“Yang, besok free enggak? :-D”
“Ehm, iya, libur. Kenapa,
Kak?”
“Ehm, nganu. Temenin aku liat
The Raid 2 mau enggak?”
“Boleh, yuk :-D.”
Demikian lah percakapan gue
dengan pacar via SMS. Iyah, PERCAKAPAN VIA SMS. Maklum, bero, gue dan pacar
beda operator, kalo gue telpon dia, bakal mahal. Jadi cara yang murah meriah untuk
berkomunikasi sama dia adalah lewat SMS gretongan. Ya, memang kesannya enggak
modal.
Gue dan pacar beda satu tahun.
Dia adek tingkat gue gitu deh di kampus. Karna itu lah dia memanggil gue,
“Kakak.” Dan panggilan mesra dia untuk gue pun... “Kakak.” Sedangkan panggilan
mesra gue untuknya adalah, “Yang.” Memang sih, panggilan kami enggak so sweet.
Tapi seenggaknya itu lebih manusiawi
daripada panggilan “Ayah-Bunda” atau “Pipih-Mimih.” HUEKK!!
Namanya Silvi. Malam itu, gue
meminta Silvi buat nemenin gue nonton The Raid 2 di bioskop besok paginya. Udah
lama banget gue menunggu kehadiran sekuel dari pilm ini. Setelah dua tahun
lebih gue menunggu, akhirnya The Raid 2 muncul juga. Enggak sabar rasanya
melihat aksi Iko Uwais ketika memukul, menusuk, dan menembak gebetannya
lawannya.
Sebenarnya, di sisi lain gue
merasa khawatir kalo ngajak Silvi nonton The Raid. Bukan, bukan karna takut
membuat dia enggak nyaman sama darah yang muncrat. Justeru itu momen yang ajib.
Begitu Silvi ketakutan dan menjerit unyu pas ngeliat darah, gue bisa
memanfaatkan momen itu dengan cara menutup matanya dengan tangan gue. Nah,
dengan begitu, pasti bakal tercipta “eaaa-moment.”
Jadi, gue khawatir mengajak Silvi
nonton The Raid karna takut dia terpesona dan meleleh dengan aksi Iko Uwais
yang ganteng dan jantan. Sehingga sepanjang nonton, dia enggak menoleh
sedikitpun ke gue. Dia hanya fokus ke layar dengan mata berbinar-binar menatap
Iko Uwais. Sedangkan gue, yang notabene mirip Iko Uwais habis ngunyah granat
ini, cuma bisa tertunduk lesu.
Walaupun demikian, gue tetap
keukeuh ngajak Silvi nonton The Raid, karna, itu film yang gue tunggu-tunggu!
***
Pagi itu, gue mengendarai
Suprafit gue dengan hati riang gembira, menuju rumah Silvi. Di jalan, gue
senyum-senyum bahagia membayangkan raut wajah Silvi. Terbayang jelas gimana
mimiknya saat dia bicara, saat dia senyum, dan saat dia diem ajah. Gue percepat
laju si Suprafit. Angkot, motor, dan odong-odong gue salip dengan bijaksana.
Kecepatan full, biar cepet ketemu Silvi!
Lagi asyik-asyiknya ngebayangin
Silvi, tiba-tiba bayangan mamahnya Silvi muncul. Beliau senyum sambil
menyilanngkan tangan, tatapannya tajam. Deng.... seketika gue gemeter. Gue baru
inget, selain ketemu Silvi di rumahnya, gue juga bakal ketemu mamahnya. Haduh,
mampus gue. Tiba-tiba jantung berdebar kenceng. Gue nervous abis. Sekarang gue
malah memperlambat laju motor. Gue persilahkan odong-odong menyalip gue dengan elegan.
Akhirnya tanpa terasa, sampai
lah gue di depan rumah Silvi. Gue memperlambat kecepatan motor. Dari jauh gue
lihat rumahnya yang sepi, tapi pintunya terbuka. Gue juga melihat seonggok makhluk
kecil di depan rumahnya. Bentuknya lucu, unyu, dan ngegemesin. Dia lagi asik
maenin tanah. Tadinya gue pikir itu Daus Mini, setelah gue pikir-pikir lagi, kayaknya
bukan deh. Enggak mungkin ada Daus Mini di sini, lagi maenan tanah pula. Kurang
kerjaan banget.
