Pada
postingan kali ini gue bukan hendak membahas dunia animalia. Atau membahas, 7
kejadian lucu hewan Kucing dan Macan kayak di On The Spot. Apa lagi membahas
perkawinan kucing dan macan yang beranak tapir laut. Tapi, sesuatu yang lebih
berbobot dari pada itu semua.
Siang itu,
gue lagi duduk sambil browsing di hape. Kebetulan siang itu panas banget, jadi
gue browsing artikel gimana cara kentut tanpa ketahuan orang. Memang enggak ada
hubungan yang cukup signifikan antara udara panas dan teknik kentut tanpa
ketahuan. Tapi yah enggak papa lah, daripada gue browsing video goyang dribel,
kan bakal tambah panas.
Gue melirik
ke jam tangan, jarum jam menunjukan pukul sepuluh lima belas menit. Gue enggak
begitu jelas sih melihatnya. Dari jauh sih sepertinya memang jam sepuluh lima
belas. Kebetulan temen gue duduknya agak jauh. Jadi jarum di jam tangannya agak
terlihat kabur. Iyah, yang gue lihat itu jam tangan temen. Gue enggak punya jam
tangan. Terakhir kali gue punya jam tangan ukurannya kegedean. Jadi gue
terlihat pake borgol kalo pake jam tangan itu. Gue pun enggak mau lagi pake jam
tangan itu, khawatir dikira napi lepas.
Tepat pukul
10.30 gue masuk kelas. Seperti biasa, mengajar Bahasa Inggris. Hari itu gue mau
memberikan test mendongeng pada murid-murid. Gue pinta murid gue mendongeng di
depan kelas. Mereka harus menggunakan Bahasa Inggris. Selain itu mereka harus
mengekspresikan mimik wajah sesuai dengan alur cerita. Kalo ceritanya bahagia,
ekspresi dan gerak tubuhnya juga harus mencerminkan kebahagiaan. Seperti para pasangan
LDR yang masih seumur jagung hubungannya. Kalo jalan ceritanya penuh amarah,
wajahnya juga harus marah, kayak korban LDR yang ditinggal selingkuh. Kalo
ceritanya sedih, murid-murid juga harus bisa berakting sedih. Mungkin dengan
cara membayangkan menjadi korban LDR yang diselingkuhin menerima kenyataan
bahwa pacar baru mantan lebih canik dari dirinya.
Kelas yang
gue datangi kala itu adalah kelas IPA. Sudah melegenda bahwa anak IPA punya
kemampuan lebih dibanding anak IPS. Gue pun yakin, anak-anak IPA ini pasti mengagumkan
penampilan mendongengnya.
Semakin
pandai seorang murid, maka semakin ringan beban guru. Guru enggak usah
repot-repot mengulang menjelaskan materi untuk membuat murid paham. Tapi, murid
yang kritis juga bisa menjadi tantangan tersendiri buat guru. Misalnya ada
siswa yang bertanya secara kritis pertanyaan berikut,
“Pak, apa
sih kaitannya pembelajaran student center learning dalam pembelajaran Bahasa
Inggris dengan melemahnya kurs rupiah
selama ditundanya eksekusi mati Bali Nine?”
Gue yakin,
setelah dapet pertanyaan itu, sang guru bakal tertantang banget. Bahkan,
dampaknya tuh guru bakal mengajukan permohonan pensiun dini ke pemerintah
setempat.
Well, satu
per satu murid IPA ini mendongeng di depan kelas. Gue duduk sambil melihat
penampilan mereka. Kerjaan gue enak banget, tinggal melihat, lalu menilai.
Kadang kalo udah bosen duduk, gue senderan sambil menonton perform mereka. Kalo
pegel, gue tengkurep di meja, sambil menopangkan dagu di kedua tangan.
Bener-bener santai. Murid-murid pun tampil dengan kerennya. Semuanya mampu
mendongeng dengan cukup baik dan enak didenger.
Sampai
tibalah seorang murid cowok yang tampil mendongen di depan kelas.
“What’s
your name?” tanya gue sesaat sebelum tuh bocah perform.
“Gem-gemblung,
pak”
Iyah, sebut
saja namanya Gemblung.
“Oke,
Gemblung, please tell us your story!” pinta gue.
“I-iyes,
pak” jawab tuh anak terbata-bata. Gue curiga dia begitu karna enggak kuasa
melihat kontur wajah gue. Pokoknya orang yang batinnya kuat, ketika melihat
wajah gue mereka akan merasa iba sehingga bicara pun terbata-bata.
Anak itu
diem. Dia merem melek mencoba mengingat cerita yang akan dia dongengkan. Gue
menunggu dia sambil tengkurep di meja.
“One... one
day,” akhirnya anak itu bersua. Namun, enggak lama, dia berhenti lagi. Dia
merem lagi.
