesalam buat Alam, Ga~
Biarpun aneh, tapi Alam ini teman sejati banget yaaaak :D kereeen :D
ReplyDeleteDari judulnya kayak suka sama cewek aneh, ternyata, haha.. lucuk!
ReplyDeleteMampir balik dong..
www.kyndaerim.com
Hmmph, artinya makasih, wkwk..
Hampir semua manusia yang pernah berteman dengan saya (bukan berarti kini mereka punah), menyatakan saya aneh.
ReplyDeleteMembuat saya melihat pada diri sendiri. Apa yang aneh?
Kemudian saya jatuh cinta pada diri sendiri, huhu.