“Yogaa, jangan main komputer
terus... Baca buku! Belajar buat besok!” teriak nyokap dari ruang tengah.
Suaranya nyaring sampai terdengar ke kamar gue. Gue lagi asik main PES di
komputer.
“Iya buu... sebentar,” jawab
gue.
Lima belas menit kemudian
nyokap teriak lagi, “Udah belum mainnya? Cepet belajar!”
“Iya bu, bentar lagi nih. Lagi
adu penalti,” jawab gue teriak sambil memutar leher.
“Kan bisa nanti lagi mainnya!”
“Bentar bu. Lagi konsetrasi
nih. Kippernya ada dua.”
“Kok pinalti kippernya dua?”
teriak nyokap lagi. Kali ini dengan nada ragu.
“Iyah, ini level hard. Bolanya
juga harus disundul. Enggak boleh pake kaki,” jawab gue makin ngaco.
Sejam kemudian.
“Cesss,” komputer gue mati. Gue
kaget. Ini kenapa? Apa mati lampu? Pas gue balik badan hendak keluar rumah
mengecek saklar,
“E-eh, ibu.” Nyokap lagi megang
kabel komputer yang sudah enggak lagi noylok ke sumber listrik. Beliau memutar-mutarkan
kabelnya kayak cowboy. Pantes mati komputer gue, ternyata dicabut nyokap.
“Belajar!”
“I-iyah,” gue berjalan lusuh ke
meja belajar di sudut kamer. Gue raih buku biology yang tergeletak di sana.
Gue anak yang malas membaca.
Entah mengapa, baru juga lima menit membaca, kok gue udah merasa ngantuk ya.
Gue coba menahan rasa kantuk itu, tapi makin ditahan, kok malah jadi pusing
kepala gue. Gue enggak sanggup kalo harus baca buku dalam waktu lama.
Heran rasanya sama mereka yang
hobby banget baca buku. Kok bisa gitu seminggu sampe baca tiga buku sampai
selesai. Walaupun itu buku novel. Entah apa gue harus merasa aneh atau kagum
sama orang yang selalu membaca buku.
Kebiasaan gue yang malas
membaca buku terbawa sampai gue kuliah. Namun, suatu hari kebiasaan malas
membaca gue ini hilang. Adalah buku Poconggg Juga Pocong karya Arief Muhammad
yang pertama kali bisa gue baca sampai selesai.
Ini baru pertama kalinya gue
enggak merasa ngantuk ketika membaca. Yang ada, gue malah enggak bisa berhenti
untuk membuka lembar demi lembar halamannya. Rasanya penasaran banget gimana
ending dari tiap-tiap bab. Mungkin, ini karna gaya tulisannya yang komedi,
sehingga gue enggak merasa bosen. Saat itu, gue mengerti kenapa orang-orang di
luar sanah bisa membaca beberapa buku sampai habis dalam satu minggu.
Karna itu, buku Poconggg Juga
Pocong ini begitu spesial bagi gue. Itu adalah buku pertama yang gue baca
sampai habis. Karna buku itu juga, gue jadi penasaran sama yang namanya
membaca. Mulai saat itu, gue bertekad akan sering-sering membeli buku bacaan.
Terutama novel bergaya komedi.
Gue jadi suka novel komedi.
Akhirnya gue coba mencari tahu penulis-penulis yang sudah menerbitkan buku
komedi. Sampai akhirnya gue tahu tentang Raditya Dika.
“Ga, ini Marmut Merah jambunya.
Tiga hari yak?!” kata Ria sambil nunjukin ekspresi “wanipiro.” Ria, temen satu
kelas gue di kampus meminjamkan buku MMJ-nya Radit.
“Yaelah, seminggu lah. Yak,
yak... hehe,” gue memelas.
Maklum, gue masih amatiran
sebagai pembaca. Gue takut masih males-malesan baca dan akhirnya enggak selesai
dalam waktu tiga hari. Apalagi buku itu lebih tebal dari Poconggg Juga Pocong.
Akhirnya Ria membebaskan gue
untuk baca sampai selesai, enggak terpaut waktu.
Di rumah, gue baca
terus-terusan tuh buku. Sampai akhirnya enggak terasa, tiga hari kurang bukunya
habis gue lahap. Gue terbawa dengan cerita dalam novel itu. Isinya begitu
romantis, tapi tetep, komedi. Di tengah-tengah membaca, gue merenung, kadang gue
ngakak, kadang terharu.
Setelah tahu karya Radit, gue
langsung bertekad untuk mengoleksi semua bukunya. Dari mulai Kambing Jantan,
sampai yang terbaru, Koala Kumal.
Buku Marmut Merah Jambu ini
istimewa bagi gue. Karna, ini adalah buku Radit pertama yang gue baca. Dari
buku ini pula gue jadi tahu karya-karya Radit yang lainnya.
Semenjak sering membaca
novel-novel komedi, gue jadi seneng nulis. Gue jadi pengen ngebuat
cerita-cerita komedi juga seperti Radit dan Arief. Karna gue juga sadar, cukup
banyak cerita hidup gue yang absurd untuk diceritain.
Akhirnya gue kembali menulis di
blog. Dulu gue sempet punya blog, eh tapi enggak pernah gue update karna bingung
mau nulis apaan. Semenjak itu, gue kembali aktif menulis. Gue gabung bersama
Grup Blogger Energy. Bergabung dengan mereka membuat gue makin semangat
menulis. Gila, gue serasa menemukan diri gue dalam menulis. Gue jadi suka menulis
dan membaca.
Setelah lama menulis di blog,
gue iseng-iseng ngikutin lomba blog. Dari sekian banyak lomba yang gue ikutin,
alhamdulillah, gue gagal terus. Sampai akhirnya gue memenangi lomba blog Gagasmedia
dalam ulang tahunnya yang ke-11.
Gue enggak nyangka bisa menang.
Padahal, isi blog gue masih terbilang cupu. Tapi gue bersyukur banget, karna
hadiah yang gue dapetin sungguh greget, yakni sebelas novel-novel keren
terbitan Gagasmedia. Sedap!
Salah satu buku yang gue baca
adalah Sabtu Bersama Bapak karya Adhitya Mulya. Ini novel yang beda. Novel ini
bukan novel komedi seperti yang pernah gue baca sebelumnya. Gue sempet
bertanya, apakah novel yang bukan bergenre komedi kayak gini enak dibaca? Gue
mulai ragu.
Gue mulai baca halaman pertama.
Gue enggak merasakan apa-apa. Gue enggak terkesan akan tulisannya. Coba gue
lanjut lagi halaman berikutnya. Setelah itu, gue mulai tahu karakternya,
settingnya. Terus aja gue baca. Dan lama-lama gue terbawa jalannya cerita. Saat
membaca, gue seakan-akan menonton film. Apa yang tokoh lakukan, tergambar dalam
bentuk tulisan. Imajenasi gue bermain dalam membaca tulisan demi tulisan. Gue
betah bacanya.
Cerita dalam novel ini membuat
gue terharu. Seorang bapak meninggalkan dua orang anak lelaki saat mereka
usianya masih balita. Sang ayah meninggal karna kanker. Namun, dia tahu bahwa
dia akan meninggal. Semasa hidupnya, sang ayah membuat vidio-vidio untuk
dilihat oleh anaknya kelak ketika sang ayah meninggal. Dia ingin bisa mendidik
anaknya, dan menemani anaknya walau dia sudah meninggal. Vidio adalah media
perantara mendidik anak-anaknya.
Sang ibu membolehkan kedua
anaknya melihat vidio ayahnya di setiap hari sabtu. Dari mulai balita, sampai
dewasa dan akhirnya menikah, kedua anaknya selalu rutin memutar vidio ayahnya
setiap hari sabtu. Nasehat-demi nasehat mereka dapatkan dari vidio.
Gue melihat jam sudah
menunjukan pukul dua pagi saat itu, dan gue baru selesai baca. Seinget gue,
tadi gue mulai baca sesudah Isya. Ya Ampun, enggak kerasa gue selesai baca
dalam waktu kurang lebih enam jam.
Itu adalah novel pertama yang
berhasil gue baca cuma dalam waktu satu hari. Gue suka banget sama jalan
ceritanya, simple tapi bermakna. Buku Sabtu Bersama Bapak ini spesial bagi gue.
Selain buku Sabtu Bersama Bapak,
gue membaca buku lain, hadiah dari Gagasmedia, yakni Travelers’ Tale. Buku ini
ditulis oleh empat orang, yakni Adhitya Mulya, Alaya Setya, Iman Hidayat, dan
Ninit Yunita.
Yang gue suka dari buku ini
adalah latar belakang ceritanya. Novel ini menceritakan empat orang sahabat
yang sudah terpisah. Mereka merancanakan berkumpul di pernikahan salah satu
anggota dari empat bersahabat ini di Barcelona.
Masing-masing dari mereka
menempuh rute yang berbeda-beda. Retno, yang menuju Barcelona melewati Italia.
Ucup yang harus melewati Maroco. Sedangkan Farah melewati Budapest, Hongaria.
Dalam novel ini, digambarkan
seluk-beluk perkotaan di kota-kota yang mereka lewati. Gue serasa berjelajah ke
kota-kota eropa. Sebenarnya gue belum pernah ke luar negeri, tapi membaca ini
gue serasa jadi traveler yang singgah di berbagai kota. Asli, seru rasanya mengimajenasikan
detail tiap-tiap tempat yang mereka singgahi.
Well, dari sekian buku yang pernah
gue miliki, ada satu buku yang paling berkesan. Bukan, buku ini bukanlah
seperti karya Raditya Dika yang sudah best selller. Buku ini juga bukan seperti
Sabtu Bersama Bapak yang membuat gue sukses melek selama enam jam membaca
ceritanya dari awal sampai selesai. Buku ini juga enggak seperti Travelers’
Tales yang bercerita tentang keindahan kota-kota hebat di eropa.
Judul buku ini “Asam Manis Cinta”
Buku ini amat sangat spesial.
Dalam buku ini, gue berkesempatan menyumbangkan tulisan di salah satu babnya. Iyah,
gue ikut menulis di dalamnya. Gue bersyukur, berawal dari secuil bocah yang
enggak suka membaca, namun bisa sedikit suka membaca, sampai akhirnya bisa
memiliki kesempatan untuk menulis dalam sebuah buku.
Buku Asam Manis Cinta ini
merupakan penyemangat gue di saat gue males baca. Atau di saat gue males nulis.
Bahkan di saat gue galau.
Menurut gue, buku adalah barang
yang berharga. Buku ibarat pengalaman hidup, yang membuat kita menambah
wawasan. Gue sih berharap, masyarakat Indonesia memiliki minat baca yang
tinggi, supaya wawasannya luas. Supaya seperti orang eropa yang peradabannya
sudah maju. Mereka memulai itu semua dengan membaca. Bahkan di luar negeri,
bangunan yang paling prestisus adalah perpustakaan, bukan seperti di Indonesia
yang lebih bangga di daerahnya banyak mall, bioskop, atau panti pijet ++.
Okeh, sekian tulisan gue kali
ini. Semoga bermanfaat, guys. Gue mau lanjut maen Get Rich dulu nih.
*Tulisan ini diikut sertakan dalam Best Article Blogger Energy*
membaca buku komedi emang enak dan ringan mas aku juga suka. bacanya juga nyantai. tp kali ini pingin sih sekali kali baca yang agak berat dan genre baru.
ReplyDeleteiyah ringan.
Deletesaya juga males gan baca buku.
ReplyDeletebayangin aja, saya penulis tapi nggak pernah baca buku...
saya hanya tertarik baca cerpen online. walau pernah sih saya baca buku cuma sedikit...kayak buku terowongan casablanka.
wah, gue enggak bisa ngebayangin tuh gimana jadinya kalo penulis tapi enggak suka baca, ehe. Pasti sering ngalamin yang namanya writer's block.
DeleteIya sih.... ini project yang harusnya jadi novel malah berhenti gan karena WB.
DeleteMakanya untuk memanfaatkan waktu saya hanya baca cerpen, entah kenapa males baca yang panjang-panjang.
Ada beberapa buku yg emang belum gue baca. Sabtu bersama bapak pengen beli, tapi lagi-lagi karena uang tak kunjung keren. Gue pasrah, milih buku sesuai kata hati dulu. :D
ReplyDeleteDari 5 buku yang bg Nurul ceritain. Eh, bg Yoga ceritain, gue paling ikutan berkesan di buku terakhir. Iya, Asem Manis Cinta. Buku keluarga besar kedua gue. Blogger Energy. Sekarang ada NBBE part 2, semoga aja, bisa terbit sama seperti yg pertama dan ada Nama gue di situ. aminn.
Ternyata, bg Yoga punya kesan yg sama terhadap beberapa buku di atas. Semoga bg Nurul bukan jodoh gue, ya bg. :D
ah, elo pengen banget kita berjodoh. gue khawatir perjodohan kita menimbulkan kontroversi.
Deletebukunya kayaknya keren-keren nih, mencari buku yang membuat kita tidak bisa berhenti membaca itu terkadang sulit, tapi dengan membaca buku yang mantap, tentunya kegiatan membaca akan terasa menyenangkan, membaca bukan pilihan, melainkan keharusan.
ReplyDeleteiya kayaknya
DeleteBuku Sabtu Bersama Bapak, bikin gue keinget sama film P.S I Love You, cuma bedanya kalau disini si cowoknya yang mau meninggal, nulis banyak banget surat buat pacarnya karna di tau dia bakal pergi. Dan di setiap akhir kalimat, dia selalu nulis, P.S I Love You.
ReplyDeleteDiantara semua buku yang di ulas, kayaknya gue tertarik buat baca Buku Sabtu Bersama Bapak, karna yang lainnya kayaknya genre comedy, gue ga terlalu suka comedy. Hehehe. :)
ada dua buku kok yang bukan bergenre komedi di atas. coba baca lagi deh. :-)
DeleteCuma pernah baca Marmut Merah Jambu sama Poconggg Juga Pocong. Keren emang mereka berdua. Bukunya enak dibaca dan gaya bahasanya ngebuat aku selalu pengen balik kehalaman selanjutnya. Penulis yang patut dijadikan sebagai kiblat penulis komedi.
ReplyDeleteSama kayak aku awalnya males baca buku. Tapi setelah baca MMJ, aku jadi suka baca buku dan buku kedua yang aku baca Poconggg Juga Pocong. Dan berlanjut ke buku komedi lainnya. Buku non komedi juga kadang baca. Cuma nggak habis dipaca 2-3 hari, nggak kayak buku komedi yang aku baca.
memang kyknya harus memperluas genre buku bacaan. dari semuanya, gue pengen banget baca buku fiksi kayak harry potter gitu.
Deletebuku yang dibaca kelimanya novel semuaa.
ReplyDeletegak ada buku sejarah kah yang ngantuk dan gagal move on bacanya? haha
eh, pengen banget nih baca sabtu bersama bapak. kemarin pas ke gramed duitnya pas gak ada. baca sinopsisnya menyentuuh bingitss.
aduuuh, buku asem manis cinta ini paling kece deh, udaaah yakin dari sampulnya aja kece :D
iyee,,, belum nemu buku sejarah juga. mungkin nanti kalo umur gue udah mateng, baru mulai cari cari buku sejarah. kayak buku sejarah terciptanya bahasa alay misalnya.
Deletebukunya gaul-gaul. gue suka sama poconggg, dan mmj merupakan buku radith terfavorit gue. jatuh cinta diam-diam, pertemuan dengan ina mangun kusumo, gaul banget deh! eksekusi filmnya juga oke tuh mmj. kalau pjp, bukunya gaul... tapi filmnya sayang tuh... bukan si arief yang main. gregetnya kurang. itu sabtu bersama bapak, sering gue liat di gramed. dan asem manis cinta itu... nggak usah ditanya lagi :")
ReplyDeletenah, emmang, radit juga guru gue dalam menulis. gue belajar gimana nulis yang kira kira enak dari tulisannya radit. :-D
DeleteBuku yang pocong juga pocong itu keren lho.
ReplyDeleteTapi, sayang aku belum punya karena kayaknya itu udah rare banget.
Jyah... buku asem manis cinta juga ada ya hahaha....
Dari semua buku yg diatas, aku msh penasaran sm buku si Adhitya Mulya yang judulnya "Sabtu bersama bapak"
Itu genre komedi ya?
baca ulang gih! disitu gue udah jelas-jelas tulis apa genre SABTU BERSAMA BAPAK. :-)
DeleteNgomongin bukanya pocongggg jadi ingat pas akun pocong ngehitz di twitter era 2010 2011 deh . Seru pas itu nyimak TL nya.
ReplyDeleteKlo raditya dika emang asli kocak bukunya engga garing hahaha ngga cuma marmut merah jambu tapi semua buku dia kocaknya oke. Menurutku buku radit n alitt itu buku komedi ter oke.
Novel sabtu bersama bapak hiksss mengharukan :( tumbuh kembang anak didampingi video kenang2an dari sang ayah.
Buku AMC ? Menurutku ajang pembuktian karya gyerz ...semoga ada karya2 berikutnya.
dulu gue juga taunya poconggg dari twitter. dengan hash tag #pjp :-D
DeleteGue ngincer banget Sabtu Bersama Bapak. Dulu gue cari di toko buku deket rumah gue gak ada mulu. Eh sekarang giliran udah gak punya duit, malah ada. NAbung lagi deh hehhee
ReplyDeleteoh
DeleteWaaaahhh!! Bukunya bagus bagus..buku yang pertama gue udah liat filmnya dulu banget sama mantan gue tapi gue nggak baca bukunya. *malahcurhat
ReplyDeleteKalo yang punya Radit gue juga udah pernah baca, sama Traveler's Tale itu gue dulu pinjem di Perpus tapi kayaknya covernya sih nggak kayak begitu..nah yang gue belum pernah baca sih yang Sabtu Bersama Bapak itu...lucu lucu sedih nggak sih ya itu, Kalau Asem Manis CInta jelas gue punyaaa...dan udah gue baca sampe abis walo gue sempet kejer karena tulisan gue nggak masuk..hehehe