Sebentar
lagi usia gue menginjak 27 tahun. Gila sih tua banget rasanya. Umur 27 tahun
itu sudah enggak muda lagi. Sudah layak jadi bapak-bapak.
Kadang
gue menyesali pertumbuhan umur gue. Rasanya terlalu cepat. Gue enggak siap
menginjak umur segitu. Gue merasa masih berumur 20 tahunan. Seperti anak muda
yang baru lulus kuliah kemarin.
Gue
masih suka main game, nonton kartun, dan masih suka minta jajan ke ibu. Persis
seperti bocil. Lebih tepatnya bocil yang terjebak di dalam tubuh orang dewasa. Hampir
enggak ada bedanya. Palingan ada bulu bulu kriting sedikit di area pipi, bawah
hidung dan bawah perut.
Semakin
mendekati hari jadi ke 27 tahun, gue semakin gelisah. Tak ingin mneghadapinya namun juga rasanya ingin lepas dari sifat
bocil dan bertransformasi menjadi orang dewasa. Seperti yang gue temui saat
ini di lingkungan pergaulan. Teman-teman gue sudah pada dewasa.
Diantara mereka banyak yang sudah menikah, sudah memiliki anak. Bahkan ada yang
sudah punya rumah sendiri.
“Kok
mereka bisa sih?” ucap gue membatin.
Kembali
ke angka 27. Sejujurnya gue benci menua. Benci menginjak umur 27 yang berarti
semakin dekat dengan angka 30 tahun. Oh no! tidak!!
Bertambahnya
usia gue juga berarti semakin menuanya ibu dan bapak. Gue sebal lagi akan hal
ini. Sebal rasanya harus melihat ibu
bapak yang berambah tua. Sedih harus melihat kerutan yang mulai muncul
di wajah dan tangannya. Tak sanggup menyaksikan tubuh keduanya yang mulai
ringkih. Suaranya yang mulai parau dan satu-persatu penyakit menyerang
tubuhnya. Ah sungguh sedih dan sebal. Gue ingin keduanya tetap muda. Tetap
gagah. Tetap sehat. Tak perlu menua.
Menjadi
dewasa juga berarti harus kehilangan teman karib. Sebal rasanya harus kehilangan
teman-teman seumuran karena sekarang di tempat kerja tiap hari ketemunya
bapak-bapak umur 40 tahunan ke atas semua. Yang sulit nyambung kalau diajak
ngobrol. Serasa gue dan mereka berbeda alam. Bercandaannya aja beda. Gue mau
ketawain bercandaan mereka tapi enggak lucu, mau diem aja takut gak sopan. Huft.
Mungkin
ini lah kehidupan orang dewasa. Yang mau enggak mau gue hadapin. Cukup
membosankan memang, cukup menyedihkan juga.
Iya,
sebentar lagi gue menjadi dewasa. Umur 27 tahun. Hmm… tiga tahun kemudian
menginjak 30 tahun. Hmm…. Sudah bapak-bapak. harus rela kehilangan panggilan, "Dek," atau "Mas." Bahkan rela tidak lagi dipanggil, "Om." tapi , "Bapak."
Hmm.. sebuah kenyataan kejam yang harus dihadapi.
Hmm.. sebuah kenyataan kejam yang harus dihadapi.
Heh samaan di tahun ini saya juga bakalan 27 tahun, padahal serasa baru kemaren masih 17. Ngedeketin umur 30 bikin perasaan makin campur aduk.
ReplyDelete