Sampai detik ini gue masih menjalani masa Praktek mengajar di sekolah. Hampir enggak ada yang berubah dari
diri gue, selain rambut kepala gue yang makin terkikis di bagian depan. Tingkat
abrasi rambut gue bertambah 6,69% semenjak Praktek ini. Mungkin ini disebabkan
kerja otak gue yang makin keras dari hari-hari sebelumnya. Yang biasanya otak
gue cuma dipake mikir gimana caranya supaya pulang kuliah secepet mungkin dalam
perkuliahan sehari-hari, kini otak gue harus kerja ekstra keras memikirkan
materi apa yang musti gue ajarkan ke murid-murid, mengoreksi hasil ulangan
siswa, sampai mikirin supaya gue enggak keluar uang banyak.
Anyway, suatu hari, murid gue hendak mengikuti lomba Bahasa Inggris.
Gue dipinta oleh guru Bahasa Inggris untuk mendampingi mereka selama latihan
sampai pelaksanaan lomba. Gue sih seneng-seneng aja nerimanya. Jangankan
dampingin selama latihan dan lomba, dampingin sampe ke pelaminan juga gue mau
kok.
Sebut saja namanya Fira. Fira dan dua orang temennya (cewek semua)
hendak mengikuti lomba debat Bahasa Inggris. Gue yang sama sekali enggak punya
kemampuan berdebat dengan baik harus membimbing mereka buat lomba debat. Apakah
gue bisa? Tiap debat sama temen cewek, gue kalah terus. Memang, gue selalu
salah di mata cewek-cewek. Namun gue bertekad mengemban amanah yang sudah
diberikan Guru Bahasa Inggris ini. Gue akan menemani mereka sampai lomba.
Singkat cerita, tim debat kami kalah. Dan kami pun pulang sambil
nangis sesedukan. Saat kami pulang lomba, kebetulan kami kelilipan debu
berjamaah. Mangkanya kami nangis sesedukan bareng-bareng. Kalah menang itu
biasa. Walaupun kalah, gue merasa sudah berhasil mendampingi mereka. Gue enggak
merasa gagal. Gagal itu adalah saat gue lari dari tanggung jawab, dan
membiarkan mereka berlatih tanpa gue dampingin. Itu baru namanya gagal. Fira
dan teman-teman juga tampak happy walau kalah. Mereka enggak loyo. Gilak, saat
kalah aja mereka happy, apalagi pas menang. Moga enggak anarki.
Di suatu siang bolong, tapi bolongnya enggak segede lobang di wajah
Andika Eks Kangen Band, gue lagi duduk-duduk cantik sama guru praktikan lain di
perpustakaan. Di situ juga ada Fira. Saat itu gue ngobrol lagi sama Fira
setelah lama gue enggak ngobrol sama dia semenjak lomba debat selesai. Gue jadi
inget waktu latihan debat, Fira paling menonjol. Walaupun masih kelas sepuluh,
wawasan Fira luas banget. Saat latihan debat pun Fira paling aktif. Dia juga
masuk di dalam kelas akselerasi. Kelas dimana lo cuma butuh dua tahun aja
sekolah SMA. Sadis!
“Eh, bapak,” ucap Fira.
“Eh, Fira,” ucap gue.
Sungguh, pembuka percakapan yang enggak berbobot.
“Bapak enggak ngajar?” tanya Fira.
“Kamu enggak belajar?” tanya gue.
Sungguh, basa-basi yang enggak berkelas.
Kami pun ngobrol. Dari caranya berbicara bisa terlihat bahwa dia
cewek yang smart. Di tengah-tengah obrolan, muncul pertanyaan besar di benak
gue, “Kenapa Fira bisa secerdas ini?”
Karna penasaran, gue pun bertanya pada Fira, “Fira, bapak mau tanya.”
“Tanya apa pak?”
“Kenapa...”
“Kenapa apa pak?”
“Kenapa jagung ini dibakar?”
Fira pun langsung nyanyi, “Tak selamanya....”
Oke gue becanda. Jadi, yang gue tanyakan, “Kamu pinter yah. Di
keluarga kamu juga memang pinter seperti ini? Kakak, adek, atau orang tua kamu
juga pinter gini?”
Fira senyum-senyum menggelikan sambil nyabutin bulu hidung. Lalu dia
jawab, “Ehe, mamah guru, terus papah dokter.”