Setelah berpikir sejenak, gue
baru ngeh. Itu tuh Fairuz, keponakan Silvi yang sering dia ceritain. Wah, lucu
banget.
“Dek, lagi apa dek?” tanya gue
sok akrab sama Fairuz.
Fairuz cuma menoleh sedikit ke
gue tanpa ada sepatah katapun keluar dari bibirnya yang unyu, lalu melanjutkan
ngubek-ngubek tanah. Sial, gue dikacangin.
Walaupun dicuekin, gue enggak
kehilangan akal. Gue coba mengakrabkan diri lagi ke dia dengan bilang, “Iiih,
dede mainan tanah. Kotor dek.”
Kali ini dia enggak menoleh
sedikitpun. Dia tetep lanjut ngubek-ngubek tanah. Sial, percobaan kedua gue
gagal.
“Dek, tante Silvinya ada
enggak?” tanya gue.
Perlahan Fairuz menoleh ke
arah gue. Dia diam, dan hanya menatap gue dengan tatapan
“Ini-om-om-ganggu-ajah.”
“Dek, tante Silvi ada di
dalem?” kata gue lagi, sambil menggerak-gerakkan tangan, mencoba menggunakan
bahasa isyarat.
Ada hening sebentar, lalu “Ada,”
kata Fairuz. Akhirnya Fairuz bicara juga, sambil diiringi anggukan kepala.
Enggak lama, Silvi muncul dari
dalam. Dia berdiri di pintu sambil membentangkan bagian bawah kerudungnya untuk
menutupi mulutnya. Enggak ada perbincangan yang tercipta. Gue hanya senyum
sambil memandanginya. Saat itu, rasanya semua bergerak slow motion. Jeans abu,
baju abu bermotif bunga, lalu komplit dengan kerudung berwarna abu yang saat
itu dia gunakan menutupi mulutnya, begitu membekas di ingatan. Gue lihat,
kerutan di sekitar matanya menandakan dia sedang senyum. Iyah, Silvi memang selalu
menutupi mulutnya saat dia senyum. Manis!
Akhirnya, gue dipersilahkan
masuk. Gue duduk di kursi sambil diiringi perasaan gembira sekaligus jantung
dag-dig-dug karna bakal ketemu mamahnya. Sedangkan Silvi masuk untuk mengambil
minum.
Tanpa sebab yang jelas, Fairuz
datang mengampiri gue. Lalu ngedeketin gue. Silvi pun muncul sambil membawa
minuman dingin.
“Eh, hayo, cuci tangan dulu!”
kata Silvi, melihat Fairuz yang tangannya berlumuran tanah.
Silvi cerita, memang, Fairuz
suka caper sama orang baru. Mangkanya tadi begitu gue masuk, Fairuz langsung
sok-sok-an ngedeketin gue. Padahal di awal, dia jaim banget. Bahkan gue dikacangin
abis-abisan. Nah, sekarang dia malah pengen deket-deket gue. Awalnya jaim, eh
sekarang malah sok-sok perhatian. Emangnya om ini lelaki apaan, Fairuz! *kibas
poni.
Anyway, Fairuz ini lucu
banget! Di umurnya yang baru dua tahun kurang, dia sudah punya kosakata yang
banyak. Dia pandai banget berbicara. Bahkan, dia bisa bernyanyi menendangkan sholawat.
Gaul! Karna pinter berbicara dan jago nyanyi, gue memprediksi ketika sudah
dewasa nanti Fairuz bakal jadi artis sekaligus pengacara. Iyah, dia bakal tenar
dan dikenal banyak orang.
Ehm... tapi, kamu jangan kayak
Farhat Abhas ya, Fairuz! Inget pesan, om!
Setelah duduk-duduk sebentar,
gue dan Silvi pun berangkat nonton. Sebelumnya kami berpamitan dulu dengan
Mamahnya Silvi. Silvi masuk untuk memanggil mamahnya. Sedangkan gue yang saat
itu duduk di ruang tamu, harap-harap cemas menanti kemunculan mamahnya Silvi. Perasaan
gue campur aduk, kayak kontestan Idol yang berada di bottom two.
Akhirnya si mamah muncul juga,
beliau dengan senyum yang merekah nanya, “Mau kemana, Dek?” kata si mamah
sambil senyum. Senyumnya ngebuat gue lebih tenang. Perasaan campur aduk tadi
berangsur hilang.
