Showing posts with label guru. Show all posts
Showing posts with label guru. Show all posts

Monday, 19 September 2022

Sebuah Comeback

 


Rasanya sudah lama sekali gue enggak menulis. Terakhir gue rutin nulis di blog pada tahun 2018. Saat itu gue sedang menjalani Pendidikan Profesi Guru di UPI Bandung. Di sana banyak sekali cerita yang gue alamin tiap harinya. Dari cerita tentang teman gue yang absurd (namanya Alam), kejadian horor, rasanya jadi tukang susu, sampai drama percintaan yang gagal total. Jadi hampir tiap hari ada aja cerita yang ingin gue tulis di blog.

 

Continue Reading...

Tuesday, 28 December 2021

Bukan Gagal, Tapi Berhasil Dengan Gaya

Tahun 2021 hampir berakhir, tetapi gue belum nulis apapun di blog ini. Semenjak bekerja, rasanya badan ini gampang lemas. Mungkin itulah yang membuat gue jadi males nulis lagi di blog. Well, ini juga gue maksain nulis supaya setidaknya ada satu tulisan di tahun 2021 ini.

 

Di akhir tahun, pasti kita akan memikirkan kembali apa saja yang telah kita lakukan. Semacam melakukan flashback lah. Begitu juga dengan yang gue lakukan. Di malam yang sedang hujan rintik-rintik ini, gue melakukan flashback tentang apa saja yang gue dapatkan dan lakukan tahun ini.

 

Namun rasanya enggak ada sesuatu yang spesial yang gue lakukan. Semuanya biasa saja seperti tahun-tahun lalu.

 

Tetapi gue kepikiran tentang kegagalan-kegagalan yang pernah gue alami dari tahun-tahun sebelumnya.

 

Continue Reading...

Tuesday, 27 November 2018

Orang yang Aneh, Namun Aku Suka




Namanya Alam. Ia gemar menjemur dalemannya di jemuran kecil di depan kamarnya. Sampai-sampai dalemannya mendominasi jemuran itu. Padahal jemuran itu punya bertiga. Dua orang teman kamarnya sampai hampir tidak kebagian lahan untuk jemur handuk.

Alam adalah teman gue di Kuliah Program Pendidikan Guru ini. Kami tinggal satu asrama. Kamar kami bersebelahan. Satu kamar ditempati oleh tiga mahasiswa. Gue satu kamar dengan Nanda dan Maul, Alam satu kamar dengan dua orang lainnya. Gue sering berkunjung ke kamar Alam. Berbincang ria dengannya sambil memerhatikan sikap aneh yang dia miliki. Termasuk suka jemur sempak sembarangan di jemuran.
Continue Reading...

Wednesday, 21 November 2018

Kelas yang Akan Dirindukan




Apa yang orang lain bilang adalah benar. Bahwa waktu berlalu begitu cepat, tanpa kita sadari. Gue juga merasakan hal yang sama. Kali ini gue merasa waktu berlalu lebih cepat dari kereta Shinkansen. Kini di hadapan gue hanya tersisa waktu satu bulan dari waktu satu tahun yang gue punya.

Dalam menjalani Pendidikan Profesi Guru ini, gue akan menghadapi perpisahan

Satu kelas yang akan gue rindukan kelak. Kelas PPG Pendidikan Bahsa Inggris. Di sini gue menemukan keluarga, semangat, pelajaran.  Sungguh gue pasti akan rindu.

Kami akan berpisah, kemudian menjalani hidup masing-masing. Lalu menikah dengan pasangan masing-masing. Menemukan keluarga baru, semangat baru, kebahagiaan baru.

Namun rindu pada kelas ini akan selalu ada.

Gue akan menikmati sisa waktu yang ada, sebelum akhirnya gue akan merindukan kelas ini kelak.


Continue Reading...

Monday, 12 November 2018

Asrama Berhantu




Hari ini di asrama gue cuma tidur-tiduran di kasur, main hape, terus makan. Sungguh bukan kegiatan yang produktif. Semenjak kegiatan PPL selesai gue jadi bingung mau ngapain. Padahal masih ada Penelitian Tindakan Kelas yang harus di garap. Memang dasar lagi malas aja guenya. Bukannya ngegarap PTK, yang ada gue malah nonton Youtube. Dan saat itu gue nonton Paranormal Experience di Youtube Channel-nya Raditya Dika. Dia ngomongin sebuah rumah tua di Jogja yang sangat angker.

Awalnya gue males banget. Apaan sih ini rumah hantu enggak jelas. Eh tapi semakin gue tonton, malahan jadi seru. Dan gue jadi nonton itu seharian. Dari part satu, sampai part empat. Tiap partnya berdurasi sampai satu jam lebih. Betapa gabutnya gue hari itu. Tapi sumpah, seru banget. Gue memang suka dengan cerita pengalaman misitis kaya gitu.

Seharian gue nonton Paranormal Experience, gue jadi kepikiran menulis cerita mistis yang gue alami selama tinggal di asrama ini.

Jadi gue sekarang tinggal di asrama. Gue tinggal di sini selama menjalankan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Sekarang sudah bulan ke 10 gue tinggal di sini. Perlu kalian tahu, asrama ini lumayan serem.

