Semenjak kuliah,
gue jadi suka noton film. Kali ini beda dengan biasanya. Kali ini gue nonton
film di bioskop. Keren kan? Menurut gue ini kemajuan pesat. Biasanya gue nonton
film DVD bajakan yang gue beli di toko kaset deket SMA dulu. Gue nonton
sendirian, belum lagi layarnya yang burem. Bahkan beberapa kaset DVD bajakan isinya
mengimprovisasi film. Bukan cuma film yang terekam, tapi tawa penonton dan
mamang tukang pop corn juga ikut terekam di kaset.
Awal-awal kuliah,
gue suka nonton bareng temen-temen kelas. Sensasi nonton bareng tuh asik
banget. Saat ada adegan lucu, kami ketawa bareng-bareng. Saat ada adegan sedih,
beberapa menangis. Saat ada adegan romantis, gue sendirian yang nangis. Sedih enggak
bisa romantis-romantisan sama siapapun. Sayangnya, makin kesini temen-temen
kelas susah diajak nonton. Mereka sibuk masing-masing. Ehm, apa memang gue yang
terlalu pengangguran yah? Karna temen-temen susah diajak nonton dan gue ngebet
banget pengen nonton, akhirnya secara terpaksa nonton sendirian, huft!
Makin lama, gue makin sering nonton sendirian. Pernah
sih nonton bareng gebetan, tapi itu juga cuma sekali. Dan sekarang, semenjak
gue nembak dan ditolak dia, jangankan nonton, SMS-an pun kami jarang. Mungkin dia
emang enggak mau lagi dekat dengan gue. ehm, atau... mungkin hubungan kami sudah
kadaluarsa seperti kata Raditya Dika.
Suatu hari gue
pengin banget nonton film Tampan Tailor. Gue tertarik menonton film itu karna
pemeran utamanya Vino Bastian. Gue suka banget sama Vino. Gue selalu nonton
semua filmnya; dari mulai Catatan Akhir Sekolah, Realita Cinta dan Rock ‘n
Roll, sampai Srigala Terakhir. Gue sudah menonton film-filmnya. Gue ini
penggemar beratnya. Bahkan, gue sampai terobsesi untuk memiliki otot-otot badan
yang kekar seperti dia. Tapi, sepertinya gue sulit memiliki perut six pack
seperti dia. Gue terlalu malas untuk berolahraga. Gue sit up aja satu dasawarsa
sekali, gimana mau punya perut six pack begitu!
Hari itu gue sangat
bersemangat. Gue lari-lari kecil menuju parkiran kampus supaya bisa secepatnya
pergi nonton Tampan Tailor, ya-ya walaupun gue sendirian. Sesampainya di
bioskop, gue langsung membeli tiket. Gue mengambil tempat di E-12. Setelah itu
gue pergi ke masjid terdekat. Berhubung saat itu waktu duhur, gue solat dulu
supaya tenang nontonnya. Lagi pula film belum dimulai.
Selesai solat, gue
cepat kembali menuju gedung dan bersiap menikmati Tampan Tailor. Gue langsung
meninggalkan mesjid, walaupun mendadak gue pengin ngejagain sendal karna jiwa
penjaga-masjid gue muncul.
Dengan nafas yang
terengah-engah, akhirnya gue memasuki teather 1 seperti yang tertera di tiket. Sebelumnya
gue menyerahkan tiket ke mbak penjaga pintu teather dan tas gue digeledah gitu.
Untung gue enggak bawa benda yang aneh-aneh saat itu seperti gear motor.
Begitu duduk, gue
merasakan hal yang mengganjal. Pertama, nomor kursi yang gue tempati enggak
sesuai dengan yang tertera di denah kursi saat gue beli tiket tadi. Gue inget
nomor kursi E-12 itu berada di pinggir jalan. Dekat dengan jalan
keluar/berlalu-lalang orang. Tapi yang gue dapati saat itu, E-12 malah ada di
tengah. Kedua, lebih dari sepuluh menit film masih belum dimulai juga. Perkiraan
gue sebelumnya adalah setelah gue solat,
masuk ke teather bakalan pas dengan film yang dimulai. Tapi saat itu, lebih
dari sepuluh menit, film belum juga dimulai. Bahkan teather masih sepi banget. Mas-mas
tukang pop corn juga masih berlalu-lalang menjajakan dagangannya. Sesekali tukang
gorengan, tukang kanebo, dan tukang burung pun berjualan di dalam. Bahkan ada
pengemis juga yang berkeliaran. Ini teather atau perempatan lampu merah sih?
Perasan gue mulai
enggak enak. Lima belas menit berlalu, film belum dimulai juga. Duapuluh menit...
dua puluh lima menit... sampai setengah jam, film baru dimulai. gue pun
bertanya-tanya, mengapa film terlambat untuk diputar. Jadwalnya ngaret hampir
setengah jam. Walaupun sedikit hilang mood karna keterlambatan jadwal, gue tetap
antusias untuk menyaksikan. Setelah film diputar, gue menyaksikan hal yang
aneh. Ini kenapa melenceng jauh dari triler yang gue saksikan sebelumnya? Saat film
dimulai, enggak tertulis nama Vino Bastian sebagai pemerannya di situ. Gue mulai
resah. Dan akhirnya muncul judul film tersebut yakni, “KM 97.” Kampret, gue
salah film! Gue salah masuk teather!
Setelah gue sadar
bahwa gue salah masuk teather, gue berlari keluar. Gue langsung komplain ke
mba-mbak penjaga pintu teater tadi. Ternyata gue masuk ke teather 3, sedangkan
seharusnya gue masuk di teather 1. Ini jelas salah mbak tersebut. Harusnya dia
bisa ngecek tiket gue sebelum gue masuk, bukan cuma merobek, menggeledah tas
gue, dan mempersilahkan gue masuk. Sedikit sewot, gue meminta dia untuk
mengantarkan gue ke tempat semestinya gue berada, yakni teather satu, kursi
nomor E-12 di pinggir jalan.
Sial, waktu gue
terbuang percuma gara-gara salah masuk teather. Tadinya gue berpikir, sebagai gantinya
gue meminta mbak penjaga pintu teather itu menemani gue nonton sambil gue
pangku #Modus. Tapi gue buyarkan angan-angan itu, gue khawatir setelah film selesai, paha
gue bakal mati rasa karna menahan beban mbak-mbak tersebut selama berjam-jam.
Alhasil gue
menyaksikan film yang sudah berjalan setengah jam. Sial. Padahal gue sudah
menggebu untuk menonton film ini, tapi karna salah masuk teather semuanya jadi
berantakan. Enggak ada geregetnya kalo nonton film enggak dari awal. Jalan ceritanya
pun bakal kurang dimengerti. Gue enggak puas menonton Tampain Tailor. Mulai saat
itu, gue bertekad membeli kaset film DVD bajakan Tampan Tailor!
haha lagian lo juga sih bang pake acara salah teater juga X))))
ReplyDeleteudah bela2in nontonnya di bioskop malah kek gini kejadiannya haha :D
hahaha, njir. malah film horor nyasarnya :D
ReplyDeletefollow balik blog gue ya bang
KM 97.
ReplyDeleteitu film bokep yang ada hantunya itu ya?
tampan tailor itu memang rame?
masa sih?
gak suka film indonesia sih aku wkwk
Padahal gpp tuh nonton dulu aja KM 97. Udah beres baru komplain, biar dikasih nonton gratis.
ReplyDeleteCie movie aloner.
hahaha :D kasian bro, mangkanya hati hati
ReplyDelete