Karna sudah merasa tenang, gue
pun bisa menjawab dengan bijak, “Mau maen bu sama Silvi, ehehe.” Entah, kenapa
gue kesannya cengengesan gini, sih!
“Yaudah, jangan sore-sore
pulangnya ya!” katanya lagi sambil senyum.
Fyuh, sukurlah, senggak
terjadi hal yang buruk. Si mamah baik banget. Kayaknya dia bisa nerima gue.
*PeDe
Finaly, gue dan Silvi
berkendara ria menuju bioskop, yey!
Setelah agak lama, akhirnya
kami sampai di bioskop. Kami langsung menuju tempat pememesan tiket. Di situ
gue melihat ke jadwal pemutaran film. Ada yang ganjil di situ. Kok enggak ada The Raid 2 yah, gumam gue
dalam hati.
“Kak, The Raid jam setengah
tujuh malem tuh,” kata Silvi, sambil melihat ke jadwal pemutaran.
“Masa sih?” kata gue enggak
percaya. Setelah gue lihat dengan seksama dan dalam tempo yang se
selow-selownya, ternyata benar. The Raid sudah pindah jam tayang jadi sore.
Duh, mampus. Padahal, malemnya gue sempat melihat di website, di situ The Raid
diputar jam satu siang. Enggak mungkin sekarang malah tayang jam tujuh malem.
Ini pasti ada yang salah! “Bentar, aku tanya ke mbak-mbak kasirnya dulu ya,”
pungkas gue karna enggak percaya.
Petugas kasir pun meng-iya-kan
bahwa The Raid memang diputar jam setengah tujuh malem dan selesai jam delapan
lebih. Ah sial. Ternyata benar. Enggak mungkin banget gue dan Silvi nonton
malem. Nanti gimana solat magrib dan isya-nya? Belum lagi Silvi yang enggak
mungkin pulang malem. Mampus, kayaknya kami enggak jadi deh nonton The Raid.
Akhirnya setelah
menimbang-nimbang baik buruknya, gue memustuskan, dengan sangat menyesal, untuk
enggak nonton The Raid. Iyah, GUE... ENGGAK... JADI... NONTON... THE RAID 2....
Arggg... sebal!! Gue batal nonton film yang sudah lama gue idam-idamkaaan!!!! Rasanya
pengen nangis guling-guling di atas kasir bioskop. Uhuhu.... SYEDIHHHH!!!
Tapi untungnya, gue
membatalkan niat bejad itu. Kalo beneran gue nangis guling-guling, Silvi pasti
bakal menatap gue dengan tatapan “putusin-aku-sekarang.” Itu lebih ngeri!
“Nonton Kapten Amerika aja
tuh, Kak,” kata Silvi memberi gue masukan.
“Ehm,” gue berdehem... sambil
ngelus-ngelus dagu satpam bioskop. Seketika gue langsung ditoyor sama tuh
satpam.
Gue pandangi poster film
Kapten Amerika. Gue liat dengan seksama wajah pemeran utamanya. Setelah gue
lihat, si Kapten Amerika lebih mirip Morgan Sm*sh salah pake kostum. Hem, gue
enggak sreg. Gue lirik poster film di sebelahnya. Disitu ada film Sabotage. Poster
filmnya keren. Terus ternyata pemerannya Arnold Swesenwkbkfger. Errr... sorri,
keybord-nya mendadak rusak.
Om Arnold ini pemeran utama di
film Terminator yang gue suka tonton waktu SMP dulu. Wah, ini pasti keren. Gue
inget banget body-nya yang atletis abis pas jadi terminator. Perutnya six pek,
lengannya kekar, dadanya berotot kotak-kotak kayak kemejanya Jokowi. Gue jadi
pengen bersandar unyu di dadanya itu. Feeling gue, ini pasti film keren.
Oya, Lo pasti tau deh film Terminator.
Wong itu film sering banget diputer di Trans TV sebelum acara YKS datang
menjajah.
“Yang, kalo Sabotage aja
gimana? Tuh yang itu!” ajak gue pada Silvi sambil menunjuk poster film
Sabotage. “Ceritanya seru!” sambung gue dengan sotoynya. Padahal, tau film-nya
kayak apa juga kagak!
“Ehm, yaudah, yuk!” jawab
Silvi diiringi dengan anggukan kepala. Manis!
Akhirnya, kami sepakat nonton
Sabotage.
Kami mulai memasuki ruang
theater yang gelap banget. Segelap lamunan gue sebelum kenal Silvi. Tsah! Lalu,
kami duduk sesuai nomor kursi di ticket. Kami pun nonton dengan seksama.