“Oohhh...” jawab gue. Pantes Fira cerdas gini. Bapaknya dokter. Enggak
mungkin dokter berasal dari orang yang ber-IQ tengkurep. Pasti IQ-nya sadis! Ini
udah pasti Fira cerdas turunan secara genetik dari bapaknya. Ini pasti!
Di luar dari itu, gue menangkap gelagat yang beda saat Fira
menyebutkan profesi orang tuanya. Wajahnya ceria, senyumnya mengembang, lobang
hidungnya megar. Dia terlihat bahagia saat menyebut kata “Dokter.” Gue juga
yang mendengarnya merasa takjub. Entah mengapa, kok gue langsung kepikiran anak
gue kelak yah?
Gue kepikiran pengen anak gue kelak seperti Fira. Bukan, bukan
cerdas. Tapi lebih dari itu, yakni gue pengen anak gue merasa bahagia dan
bangga ketika menyebut profesi ayahnya.
Gue pengen seperti ini,
“Bapak kamu kerja di mana, dek?” tanya seseorang.
Anak gue pun menjawab mantap dan bangga, “Bapak akuh dosen, bang.”
“Ohh...” abang itu pun takjub lalu mimisan sambil terharu.
Atau seperti ini,
“Bapak kamu kerja di mana, dek?”
Anak gue menjawab bangga sambil memegarkan lobang hidung, “Bapak akuh
penulis, bang.”
Abang itu pun terperangah sambil menitikan air mata, saking
takjubnya.
Harapan gue sih jangan sampai kejadian seperti ini,
“Bapakmu kerja apa, dek?”
Anak gue diem sejenak. Dia merunduk. Memelintirkan ujung kaosnya
sambil ragu-ragu menjawab. Lalu dia dengan enggak bergairah menjawab, “Bapak
aku... kordinator penonton bayaran Dahsyat, bang.”
Anak gue lari-lari sambil menyeka air matanya. Umbelnya berjatuhan ke
tanah. Lalu dia enggak mau keluar rumah selama tiga bulan.
Gue langsung membuyarkan lamunan. Fira masih nyengir di depan gue.
Gue melihat ke sekitar. Para mahasiswa praktikan lagi pada asyik ngorbol. Gue
lihat lagi Fira. Gue pun senyum, kagum dengan Fira, dan orang tuanya. Gue akan
berusaha membuat orang tua, dan anak gue kelak bangga saat ditanya apa profesi
gue.
Yah, begitu lah yang gue inginkan. Gue juga yakin lo menginginkan hal
yang sama. Iyah, gitu ajah.
Merdeka!
Ga, gue ngakak baca tulisan lo HAHAHA kampret... apalagi bagian percakapan yang gak berbobot dan kordinator penonton bayaran dahsyat :D
ReplyDeletebtw.. gue baru tau kalimat sesedukan.. mungkin gue kudet, tapi yang gue tau itu sesenggukan. Okelah, suka2 yang nulis aja...
Lo gak modusin Fira dengan segala konspirasi yang ada di pikiran lo kan Ga? Jangan sampe rambut yang udah mulai punah jadi semakin punah gara2 kepikiran dapetin anak sekolah yang smart gitu.
Btw.. ceritanya lagi-lagi ada pesannya.. kelak, kita harus jadi orang tua yang bisa bikin anak bangga menyebutkan profesi kita. Semoga, saat ditanya, anak lo enggak ngejawab, "Bapak Aku, guru honorer yang udah puluhan tahun mengabdi dan belum diangkat2 jadi PNS" kemudian anak lo nangis sambil naik tiang bendera.
Aaahhhh, iya maksudnya sesenggukan. hiks.
DeleteAha, enggak bang. Fira masi terlalu lugu. gue enggak mau jadi dituduh sebagai psikopat.
wah, jgn sampe. Itu profesi yang lebih nyesek dari kordinator penonton bayaran. aha
Bilang aja lo enggak berani ngedeketin karena Fira nganggep lo bapaknya sendiri... kadang muka tua emang enggak bisa boong sih.
DeleteIya.. jangan sampe.. berjuanglah kalo kelak jadi guru harus segera PNS~
Aha, tapi gue bisa memprediksi, Fira akan terlhiat keibuan beberapa tahun lagi. Mungkin kami bisa bersanding dengan unyu.
DeleteGue yakin, karna Fira itu bibit unggul.