Asrama tempat gue tinggal ada di Bandung. Asrama ini masih berada di dalam  lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia. Lokasi asrama berada di pojokan kampus. Tempatnya menyendiri dan sepi. Di sebelah timur, asrama bersebelahan dengan garasi bus kampus.
Continue Reading...

Saturday, 10 November 2018

Akhirnya Berpisah




Gue benci dengan perpisahan. Karena gue selalu pengen nangis tiap  berpisah. Cengeng memang. Namun gue belajar dari sebuah perpisahan, bahwa hal yang kita miliki sekarang sesungguhnya begitu berharga. Kita tidak akan benar-benar menyadarainya sampai kita harus berpisah dengannya.

“Anak-anak,” teriak gue di kelas 7E.

Seluruh peserta didik diam mendengarkan gue  yang akan bicara.  Entah mengapa hari itu mereka lebih bisa dikendalikan. Padahal sehari-hari kelakuan mereka begitu brutal dan bikin gue emosi.

“Besok dan seterusnya bapak tidak mengajar kalian lagi,” ucap gue.

“Hah? Kenapa Pak?” tanya seorang murid,  Sidya namanya. Dia murid yang tenang dan pintar.

“Tugas bapak sudah selesai,” ucap gue dengan wajah cool.
Continue Reading...

Tuesday, 6 November 2018

Mas Mau Bojo Kayak Gimana?




“Mas?” kata Nana dari belakang.

“Iya?” jawab gue sambil memalingkan pandangan ke kaca sepion. Melihat pantulan wajah Nana di dalamnya.

“Mas mau bojo yang kayak gimana?” tanya Nana.

“...”

“Mas, kok diem? Nanti aku ngantuk,” protes Nana setelah pertanyaannya enggak gue gubris.

“Bojo’ tuh apa sih?” tanya gue yang sebenarnya bingung apa itu “Bojo.”

Nana ketawa di balik masker motor yang ia kenakan. “Istri.’ Itu Bahasa Jawa.”

Gue manggut-mangggut.

Kemudian Nana menjelaskan bahwa ‘bojo’ bisa berarti istri atau suami.

Nana adalah perempuan Jawa tulen. Saat kami ngobrol, Nana suka keceplosan menggunakan Bahasa Jawa. Seperti “menggok,” “nggih,” atau “bojo.” Aksen Jawa Nana juga begitu kental, bahkan saat ia sedang bicara Bahasa Indonesia. Dengan kata lain, Nana ini ngapak banget. Pelafalan huruf “D,” dan “K”-nya medok. Gue pernah mencoba menirukan bahasa ngapaknya Nana. Namun gue gagal total. Bahasa ngapaknya sungguh sulit untuk ditiru.

Sore itu langit nampak mendung. Gue berkendara di atas motor, membonceng Nana sepulang mengajar. Kami sedang menjalankan praktik mengajar, biasa disebut PPL. Entah apa penyebabnya tiba-tiba sore itu Nana menanyakan gue mau istri yang seperti apa kelak. Terus terang, gue juga bingung mau yang seperti apa.

“Hmm... kalo kamu?” Gue malah bertanya balik. “Kamu mau bojo yang seperti apa?”

Continue Reading...

Saturday, 15 September 2018

Lika-liku Tukang Susu



Semenjak menjalani PPL di Lembang, gue jadi punya kesibukan baru, selain mempersiakan materi ajar dan scrolling status orang-orang di WA. Gue dagang susu!

Menjalani PPL di Lembang merupakan sebuah keuntungan besar. Karena lembang melimpah akan makanan khas. Terutama susu murni. Jadilah gue dan teman PPL gue, Nanda, jualan susu murni.

Sebetulnya ide jualan susu ini muncul dari Nanda. Dia yang mengajak gue untuk dagang susu. Susu murni di lembang murah banget. Satu liter besar susu murni cuma seharga Rp 7.000. Sungguh peluang bisnis yang menggiurkan.

Niat kami jualan susu cuma untuk mengganti ongkos bensin yang dipakai tiap berangkat ke sekolah. Jadi kami tidak muluk-muluk mematok penghasilan harus di atas satu miliyar perbulan.

Tiap satu liter susu murni yang kami jual, kami ambil keuntungan dua ribu. Jadi sampai di konsumen seharga Rp. 9.000.

Sistem penjualan kami dengan cara pre order. Jadi pembeli memesan dulu, baru kami belikan. Setiap hari Senin dan Kamis gue dan Nanda belanja susu.

Continue Reading...

Friday, 7 September 2018

Marah Kepada Murid



Sumpah judul di atas enggak bagus sama sekali. Gue enggak punya ide untuk memberi judul yang baik saat ini. Intinya gue mau cerita di saat gue marah kepada murid.

Saat ini gue sedang menjalani PPL di suatu sekolah di Lembang Jawa Barat. Gue menjalani praktik ngajar selama tiga bulan. Seperti yang mahasiswa PPL lainnya rasakan, gue juga males menjalani PPL ini. Males menghadapi siswa-siswa. Tingkahnya pasti susah diatur. Berdasarkan pengalaman gue waktu PPL sebelumnya, siswa paling sering bikin kesel, bikin BT, bikin emosi.