Ternyata, Sabotage ini
bercerita tentang sekelompok team rahasia yang mencuri uang. Tapi disisi lain,
team tersebut juga anggota badan rahasia pemeritah yang bertugas dalam
menangkap gembong narkoba internasional. Gue juga bingung. Enggak bisa
“nangkep” secara sempurna cerita dari film ini.
Di awal cerita, penonton sudah
disajikan dengan adegan baku-tembak yang keren. Para jagoan di film itu
berhasil melumpuhkan musuh-musuhnya dengan tembakan-tembakan jitunya. Setelah
adegan tersebut, muncul adegan-adegan khas film Hollywood. Iyap, adegan di club
malam gitu. Banyak cewek-cewek dengan pakaian enggak senonoh. Mereka cuma pake
tenk top dan hot pants yang pendek banget. Mungkin ini semacam cabe-cabean
versi hollywood. Cuman bedanya, cabe-cabean di hollywood enak dilihat,
sedangkan di Indonesia... jijik dilihat!
Dengan cekatan Silvi langsung
menutup mata gue dengan tangan kanannya agar gue enggak ngeliat para cabe-cabean
itu. Cukup lama juga dia menutupi mata gue. Dan gue hanya pasrah. Memang,
rasanya awkward banget, nonton bareng pacar, terus adegannya enggak senonoh.
Duh, kenapa gue pilih film ini sih?!
Well, setelah adegan itu, kita
masuk ke rentetan adegan-adegan mengerikan. Jauh lebih mengerikan dari pacar
yang ngambek gegara PMS. Adegan tersebut merupakan adegan pembunuhan berantai.
Yang ngebuat serem adalah cara si korban mati. Para korban mati dengan
mengenaskan. Ada yang mati ketabrak kereta, sampai tubuhnya hancur jadi
beberapa bagian. Ada yang mati dengan keadaan perut robek, sehingga jeroannya
kemana-mana. Ihhh, ngilu banget. Gue enggak tahan. Bahkan beberapa kali gue
menjerit karna ngeliat bagian-bagian tubuh korban yang berceceran. Arggg...
enggak tahan. Mungkin gue jadi enggak terlihat jantan dihadapan Silvi. Kalo begini
ceritanya, lebih baik ikut kata Silvi, nonton film Morgan Sm*sh salah pake
kostum itu!
Setelah dua jam berlalu,
akhirnya film itu selesai juga. Gue merasa gagal karna mengajak Silvi nonton
film yang salah. Ternyata kehadiran Arnold Swaseneger enggak membuat film itu
jadi bagus. Baiklah, lupakan saja film itu!
Sepulang nonton, gue mengajak
Silvi melipir ke sebuah warung bakso. Tempatnya enggak begitu jauh dari gedung
bioskop. Selain itu harganya juga murah banget kalo dibandingkan dengan... KFC.
Well, dengan wajah riang gembira dan penuh rasa lapar, kami menyantap hidangan
kami. Silvi memesan bakso, sedangkan gue pesen... Teh Sisri di plastik.
Enggak kok. Itu cuma
punch-line. Gue memesan mie ayam.
Ketika lagi asik melilit mie ayam
pake garpu, tiba-tiba datang seorang gadis cilik ke meja kami. Lalu dia nyanyi lagu
oplosan dengan nada yang pitchi abis, sedangkan tangannya mukul-mukul meja gue sebagai
gendangnya. Kampret juga ni anak!
Walaupun kampret, tapi gue iba
melihatnya. Batin gue tergugah. Kesian sekali gadis cilik itu. Tampangnya
lusuh, bajunya lusuh, ingusnya meler. Rasanya enggak tega. Pengen banget gue
ngasih apartemen mewah ke dia, biar dia hidup bahagia. Tapi, enggak mungkin.
Karna selain ngasih ke pengemis/pengamen tuh dilarang, gue juga emang enggak
punya apartemen.
Setelah Silvi memberikan
sekeping uang gopek, barulah gadis itu berlalu, meninggalkan kami, dan pergi ke
meja lainnya. Sedangkan gue dan Silvi asyik melanjutkan santapan kami. Selama
makan, banyak hal yang kami obrolkan. Cuman karna saking banyaknya, gue jadi
lupa. *Bentur-benturin kepala.