Gue
menunggu. Masih dalam posisi tengkurep. Agak gemas, gue menggerak-gerakan kaki.
“Oh ya, One
day, there... there was a boy.”
Terus dia
diem lagi. Gue nunggu. Bosen tengkurep, gue berubah ke posisi hand-stand.
“Oh ya. His
name is...” Gembul termenung. Lalu dia melanjutkan, “His name is Malin
Kundang.”
“Oh, cerita
malin kundang,” ucap gue dalam hati.
Gembul pun
melanjutkan ceritanya dengan patah-patah. Akhirnya, setelah magrib, Gembul baru
selesai bercerita. Itu pun magrib di hari selanjutnya.
Parah, ini
anak kemampuannya payah banget. Cuma ngapalin cerita Malin Kundang aja enggak
bisa, gimana ngapalin sejarah kemerdekaan Indonesia.
“Kamu masa
enggak bisa ngapalin cerita ini? Temen-temen kamu aja bisa? Badan doang
digedein, tapi kemampuan hafalan kamu kecil. Dasar BEGO!!” niat hati, itu yang
pengen gue ucapkan, tapi gue enggak mau membunuh semangatnya. Gue hargai Gembul
sudah mau menghapal text Bahasa Inggris. Gue pun bilang, “Bagian mana yang
sulit, nak? Yaudah, nanti belajar lagi yah dirumah!” ucap gue mendayu-dayu. Gue
pun mengecup keningnya mesra. Supaya dia semangat.
Keesokan harinya, gue enggak ada jam mengajar.
Seharian gue cuma ngoreksi soal, bikin soal, sama browsing teknik-teknik kentut
terpopuler. Karna enggak mengajar, tenaga gue masih tersisa banyak. Akhirnya
sepulang sekolah, gue iseng dulu nongkrong di sekolah. Gue melihat ada
anak-anak lagi eskul di lapangan. Sepertinya itu paskibra. Gue pun iseng pengen
ikutan nimbrung. Gue berjalan dari dalam kantor guru menuju lapangan.
Sesampainya di lapangan, gue sok-sokan mengakrabkan diri dnegan anak-anak.
Ada salah
satu anak yang enggak asing buat gue. Pas gue deketin,
“Eh,
Gembul?”
“Eh,
Bapak?”
Ternyata
itu si Gembul. Dia sebagai senior di paskibra. Saat itu kegiatannya
baris-berbaris. Gembul pun memberikan instruksi kepada adik-adik juniornya yang
masih kelas sepuluh itu. Gembul sebagai kakak kelas sebelas terlihat begitu
berwibawa dengan seragam paskibranya.
“Istirahat
ditempaaattt... grak!” teriak Gembul. Serempak, para junior membuka
selangkangan, dan menaruh tangan di belakang.
“Tegaaapppp...
grak!” perintah Gembul mantap. Adik-adik junior menegapkan tubuhnya dengan
cekatan.
“Move on
grak!” Para junior nangis sesenggukan. Gembul pun ikut meneteskan air mata.
Mungkin untuk perintah yang satu ini, baik junior atau senior belum mampu
melaksanakannya. Gue balik badan, lalu mengelap bulir kecil air di sudut mata gue
pake jempol, lalu gue peperin ke celana.
Gue enggak
menyangka, Gembul yang bego di kelas, tapi bisa berwibawa seperti ini ketika di
luar kelas. Lebih tepatnya, ketika di eskul paskibra. Caranya memperlakukan
adik-adik paskibra sangat gentle. Dia memiliki sosok kepemimpinan yang kuat.
Bukan cuma Gembul, Udung temennya Gembul yang saat itu nemenin Gembul latian
paskibra juga enggak kalah berwibawa. Gue baru ngeh, Udung ini sering jadi
pemimpin upacara. Keren. Tapi di kelas kemampuannya enggak kalah bego sama
Gembul. Walau begitu, mereka hebat di luar kelas.
Di mata
gue, mereka jadi terlihat seperti kucing lugu ketika di kelas, namun berubah
jadi macan bringas ketika di luar kelas. Sejak saat itu gue sadar, bahwa
sebenanrnya murid itu enggak ada yang bego, tapi mereka punya keahlian di
bidang lain. Mungkin itu bukan di bidang akademik, tapi non akademik. Seperti
eskul paskibra ini.
Gue juga
mikir, anak IPS yang terkenal ancur lebur ketika di kelas, mungkin juga enggak
jauh beda dengan Gemblung dan Udung: mereka punya kemampuan lain, dan itu
non-akademik.
Gembul dan
Udung, kalian jagoan!
