Saat ini gue
sedang melaksanakan Pendidikan Profesi Guru. Atau disingkat PPG. Ini merupakan
persyaratan baru untuk menjadi guru. Sesudah seorang calon guru menyelesaikan studi
S1, bukan serta merta mereka bisa menjadi guru. Mereka harus menjalani kembali
PPG selama satu tahun. Memang, jadi guru enggak gampang bro. Tapi sayang
gajihnya gampangan.
Gue menjalani
PPG di Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Bahasa Inggris. Satu kelas
terdiri dari 19 orang. Selama di kelas, gue menemukan beragam karakter
mahasiswa. Kami berasal dari beragam daerah asal, latar belakang yang berbeda,
dan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Dari tingkat kecerdasan itu, sudah
jelas gue termasuk ke dalam kaum oon di kelas.
Sempat beberapa
kali kami berlatih mengerjakan soal TOEFL dan IELTS. Dan hasil nilai gue cuma
kisaran 60-an. Nilai TOEFL gue sama persis dengan wajah gue yang nampak
kelahiran tahun 60-an.
Setelah beberapa
kali tes, hasil tes gue tetap saja kisaran 60. Gue sempat meratapi nasib nahas
gue ini. Kenapa gue selalu dapet nilai sejelek ini. Bahkan nilai ini lebih
jelek dari muka gue. Gue frustasi harus bagaimana. Padahal selama mengerjakan
soal gue memberikan fokus seratus persen. Gue baca kembali terus soal berulang
ulang sampai yakin bahwa jawaban gue benar. Gue juga berdoa sebelum menjalankan
latihan soal. Namun kenapa hasilnya tetep jelek.
Nilai gue jauh
di bawah Maul, mahsiswa langganan dapat nilai 90 di nilai Reading TOEFL di
kelas. Namun dia masih kurang di Structure TOEFL. Namun sekruang kurangnya
nilai structure Maul, masih lebih ancur nilai Structure gue.
Namun bukan cuma
Maul yang langganan dapat nilai 90 di kelas. Temen kelas gue lainnya, Ajar,
juga langganan dapat nilai bagus. Dia menyamai nilai Maul. Bahkan Ajar beberapa
kali unggul dari Maul di soal Structure.
Gue bertanya ke
Ajar kenapa dia bisa mengerjakan soal dan mendapat nilai bagus. Padahal dari
mukanya dia enggak meyakinkan sama sekali. Wajahnya tua, dekil, dan cenderung mesum. Orang enggak akan menyangka
sama sekali dia jago ngerjain soal Structure dan bisa ngalahin Maul.
“Apa sih tipsnya
supaya bisa dapet nilai bagus?” tanya gue pada Ajar.
“Jadi gini loh,
Pak Yoga,” kata Ajar.
Gue sempat
enggak terima dipanggil “Pak” oleh lelaki yang wajahnya satu dekade lebih tua
dari gue. Tapi akhirnya gue rela dipanggil “Pak” sama Ajar. Daripada dipanggil,
“Sayang.” Lebih ngeri.
“Gini gimana?”
tanya gue.
“Aku tuh
sebenernya enggak pinter,” kata ajar. “Aku tuh cuma kerja keras. Aku sadar aku engak pinter. Jadi aku latihan soal
terus supaya bisa.”
Gue menyimak, memerhatikan
wajah tuanya yang serius. Namun malah terlihat memprihatinkan.
“Beda sama yang
sudah pinter. Kayak Maul tuh. Santainya dia tuh kerja kerasnya aku. Santainya
orang hebat, kerja kerasnya aku.”
Sampai situ gue
terpaku. Kata-kata yang barusan keluar dari mulut Ajar begitu indah. Gue enggak
habis pikir kenapa kata-kata indah itu bisa keluar dari mulut sesosok lelaki berwajah
seperti itu. Sumpah begitu menohok.
“Coba aja Pak Yoga
kerja keras kayak Aku. Yakin pasti Pak Yoga bisa lebih besar nilainya dari
aku,” ucap Ajar.
Gue tertegun.
Gue tersadar. Selama ini gue kebanyakan ngeluh. Tiap kali dapet nilai jelek gue
selalu menyalah-nyalahkan keadaan. Beda dengan Ajar. Dia kerja keras, belajar
di kamarnya, sehingga bisa dapat nilai besar. Dia bahkan melebihi Maul. Harus
gue akui, Ajar keren. Walau wajahnya sama sekali enggak keren.