Kalo Fira udah nampak keibuan lo udah nampak kekakekan Ga :D
DeleteBersanding dengan syahdu foto bareng menghadiri nikahannya Fira ya haha
Bibit unggul emang udah susah dibendung.. tinggal nasib aja ikutan unggul apa enggak nanti :D
Hahaha bener banget bro. Rasanya klo anak bangga sama orang tuanya yg pekerjaannya bagus itu enak banget. :)
ReplyDeleteGue terharu bro pas ngebaca bapaknya jadi penulis. Rasanya pasti bangga banget. :')
Yoi, maka daari itu, lo harus bangga sama bapak lo.
Deletehahaha bapak saya koordinator penonton bayaran dahsyat kocak,
ReplyDeletemenurut gue dari keseluruhan cerita, udah lucu banget senggaknya bikin gue tersenyum senyum sendiri :D
Sukurlah kalo gusti senyum senyum sendiri, dari pada senyum senyum tanpa sebab.
DeleteKeren banget nih ceritanya. Asik banget jadi pelajaran buat kita untuk jadi orantua yang sukses kelas. Karena kasihan anak kita nantinya, pasti malu punya orangtua yang gak sukses
ReplyDeletenah, makanya semangat jadi orang sukses. minimal, sukses move on.
DeleteYeng nyentuh hati gue cuma pas fira ditanya keluarganya dan dia jawab dengan bangga. Terus yg tanya bukan cuma kpikiran punya ank cerdas tapi justru pngen ngebuat anknya bangga pas dia jawab profesi orang tuanya. Keren.
ReplyDeletenah, makanya buruan bikin anak. tapi jangan lupa ijab kabul dulu sebelumnya.
DeleteYaelah, jangan sampe pelaminan juga bg. :D
ReplyDeleteSudah seharusnya bg Oga melakukan yang terbaik buat diri bang Oga sekarang, hingga nanti punya anak.
Emang, sih. Cara menjawab seorang anak yang bangga, merupakan kepuasan yang tidak ada duanya. karena cuma 1.
Semoga kita bisa membuat anak-anak nanti, bangga ketika menyebutkan profesi orang tuanya. Aminn.
Semangat buat Mengajarnya bg.
iya rum semoga anak kita nantinya bangga yah menyebut profesi kita. Semoga ya ru, kita bangga dengan anak-anak kita. Iyah, anak kita.
DeleteHahahaahaha. Jangan anak kita dong, bg. Gak perlu dijelasin di tempat umum gini. Please... :D
DeleteSemoga, ya bg. :)
Profesi kordinator bayaran penonton dahsyat gue baru denger tuh.
ReplyDeleteini ceritnya bikin gue ngakak,ketika lo bertanya kenapa jagung ini dibakar,dan fira menjawabnya dengan bernyanyi. imajinasi gue langsung bermain disitu. good story.
ah, elu enggak gaul nih. Masa baru denger. Kalo profesi stalker timeline mantan pasti lo tau ya.
DeleteBapak gue koordinator penonton bayaran dahsyat. Hahahahahaha, bangkeeee!!
ReplyDeleteSemoga nantinya anak lo nggak terpaksa jawab gitu, bro. Dan semoga karir lo sukses, untuk masa depan yang lebih cerah.
Semua orang juga pasti menginginkan hal yang sama seperti yang lo penginnin. Anak-anaknya dengan bangga menyebutkan profesi orang tuanya tanpa ada ragu dan wajah sendu. Semoga kita semua sukses. Amin.
Mantep ga. Asik nih dapet satu cerita yg bikin lo pengen cepet2 bikin anak. Hahahaha..
ReplyDeleteBener juga si, kadang ada ajaj yg malu buat nyebutin profesi org tuanya. Alhamdulilah gue mah gak malu. :))
Jangan deketin Fira, inget umur calon pak guru dan inget rambut-rambutmu yang sudah mulai usang, jangan modusin Fira lagi, mending Fira nya kasihin ke aku :))
ReplyDeleteSemoga anak calon pak guru ini bisa bangga menyebutkan profesi bapaknya, jangan sampe bapaknya jadi koordinator penyanyi bayaran di dahsyat. Apalagi jangan sampe pas anaknya ditanya dia jawab gini "Bapak aku... korban penipuan MLM bintang 10 dan sekarang lagi shock meratapi nasibnya" jangan sampe.
Ah, semoga itu enggak kejadian. Sumpah, horor banget bo.
Deletey, pasti saya juga menginginkan seperti itu, apakah mengajar itu menyenangkan?