*Kecum
mesra di kening*
kemampuan setiap anak memang berbeda-beda, judulnya lucu, kucing di dalam, macan di luar, di kelas seperti kucing, diluar seperti macan, hehe.. Apakah menjadi guru menyenangkan? Setelah membaca pengalaman diatas, saya jadi ingin menjadi seorang guru, sepertinya menjadi guru itu menyenangkan, meskipun prodi saya... yah gitu deh ^^, tapi memang saya di kelas itu anak yang pendiam, semoga bisa menjadi guru yang baik dan bisa memotivasi anak didiknya, ditunggu follbacknya :)
ReplyDeletewaah gue jadi terharu liat gembul dikecup mesra sama lu. lu jadi bensyiong sejak kapan??
ReplyDeleteiya dong, mana ada orang yang bodoh. setiap orang punya keahlliannya masing-masing. gue setuju itu.
buat elo, sebagai pendidik. gue doain lu jadi guru yang sukses. didik anak muda indonesia ya. jangan kebanyakan nyium-nyium murid. kasian muridnya
si gembul gembul nama yang kocak
ReplyDeletehaha
saya hanya bjsa mendoakan semoga km menjadi seorang guru yang baik dan sukses ya
semangat
Bener banget statemen-nya. Murid nggak ada yang bodo, murid bodo karena itu bukan bidangnya. Gue juga sering di cap bodo sama guru gue, tapi yang bisa gue lakuin cuman diem trus buktiin dengan tindakan...
ReplyDeleteWah ngakak nih denger ceritanya, itu gembul cerita maling kundang lama amet ya sampai magirib,untuk gak sampe malam takbiran. :D
ReplyDeletegue rasa gembul bukannya gak bisa menghafal cerita maling kundang, mungkin dia grogi untuk bercerita di depan kelas dengan menggunakan bahasa asing, dan itu mungkin yang menyebabkan dia buyar, dan lupa segalanya.
gembul keren juga ya, ketika di paskibra keliatan gantle dan gagah. ya gue setuju sama pendapat lo, di dunia ini tidak ada orang bodoh atau tolol, semua orang di dunia ini itu pintar dan mempunyai bakat dan kelebihannya di bidang masing-masing.
eh itu lo foto di SMA 6 cirebon ya ?
Judulnya bikin penasaran "kucing di dalam, macan di luar." Kirain ini postingan tentang Animal planet atau National Geographic gitu :D
ReplyDeleteSetuju banget sama pendapat kakak yang satu ini. Murid itu nggak ada yang bego, cuma setiap orang punya bidangnya masing-masing. Karena sukses nggak mesti lewat akademik. Banyak cara lain menuju sukses, contohnya : jujur ke diri sendiri. Kalo kita suka sesuatu, ya geluti dengan serius :D
Emm.. sebagai anak IPA, gue seneng citra anak IPA diangkat baik disini. Tapi, gue adalah anak IPA kelakuan IPS. Kalo kata guru gue, sih gitu. Gue anak IPA, tapi kurang suka ngitung wkwk :D
Pak Guru, kalau pas Paskibraka ada perintah MOVE ON GRAK, saya juga mau ikut dong Pak...soalnya saya juga butuh latihan gerak jalan gitu..semacam latihan menggerakkan hati untuk berjalan maju meninggalkan masa lalu...ada nggak Pak?? hahaha
ReplyDeleteAsik yah, ngajar di sekolah..Taun depan saya juga harus bisa ngajar di sekolah..biar makin banyak hal yang bisa diceritakan. Yes, right?? What do you think? Is it a good idea to work in a school??
Ah, kayaknya Gembul sama Udung bakal nangsi terharu kalau ngebaca postingan bapak ini :P
ReplyDeleteNah, itu bener, Pak. Kecerdasan itu bukan hanya di akamedik, orang kelihatan bego di kelas, bisa aja di luar kelas dia beringas, beringas meraih prestasi tentunya, bukan beringas yang bikin ditangkap polisi :P. Dan anak IPS sebenarnya gak seburuk yang orang sangka, mungkin bisa aja mereka ancur di kelas, tapi, prestasi mereka di luar gak kalah hebat sama anak IPA. Itu sih yang aku liat sebagai anak IPA :)
Wah Bang Oga udah jadi guru ya? Selamat selamat. Semoga anak-anaknya nggak takut liat kamu ya *eh haha.
ReplyDeleteNggak kebayang kalo beneran ada perintah move on. Kayaknya banyak yang gagal ngejalanin itu deh ya :D
Bener sih Bang. Sempet bingung juga judul ini maksudnya apaan. Tapi baru paham artinya. Emang iya, setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Orang yang pinter banget di kelas pun belum tentu loh organisasinya bagus. Yang bego di kelas juga belum tentu nggak punya kehebatan lain. Ya begitulah tiap orang dibekelin kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Postingan yang inspiratif ya Bang.