Mulai sejak itu
gue belajar di kamar. Gue berjanji pada Ajar untuk belajar keras dan janji akan
melebihi nilai latihan soal Ajar dan Maul. Gue tahu, gue bukan orang hebat.
Namun gue yakin, orang hebat namun santai-santai bisa gue kalahkan dengan kerja
keras gue. Gue yakin dengan kerja keras, gue akan naik pangkat dari kaum oon di
kelas, menjadi kaum hebat. Gue yakin!
Gue sekarang mengerti kenapa namanya Ajar, karena ternyata jobdesk dia hidup di dunia ini adalah mengAJARkan nilai nilai kehidupan kepada sesama. Sungguh luarrr byasah!!
ReplyDeleteTuh, memang Ajar benar sekali. Orang pintar belum tentu hasilnya bisa lebih tinggi dari orang yang bersungguh sungguh.
Good luck, Yog!
Wkwkwkwwkwk...
ReplyDeleteSumpah ngakak baca komen meyke!
Aku udh terharu gitu baca ending nya, salut gitu ada anak PPG sebijak ini ngambil hikmahnya.
Eeee
Tetiba baca komen meyke jd ngakak.
Kepo deh. Si ajar gmn ya reaksinya baca ini. Hahaha
Semngat terooss buat PPG nya.
By Alumni PPG yg lulus ujian putaran ke-3 . Hahahaha
waahaha si ajar mengajarkan lo untuk belajar tidaka mengeluh. Pengalaman hidup yang berarti, lebih kerja keras dikit dan tidak terlalu banyak mengeluh. Biasanya mentor yang baik emang yang kayak si ajar. Bukan cuma meemberi pelajaran secara spesifik, tapi juga secara lebih general
ReplyDeleteSemangat! nggak masalah gaji "gampangan" yang penting pengabdian dan sumbangsing ilmu pada generasi. lanjutkan mas! kamu pasti bisa
ReplyDeleteEmang sih ya, yang namanya rajin alias kerja keras itu seringnya bisa lebih sukses dibanding yang udah pinter dari sananya tapi nggak terlalu rajin. Sedihnya, soal muka itu mah ga jamin soal kepintaran.
ReplyDeleteAku agak lupa deh, pernah baca dimana. Cuma yang kuingat, dikatakan di sana, bahwa kebanyakan orang yang sukses itu banyak yang nggak cakep. Alasannya, karena mereka udah nggak cakep, maka untuk menunjukkan diri ya tinggal meningkatkan kemampuan lain dong.
So, kamu, tetap semangat ya belajarnya.
Tak banyak orang seperti Ajar, kadang orang kayak gitu kita tanyain malah mnenggurui. Tak dapat gue pungkiri, kata Ajar sangat nampar. Terkhusus untuk gue sendiri.
ReplyDeleteTapi, tiap mau serius baca, selalu ngakak dengan compare yang tidak jelas itu~
Super sekali postingannya Ga, jadi terharu pas baca muka tahun 60-an :D
ReplyDeleteBtw, memang Bagus sih postingannyapostingannya. .Buat orang2 yang nggak pinter2 amat kuncinya memang tekun ya, terus bekerja keras buat meraih hasil yang paling maksimal bukan kebanyakan ngeluh sama nyalah-nyalahin pemerintah mulu kalau ada sesuatu yang meresahkan dalam hidup.
Terimakasih Ajar, sudah berbagi tips kepada Oga. Dan terimakasih Oga, sudah berbagi tips dari Ajar kepada para pembaca blogmu .
Ajar not KURANG AJAR tapi mengAJARkan. Bener kata kak Meyke diatas.
ReplyDeleteTapi pak Ogah harus tahu, kerja keras saja gak cukup, tapi harus juga kerja cerdas. Ajak si Ajar belajar (Nah loh! ada kata AJAR dalam BELAJAR) bersama, maka bisa curi ilmu darinya. sekian pak Oga.
Keren banget ya si Ajar. Bisa menginspirasi dengan kata2 demikian. Emang sih kalau kita gak bisa harusnya bukan menyalahkan orang lain kenapa dia bisa. Terkadang org hanya perlu belajar sekali utk bisa. Sementara kita harus berkali-kali. Hehe smangat ya ppg nya. Saya belum ada ikutan ppg katanya syarat cpns ntar harus ada sertifikat ppg ya. Waah saya jd galau
ReplyDelete