ReplyDeletesemua orang, khususnya cowok, memang pasti pengen anaknya besok bisa bangga dengan profesi bapaknya. kebayang aja sih bagaimana bahagianya kita kalo punya anak semacam Fira kayak gitu. udah smart, bangga lagi sama pekerjaan bapaknya. yaa, apapun itu profesinya semoga anak-anak Indonesia bangga lah sama profesi bapaknya. yang penting selama profesi itu halal itu aja.
ReplyDeleteduhh, anak gue besok gimana yaa? *ikutan kepikiran punya anak*
Tenang Maz,, jangan mikirin anak dulu. Mending pikirin calon ibu dari anak-anak lo dulu. Uda ada belum? eh....
Deletekayaknya untuk sejauh ini calon Ibu dari anak-anak gue masih belum ketemu Bang :((
Deleteanak pasti seneng kalau punya orangtua yang membanggakan, bukannya ngerendahin pekerjaan lain sih, namanya juga kebanggaan.
ReplyDeletekirain tadinya lo mau nyerita kisah cinta senior yang mau ngegebet juniornya tapi gagal hehehe
Ah, cerita itu sudah terlalu banyak. Ini agak beda ceritanya.
DeleteDampingin sampe pelaminan maksudnya cuma jadi pendamping pengantinnya doank gitu ya? Ahahaha :D
ReplyDeleteMa-maksudnya.... ah sudah lah.
Deletemakanya bapaknya jadi dokter dong biar bangga disebut sama anaknya nanti :D
ReplyDeleteIya sih, tapi, aku pengen jadi guru, orang yang bisa membuat dokter sepintar itu. tsah!
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteBeuh panjang banget tulisannya bang cagur *eh
ReplyDeleteBisa jadi si fira nanti pingin jadi dokter gara-gara bapaknya atau emang bangga punya bapak dokter. Emang ini udah jadi cambuk buat kita supaya anak kita nanti di masa depan nggak malu pas ditanya bapaknya kerja apa, kan jarang tuh yang ditanya ibunya kerja apa.
Tapi ini ngomongin anak, yang jadi ibunya siapa dong?
hahaha ngakak pak guru.... ngakak bacanya...
ReplyDeletegila jadi penasaran gue sama si fira... pak guru ada akun fb nya gak. (what!!)
gue doain semoga agan bisa dapat anak yang pintar kaya fira atau melebihi fira kelak..
kirain bapak guru ini pedofil...ckckckck
ReplyDeleteenak jugasih punya pekerjaan yang bisadibanggain oleh anak sendiri...tapi ikenapa itu bisanyasar ke koordinator penonton bang. Jangan-jangan emang pingin nih kerja gitu.
Orang tua ada untuk anaknya.
ReplyDeleteOrang tua bekerja keras untuk anaknya. :)
begitu seterusnya...
Iya nih, jadi pengen ngasih yang terbaik buat anakku kelak. Sekarang kudu banyak berkarya biar anaknya ikutan bangga ^^
hahaha, gue jadi kepingin buat jadi penonton bayaran dahsyat...
ReplyDeletegokil, abrasi rambut hampir 7 %. hahahaha :")
hmm, kalau denger cerita tentang wawasan fira, gue pun juga mau. punya temen kayak dia... lebih pun nggak apa-apa.
Haduh, kirain dari judul terus ngeliat Fira, kirain bapak guru ini pengen ngawinin Fira terus punya anak hasil perkawinan kalian berdua, ternyata bukan xD.
ReplyDeleteAh, itu betul tuh, rasanya pasti bangga banget ketika anak kita bisa dengan bangga setiap menyebutkan profesi orangtuanya, itu otomatis menunjukkan dia bangga dengan orangtuanya, bukan hanya pintar, dia juga bangga punya orangtua kayak gitu. Ah, anakable banget deh Fira ini, jadi pengen aku pacarin *eh?
Tiba-tiba mikir, kalo biasanya ditanya orang, aku jawab kerjaan bapakku apa ya? *beneran lupa..
ReplyDeleteDibalik kelucuan dan ke absurd-an tulisan ini, aku jadi sadar, bahwa kita harus semangat utk menjadi orang tua yg baik agar anak kita bisa bangga dengan kita nantinya. :D
Wah sepertinya emang fira cerdas karena bawaan dari ortunya. Orang tua yang inspiratif dan dekat sama anak biasanya buat anak bangga pas ditanya apa profesi orang tuanya. Hmm seneng bgt tuh kakak kakak PPL klo PPL di sekolah unggulan atau muridnya pinter2 . Mereka aktif n rajin sich....
ReplyDelete