Namun demi menjalankan amanah dari negara untuk menjadi guru profesional, gue hadapi semua hal menyebalkan itu. Sungguh jiwa nasionalisme gue tidak usah dipertanyakan lagi. Begitu juga jiwa nasionalisme seluruh guru di Indonesia. yang harus dipertanyakan mah jiwa nasionalisme pemerintah tuh. Masih suka korupsi untuk memperkaya diri sendiri. Hih!

Betul saja apa yang gue duga sebelumnya. Saat gue masuk ke kelas IX-G gue langsung dihadapkan dengan siswa-siswa yang nyebelin.

“Oke. Listen up!” kata gue meminta perhatian kepada siswa. Namun mereka seakan tidak mau mendengarkan. Gue ngomong di depan kelas, masih ada aja siswa yang ngobrol di belakang seakan mereka pikir guru yang menerangkan di depan kelas sama sekali enggak penting.

Continue Reading...

Sunday, 24 June 2018

Inikah Arti Merindu



Gue dikenal sebagai orang rumahan. Seumur hidup hampir enggak pernah ninggalin rumah. Waktu usia SD gue diajak Tante nginep di rumahnya. Tapi gue menolak enggak mau. Gue nangis kejer.

Entah kenapa, gue selalu enggak nyaman kalau jauh dari rumah. Rasanya lebih nikmat tidur di rumah sendiri, walaupun rumah yang kecil. Ngobrol bercengkrama dengan keluarga.

Memasuki masa kuliah, gue masih enggan jauh dari rumah. Di saat teman-teman berlomba mendaftar ke perguruan tinggi di luar kota, gue malah nyari kampus yang deket dengan rumah. Males aja ngebayangin harus tinggal jauh dari rumah dan orangtua.
Continue Reading...

Saturday, 7 April 2018

Santainya Orang Hebat adalah Kerja Kerasnya Aku



Saat ini gue sedang melaksanakan Pendidikan Profesi Guru. Atau disingkat PPG. Ini merupakan persyaratan baru untuk menjadi guru. Sesudah seorang calon guru menyelesaikan studi S1, bukan serta merta mereka bisa menjadi guru. Mereka harus menjalani kembali PPG selama satu tahun. Memang, jadi guru enggak gampang bro. Tapi sayang gajihnya gampangan.

Gue menjalani PPG di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Bahasa Inggris. Satu kelas terdiri dari 19 orang. Selama di kelas, gue menemukan beragam karakter mahasiswa. Kami berasal dari beragam daerah asal, latar belakang yang berbeda, dan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Dari tingkat kecerdasan itu, sudah jelas gue termasuk ke dalam kaum oon di kelas.

Sempat beberapa kali kami berlatih mengerjakan soal TOEFL dan IELTS. Dan hasil nilai gue cuma kisaran 60-an. Nilai TOEFL gue sama persis dengan wajah gue yang nampak kelahiran tahun 60-an.

Continue Reading...

Friday, 3 November 2017

Balada Cinta Anak Pelosok



Tahun 2016 lalu gue jadi guru bantu dari pusat untuk mengajar di daerah pedalaman Indonesia. Gue ditugaskan di Pulau Nias. Tepatnya di pedalaman Kabupaten Nias Selatan, Kecamatan Boronadu. Gue mengajar di salah satu SMP.

Anak SMP di sini kelakuannya masih kayak anak SD. Udah SMP masih main kejar-kejaran. Udah gitu kalo ketangkep sama temennya, nangis. Udah nangis ngadunya ke guru. Cemen! Kayak gue waktu dulu ajah. Namun gue enggak menyangka juga, di balik kelakuan mereka yang kayak anak SD, mereka mulai tumbuh dewasa. Mereka mulai pacar-pacaran.

Gue bingung ngebayangin gimana anak pedalaman gini saat pacaran. Ini bentuk pacarannya kayak gimana coba? Kalo anak kota kan asik gitu. Pulang sekolah janjian jalan bareng, nonton ke bioskop. Atau bisa juga janjian ketemu di taman deket sekolah, nongkrong di sana sampe magrib sampe dicariin orang tuanya dikira hilang.

Lah, anak pedalaman gimana? Di sini enggak ada bioskop. Cuma bisa nonton tivi. Itu juga pake genset karna listrik belum ada.

FYI, orang di sini kalo nonton tipi ada jadwalnya, yakni tiap jam 8 malem. Yang ditonton sinetron alay. Itu juga nontonnya bareng-bareng di rumah warga yang punya tivi. Karna di sini cuma sedikit warga yang punya genset untuk nonton tivi. Cuma orang yang sanggup beli bensin 20 rebu tiap malem yang punya tivi di rumah. Mangkanya, punya tivi di rumah aja sudah dianggap kaya oleh warga di sini.

Karna di sini enggak ada bioskop, mungkin bocah SMP jadinya janjian nonton sinetron bareng di rumah tetangga.

Continue Reading...

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter