Setelah satu
tahun terdampar di negeri antah berantah, akhirnya gue kembali pulang ke rumah.
Gue kembali menghirup udara pekarangan kota. Kembali bobo di atas kasur
kesayangan. Kembali pup di jamban rumah yang paling nyaman. Rasanya bahagiaa
banget.
Jadi gini, gue baru
saja melakasanakn tugas sebagai guru yang diutus mengajar di tempat terpencil
di Indonesia. Gue bertguas di pedalaman Pulau Nias, Provinsi Sumatra Utara. Di sana
keadaannya sangat terpencil. Akses susah, jalan hancur, listrik belum ada, Indomaret
hanya mitos.
Gue cukup syok
harus tinggal di tempat itu selama setahun. Bayangin aja gue terbiasa tinggal
di tempat yang cukup maju. Fasilitas lengkap. Jalanan mulus kayak pipi Isyana. Listrik
selalu ada, Indomaret bertebaran di mana-mana, bahkan banyaknya ngelebihin
banyak warung tradisional di tempat gue. Gegara Indomaret dimana-mana, sampe
beli masako doang gue pergi ke Indomaret. Namun gue harus meninggalkan
fasilitas serba lengkap itu dan tinggal di tempat yang terpencil.
Gue ngebayangin
seandainya di Pulau Nias ada Indomaret, mungkin bakal jadi objek wisata buat
warga di sini. Jadi ada mbak-mbak jualan karcis gitu. Tulisannya “karcis masuk
wisata Indomaret.” Waga berbondong-bondong dari berbagai kampung melewati jalan
hancur lebur untuk berwisata ke Indomaret. Sekedar menikmati AC-nya yang
dingin, dan cahaya neon terang benderang yang enggak mereka temui di kampung
sehingga mereka sangka selama ini hanya dongeng nenek moyang. Sesampainya di
Indomaret, eh warga kehabisan karcis. Akhirnya mereka harus beli ke calo tiket
dengan harga yang fantastis. Begitu pulang dari Indomaret, warga pada cerita ke
tetangga-tetangga. Mereka pamer habis berwisata ke Indomaret.
Gue bingung aja
gituh. Secara ini tahun 2017 tapi ternyata masih ada daerah di Indonesia yang
jauh tertinggal pembangunannya. Sungguh timpang banget dengan kota lainnya di
Indonesia. Gue melihat ini secara langsung dengan mata kepala sendiri bagaimana
tertinggalnya pembangunan daerah di Pulau Nias. Tertinggalnya daerah ini juga
berdampak pada tertinggalnya mental, pengetahuan, dan perilaku warga di sini. Mereka
tertutup informasi. Mereka enggak tahu dimana Jakarta, enggak tahu Full Day School sudah diterapkan, bahkan mereka enggak tahu Raisa udah menikah.
Gue berharap
beberapa tahun kedepan, kemajuan daerah di seluruh Indonesia sudah mendekati
merata. Terutama dari segi pendidikan yang harus segera merata. Ibarat kata di saat murid di kota sudah
belajar onilne lewat e-mail, whatsap, atau blog, di Pulau Nias masih aja mengukir
catatan pelajaran di batu dan tulang hewan.
Mungkin saat ini
gue harus lupakan dulu sejenak Pulau Nias. Gue mau menikmati dulu suasana
rumah. Suasana kota yang segala ada. Menjalani waktu selama satu tahun di
daerah terpencil membuat gue sadar bahwa rumah gue selama ini adalah yang
terbaik. Gue bersyukur bisa tinggal di tempat ini, Kuningan, Jawa Barat. Ini
lah rumah yang menjadi tempat gue kembali. My home sweet home.
Tidak ada tempat senyaman rumah emang bro hehe, salut bener dah sama para guru yang udah mendedikasikan diri buat ngajar di tempat sepelosok itu,eh btw kamu bakal balik lgi kesana kan, bro?hmm..ya udah dah dipuas puasin di rumahnya hehe
ReplyDeleteNjir wisata di Indomaret ngakak gw. Btw udah lama banget nih ga ke sini, ini sejak kapan nama blognya jadi Lika-liku Guru Unyu ya, dulu kayaknya bukan itu ya domainnya? Tapi apapun itu, apapun nama blognya, yang penting rajin diisi *NoteToSelf*
ReplyDeleteGue ga kebayang deh gimana bisa bertahan hidup di lokasi yang seterpencil itu, gue kalau logo 4G di hape ganti ke H+ aja udah panik setengah mati.
Btw lo ke sana dalam rangka apa sih, gue beneran ga tau haha. SM3T? Indonesia Mengajar? Gerakan Pedesaan Gugat Raisa Hamish? Kalau yang terakhir gue mau ikut berpartisipasi, Yog.
Iya bener sih, sedih banget udah mau masuk penguhujung 2017 tapi masih ada daerah di Indonesia yang masih kayak gini. Sekolah lo di sana gimana? Gurunya gimana? Anak-anaknya gimana? Ceritain dong di postingan berikutnya, lengkap sama foto-foto! (ini ceritanya nodong)
Pulau Nias? Se-terpencil itu kah sampai diibaratkan "indomaret" yang menjamur di kota-kota besar bs dijadikan sebagai tempat wisata paling menarik bagi masyarakat pulau nias. Sepertinya saya bisa membayang kondisi di pulau itu yang kurang lebih samalah dengan kampung-kampung yang ada di kepulauan yapen, tempat lahir beta, yang memang juga sering didatangi relawan mengajar (IM) atau mereka yg ikut SM3T
ReplyDeleteWah, jadi makin banyak pengalamannya dan mesti makin banyak juga bersyukurnya juga karena udah merasakan kehidupan yang serba berkurangan. Sy juga berharap, kedepannya pembangunan termasuk dlm hal pendidikan di Indonesia semakin merata sehingga fdk ada ada lagi daerah yg terisolir atau jauh dari jangkauan seperti yg ada di pulau Nias , kampung-kampung yang ada di kepulauan Yapen dn daerah2 lainnya yg masih tertinggal.
N i agree, kemanapun kita pergi, rumah adalh tempat ternyaman u/ pulang.
Hahaha lega banget ya yog bisa pulang. Tapi enak dapet pengalamannya, gue juga pengen nih... nikah sama anak kades desa terpencil. #lah
ReplyDeleteTugas lu selanjutnya harus banyak cerita pengalaman-pengalaman disana, biar banyak yang tahu keadaan disana tanpa indomaret. Toko sejuta umat. Haha.
Pak guru unyu selalu moemotivasi,
ReplyDeleteaku sampe googling keadaan tempat terpencil di nias,
mungkin akan lebih dramatisir kalo pak guru nempelin beberaoa foto keadaan tempat tinggal pak Guru di Nias dulu. Pasti seru banget dah !
Nanti banyak yang terharu sampe nangis darah
Coba ada fotonya mas, maksudnya foto suasana Nias. Aku pernah kenalan sama orang Nias. Dan aku memang belum tahu banget suasana disana seperti itu, baca ini jadi tahu.
ReplyDeleteSejauh apapun pergi tetap akan kembali, rumah misalnya. Dan aku ini bacanya serasa ngerasain lika likunya. Jangankan di Nias, terkadang kalau aku habis pulang atau mudik lah, rasanya rumah itu tempat paling nyaman...he
Semoga sehat selalu, Mas, biar terus berbagi dan menginspirasi, gak cuma di blog, tapi di berbagai pelosok negeri..
Hahaha aku ngakak pas bagian baca indomaret hanyalah mitos. Ya ampun nurul eh yoga...
ReplyDeleteTapi sampai segitunya ya Nias sampai tertinggal jauh gt hiks sedih banget rasanya
Padahal aku di sini hidup enak. Harus banyak2 bersyukur
Indomaret indomaret, kok aku tersinggung ya soal ini? Daerahku soalnya juga belum ada indomaret btw. Tapi sinyal udah 4G kok, hehe. Soal Nias aku udah pernah beberapa kali baca ceritamu tentang perjuangan hidup di sana, kasian banget kayaknya ya dikau selama di sana. Oh iya, kok jadi domainnya jadi likalikuguruunyu? Kapan ganti xD
ReplyDeleteAku pulaaaaang!! mungkin itu kata-kata pertama yang kamu ucapkan ketika sampai di depan gapura gang rumahmu ya mas, aku juga pernah merasakan hal seperti itu tapi bedanya aku pergi untuk kerja ketika masuk di perbatasan desa tempat tinggalku aku udah teriak teriak akuuuu pulaaaaang!!haha
ReplyDeleteYa soal Pulau Nias yang ketinggalan pembangunan sepertinya harus segera ditangani deh, masak indomareet aja gaka ada, di desaku aja udah ada kok mas meskipun gak bertebaran, semoga perjuanganmu bisa mencerdaskan anak-anak disana ya pak Guru.
that's why pak jokowi ingin melakukan pembangunan dari ujung alias dari desa2 dan daerah2 terpencil, agar terjadi pemerataan. semoga betah pak, pengabdian memang butuh keringat dan perjuangan,diniatkan dengan ikhlas
ReplyDeletebener banget dah rumah emang tempat paling nyaman di dunia ini, gimana engga nyaman kita udah di sana semenjak brojol ampe segene gini ...
ReplyDeletehmm soal pulai nias mari kita bantu pemerintah dengan doa dan taat bayar pajak, kenapa ? yaa supaya pembagunan di negeri ini bisa merata
Kasian juga sih, untuk desa2 terpencil seperti itu. Akses di Indonesia memang tidak merata. Ada yg maju sekali, ada yg berkembang saja tidak. Perlu evakuasi lebih lanjut untuk ini~
ReplyDeleteLo ikut SM3T ya bro? Atau program lain? Mantap lah, punya banyak pengalaman dari nias. Hehe
ReplyDeleteYa begitulah bro, realitanya indonesia yang kita cintai ini. Terlalu banyak jarak antara kota dan desa, indonesia terlalu luas. hehe
btw, Gue mau coba antri karcis Indomaret bisa gak ya? wkwkw