Setelah puas makan bakso, kami
pun pulang. Gue mengantarkan Silvi dulu ke rumahnya. Sore itu, kami berkendara
dengan riang gembira dan perut yang terisi penuh. *Tepok-tepok perut.
Akhirnya sampai juga di ruma
Silvi dengan selamat sentausa. Kebetulan kami belum solat Ashar, jadi gue sekalian
numpang solat disitu. Dan kami pun solat
berjamaah dengan unyu dan khusyuk. Memang, enggak ada hal yang lebih so sweet melebihi
solat berjamaah bareng pasangan. Haduh, merasa jadi sepasang couple syariah,
yang gemar solat berjamaah.
Setelah solat, akhirnya gue
pamit pulang. Kali ini gue sama sekali enggak gemeter untuk salim ke mamahnya
Silvi untuk pamit. Sementara itu, Fairuz makin menjadi ngedeketin gue. Dia cari
perhatian untuk salim sama gue. Duh, ini anak bener-bener ngegemesin. Lucu
banget tingkahnya. Pengen banget itu anak gue bawa pulang.
***
“Udah nyampe nih. Makasih hari
ini ya, Yang J,” ucap gue di SMS.
“Syukurlah kalo uda nyampe. Iya,
Kak :-D,” balas Silvi.
Seketika itu, gue rebahkan
diri dikasur. Dengan posisi terlentang, pemandangan yang gue lihat cuma
langit-langit kamar yang berwarna putih bersih. Lalu pikiran gue berkelana,
me-review kembali kejadian yang baru saja gue lalui.
Sambil senyum-senyum sendiri
kaya caleg stress, gue ingat kembali satu
per satu momen hari itu. Seperti, momen dikacangin Fairus. Momen saat menatap
Silvi yang menutupi mulutnya dengan kerudungnya. Momen salim dan berpamitan
dengan mamahnya Silvi. Momen berkendara dengan Silvi. Momen awkward ketika mata
gue ditutup oleh tangannya, agar enggak ngeliat adegan senonoh di film. Momen
solat berjamaah. Dan momen ber-pedekate-ria dengan Fairuz.
Ah, bahagia rasanya!
waah, sama kejadiannya ma ane, cuma waktu itu lagi jaman film nya twilight, tu pacar ane hobi pengen banget nontn itu. cuma akhir dari ceritanya beda kita, bad ending
ReplyDeletewah, cerita kita sama. cuma lo bad ending gitu? *puk puk
Delete'couple syariah, yang gemar solat berjamaah.' KEREN!!
ReplyDeleteBiasanya kan kalo udh pacaran, sholatnya lupa. :D
nah iya gitu. pacaran sih pacaran, tapi jangan lupa solat dong. jangan lupain juga ekspresi ortu pacar.
DeleteAsik banget gaya pacarannya xD Boncengan naik motor, nonton, abis itu makan baso bareng, abis itu sholat bareng ! Kereeenn !!! Gaul
ReplyDeletenah, biasanya gue pake gaya kupu-kupu. entah kenapa kali ini gue pake gaya beda.
Deleteuwaa manisnya~
ReplyDeletegitu doang? yah gue nulis panjang2 uhu :3
Deletehihi, oke, aku komentar yang agak bisa dibilang panjang. :D
Deleteceritanya manis, manis banget. Yang paling lucu waktu nutupin wajah eh bukan mata, dengan tangannya. Sederhana tapi manis.
Kalau untuk shlat berjamaah yah itu emang syahdu, bikin adem. Apalagi kalau udah dihalalil. bakal cium tangan kan?
Done dengan komentar panjang~
:D
aihh, makasih udah mau komentar dengan khusyuk dan sunngguh-sungguh. kamu baik deh *kedip-kedip
Deletesekarang uda banyak yang make kata "syahdu". pertama kali gue tahu kata itu dari bang edotz, wah dia sukses nyiptain kata baru. *tepuk pramuka
Wah, aku baca sampe habis dan cuman pengen bilang "semoga langgeng." :))
ReplyDeletewah, selamat kamu baca sampe abis. jadi, biasanya kamu gk baca sampe habis ya? baca satu paragraf awal aja gitu? uh :3
Deleteaamiin... terimakasih doanya ya...
huahh, gue kok belum perna gini ya? semoga kapan-kapan gue gini.. lebih best lahh
ReplyDeleteoh iya, ini blogger cirebon itu kan??
mangkanya, cari pacar dong. gk bosen ngejomblo emang? 8-)
Deleteiyee bener gue dari cirebon. kok tau? kamu juga dari cirebon?
cieee...yg lagi jatuh cinta..apa juga enak kali...
ReplyDeletemeski batal nonton the raid 2...sempet dikacangin calon ponakan, dan lain2...
yang penting kan seneng dan bareng2 sama pacar....
longlast ya ga...hahaha
amin kakak...
Deleteiya seneng, ah speechless!!
btw aku baru tau kalo ada jadwal film yang beda dari di web sma kenyataannya..astagaa
Deleteaku juga baru nih mbak keadian kek gini. sungguh menyebalkan syekali!
Deleteini kak oga gue agak enggak yakin awalnya kalo ceritanya bakal so sweet. Abis di percakapan pertama udah terpampag jelas gimana si kak Silvi kayaknya enggak suka dipanggil yang, dia mungkin lebih seneng dipanggil dek, tapi demi ngeliat cowonya yang kurang bahagia, dia rela.
ReplyDeleteTernyata enggak, cerita kebawahnya asik, so sweet, meskipun penuh dengan ke-kampretan yang bener-bener bikin kaum jomblo pada ngiri. Semoga langgeng deh.
oiya, besok-besok kalo mau nonton film dicek dulu jadwalnya dengan seksama, haha.... biar kejadian awkward pas mata ditutup sama pacar soalnya engga dibolehin nonton cabecabean itu enggak keulang. HAHA
Deletenah, itu dia. jadwalnya sukses mempehapekan gue. di web tertulis jam satu, eh pas di tekape malah berubah jadwalnya. sebel! rasanya pengen gue kentutin tuh mbak-mbak kasirnya.
Deleteengga malu dilihat ka Silvi?
DeleteAduh ngomongin cewek -_- jadi ngiri
ReplyDeleteSyahdu ya bang loe bisa nonton the raid 2 sama cewek. lha gue cuma bisa nonton warkop sendirian -_-
Semoga long last ya bang sama silvi .. jangan sampai ada pertengkaran diantara kalian :)
muucih ea, baik banget deh kamu ngedoain gitu. moga kamu cepet dapet pacar yah. cari yanng deket ajah, siapa tahu jodoh kamu deket, ibu-ibu kantin misalnya.
Deleteoya, lo enggka baca sampe habis ya? gue gk jadi nontonn the raid keleus
waduh..waduh...unsur romantisme ngena banget....jomblo cuma bisa ngiler nih.....akakakakakakaka
ReplyDeletesayangnya mengambil film yang salah....menyesal banget,,,banget....harusnya sex in the city..eh..
semoga terjaga terus hubungannya dengan baik...dan yang islami..ahahaha #lucu dengan istilah pacaran islami...
cepet nikah aja deh bang...kayaknya itu lebih baik..saya doakan ya
ya kali lo lucu sama pacaran islami. ya memang dalam islam gk ada pacaran.
DeleteWidih best the best day banget deh tuh kayaknya bang hehe, gak semua orang orang loh bisa ngerasain cerita kayak gini, tetep lanjutin deh ta'aruf nya hihi
ReplyDeletegue baru tau ga ternyata lo udah keluar dari keanggotaan JOMBLO kelas AB. sekarang yang tersisa cuman gue dong di kelas yang masih jomnlo.
ReplyDeleteagak keberatan sebenarnya baca postingan ini. :(
silviana nurjanah bukan sih?? #asalnebak
*puk puk
Deletehaih, itu siapa? -,,-
ini gak mimpi kan? beneran punya cewek ka? kok aku masih percaya gak percaya ya...
ReplyDeletehal kecil yang menghasilkan hal yang luar biasa ya ini. walaupun gak sesuai dengan rencana awal tapi di akhiri dengan hasil yang luar biasa kan.
semoga aja hubungannya lancar ya, dan inget pesen ku... jangan tergoda dengan Fairuz!!
Cieeeeeeee.............. co cuittt banget sihhh....
ReplyDeleteBahagia emang kalo kita punya pacar yg kita sayang banget... apa lagi dia jg sayang ama kita awkward banget !!
Ah masa mata lo di tutupin lah dia malah ngasik nikmatin adegannya...ah ngga adill ngga adill...
Wahh ... padahal gue baru mau nonton the raid.. tapi skrng udah ngga seru gitu.. krn jalan ceritanya udah di bocorin dikitt...
Semoga langgeng yah broo