Terlambat Jatuh Cinta

By: Nurul Prayoga Abdillah on 23:22

Share it Please

Tweet

Sudah satu bulan lebih gue menjalani kegiatan praktik mengajar di salah satu SMA di kota Cirebon. Memang baru satu bulan, tapi gue ngerasanya udah kayak berabad-abad ngejalaninnya. Gimana enggak, tiap hari gue musti bangun subuh untuk siap-siap berangkat ke sekolah. Di saat mahasiswa pada umumnya baru saja tidur sehabis begadang ngerjain tugas, atau sehabis menstalking timeline mantan, gue harus berangkat meninggalkan tempat tidur. Menyeret-nyeret kaki ke kamar mandi untuk mandi dan sesekali melakukan hal lain, seperti boker yang dipaksa demi mengindari mules pas ngajar di kelas.

Hari-demi hari gue lalui dengan lemas dan lunglai. Terutama setelah melewati jam sebelas siang. Jam-jam segitu perut udah mulai keroncongan. Cacing-cacing di perut sudah minta makan. Tapi apa daya, gue terpaksa nahan laper karna uang jajan terpakai untuk beli bahan-bahan untuk ngajar. Alhasil gue cuma bisa puasa makan. Untuk nahan laper gue banyakin minum air. Kalo perlu juga ngisep angin. Dan kalo beruntung gue bisa merampas makanan temen sesama mahasiswa yang sedang lengah.

Pagi itu gue sudah mejeng di  gerbang sekolah. Gue memperlihatkan wajah tegap yang berwibawa. Para siswa masuk menghampiri gue yang sedang berdiri di gerbang itu. Mereka langsung menyalami tangan gue sambil tertunduk dengan wajah agak ketakutan. Mereka cepet-cepet mauk ke kelas sambil batuk-batuk. Gue agak curiga kenapa mereka ketakutan dan batuk-batuk. Semoga mereka bukan ketakutan karna tidak sengaja melihat upil gue yang nongol malu-malu di pangkal lobang hidung gue.

Terus kenapa mereka batuk-batuk?

Gue coba menerka-nerka. Apakah ada yang salah dengan tangan gue? Karna penasaran, gue mencium tangan gue. Gue mendeteksi aroma punggung tangan gue.

“Khoeekkk....”

Gue jadi ngerti kenapa mereka batuk-batuk. Gue pun bertanya-tanya kenapa punggung tangan gue ini beraroma cucian busuk.

  Jam mendekati pukul tujuh pagi. Ketika tepat jam menunjukan jam tujuh, bel berbunyi dan gerbang pun ditutup. Dari ujung jalan, masih aja ada siswa yang baru turun dari angkot. Di ujung jalan lainnya, ada yang baru turun dari motor ojek. Bahkan ada yang turun dari langit pake parasut.

Mereka berlarian menuju gerbang kayak ibu-ibu arisan yang menyerbu tas branded dengan diskon 99.99%. Mereka mulai sikut-sikutan, tarik-tarikan, mungkin sebentar lagi bakal bunuh-bunuhan.

Akhirnya mereka sampai di gerbang dengan keadaan hidup. Sukurnya mereka enggak sampai bunuh-bunuhan.

“Pak, bukain pintunya Pak,” kata salah satu dari mereka dengan wajah memelas.

“Paakk... buka pak” kata yang lainnya dengan wajah yang teraniaya.

“Paaakk... minta, Paakk.” Ternyata ada pengemis di dekat gerbang. Posisinya hampir enggak kelihatan. Gue pun ngejengkang terkaget-kaget sampe upil gue tumpeh-tumpeh.

 Karna gue ini guru yang lemah baik, maka gue membiarkan mereka masuk, dengan catatan mereka musti membersihkan genteng seluruh bangunan sekolah. Enggak kok gue bercanda, dengan catatan mereka harus nyapu ruang guru.

 Sambil mengawasi mereka nyapu dengan khusuk, gue memperhatikan wajah mereka. Kok mereka enggak asing bagi gue ya? Wajah mereka begitu familiar. Gue coba membuka kembali memory di otak gue. Gue ingat-ingat lagi wajah mereka. Ternyata gue baru inget mereka pernah telat beberapa kali. Bahkan mereka terhitung sering telat.

Gue enggak ngerti kenapa mereka bisa telat berkali-kali. Kenapa mereka enggak pernah belajar sih tiap kali dihukum karna telat. Harusnya mereka belajar supaya enggak telat di kemudian hari. Mereka seolah menjadikan telat adalah sebuah kebiasaan. Memang kalo gue perhatikan, siswa yang terlambat pasti itu-itu ajah.

Gue jadi berpikir, fenomena terlambat masuk sekolah ini sama aja kayak orang yang lagi jatuh cinta. Mereka jatuh cinta selalu dengan orang yang sifatnya itu-itu ajah. Pas patah hati, baru deh ngomel, “Semua cewek/cowok sama ajah.”

Seharusnya mereka belajar dari pengalaman, dan menjatuhkan hati bukan pada lawan jenis yang sifatnya sama seperti yang pernah menyakiti di masa lalu. Begitu juga dengan siswa yang terlambat, harusnya mereka mencoba untuk tidak terlambat lagi, dan memulai kebiasaan masuk sekolah tepat waktu.

Itu!