Friday 7 June 2013

Nge-date di Rumah Sakit

Share it Please
Seperti biasa, ketika bangun tidur, selain berdoa, gue cuma melakukan dua hal: nunggu senyum dan sapaan selamat pagi dari Nur, atau memberikan senyum dan ucapan selamat pagi pertama gue untuk Nur via SMS. Iyah, Nur adalah gebetan baru gue. Sudah lumayan lama gue mengenal dia. Pagi itu, setelah saling mengucap selamat pagi dan saling memberi senyum, Nur meminta gue untuk menemaninya menjenguk teman kami yang sedang dirawat. Namanya Lele. Lo enggak perlu khawatir. Dia bukan sejenis catfish kok. Dia masih keturunan manusia. Jadi lo enggak bakal dipatil kalo terlalu dekat dengan dia. “Lele” itu cuma panggilan akrabnya. Nama sebenarnya sih Lia Andriani.

Pagi itu gue langsung girang bukan kepalang. Bukan, gue bukan girang mendengar kabar Lele di rawat, tapi gue girang menerima SMS ajakan dari Nur. Iyah, Nur ngajak gue pergi bareng. Itu artinya gue bakal nge-date sama dia. Cihuyy! Mm… ya wa-walaupun kami ngedate di rumah sakit >,<.

Sepulang dari kampus, gue langsung meluncur dengan elang motor piaraan andalan gue menuju kost-an Nur. Setelah itu kami langsung tancap gas ke rumah sakit tempat Lele di rawat. Begitu memasuki rumah sakit, kami menghampiri receptionist untuk menanyakan letak kolam kamar Lele di rawat.

“Mbak, mau tanya. Kamar standar 125 tu dimana ya?” memang sih, terdengar lebih mirip nama sebuah motor supra fit dari pada nama sebuah kamar.

“Oh, itu lewat Blerkminnn Market, terus belok kanan?” gue bingung dengan apa yang si mbak omongin. Ini apa memang lidah si mbak receptionist yang keserimpet sampe ngomongnya enggak jelas, atau memang telinga gue yang sedang tidak bisa mendengar dengan baik.  Gue coba tanya lagi.

“Lewat apa mbak?”

“Lewat Klebrminn Market.” Si Mbak receptionist itu masih aja ngomong enggak jelas, payah dah. Gimana mau melayani pengunjung dengan baik, dia ngomong aja masih susah dimengerti. Di sisi laen gue kaget. Entah apa yang diomongin sama dia, tapi yang terdengar oleh telinga gue adalah “Kelamin Market.”

“Kelamin market?” tanya gue sambil mengernyitkan jidat.

Dengan senyum kecut dia cuma bilang, “Hmm, pokoknya belok kanan nanti di depan!”

Oke lah, gue trurti saja apa kata dia. Di saat gue kebingungan tentang “Kelamin Market” yang baru gue dengar dari Mbak receptionist, Nur malah menertawakan gue. Dia tertawa puas.

“Haha, Yoga… Yoga! Tadi tuh dia bilang ‘Mini Market!”

“Hah, masa sih?”

“Aku aja yang di belakang kamu denger jelas omongan dia, Haduhh!”

“Haha”
 
Sepertinya sesudah menjenguk Lele gue harus mampir dulu ke bagian THT. Apa secepat ini telinga gue mengalami disfungsi pendengaran? Haduhh!

Beberapa saat gue jadi bertanya-tanya, ini beneran di rumah sakit ada mini market? Gue masih bisa menerima kalo apotek, tapi ini mini market? Di rumah sakit ada mini market? Coba lo bayangin jika suatu saat nanti mini market di rumah sakit menjadi hal yang lumrah. Belum lagi persaingan mini market saat ini ketat banget. Yang ada beberapa tahun lagi ketika lo berjalan-jalan di lorong rumah sakit, lo bakal melewati Alfamaret, lalu di depannya ada Indomaret, di sebelahnya lagi ada Seven Eleven. Ini rumah sakit apa komplek perumahan jadinya? Banyak banget mini market.

Setelah lurus ke arah mini-market-yang-gue-sangka-kelamin-market, kami dihadang oleh petugas rumah sakit. Di situ ada sebuah pintu kaca besar yang membatasi wilayah mini market dengan wilayah kamar pasien. Dia melarang gue dan Nur untuk masuk ke wilayah kamar pasien. Katanya kalo mau masuk harus bawa kartu izin besuk. Waw, ini gue mau ngejenguk pasien atau mau Ujian Semester sih, harus nunjukin kartu segala?

Enggak lama kemudian ada seorang bapak paruh baya menghampiri gue dan Nur. Lalu dia berbicara ke gue dengan Bahasa Jawa yang enggak gue mengerti, “Baka pengen manjing, wong siji dikit jukut kartu. Engko kang sijie nyusul.”

Bapak itu sepertinya sangat serius, sampai-sampai gue enggak berani menyela pembicaraannya. Dan akhirnya gue cuma bisa manggut-manggut seolah paham apa yang dia bicarakan.

“Oh begitu *gue manggut-manggut*. Oh iya-iya, Pak *manggut-manggut agak kenceng*. Hm, benar, Pak! *seruduk si bapak*”

Setelah si bapak pergi berlalu, gue bilang ke Nur, “Ngerti enggak apa yang dia omongin barusan?”

“Hihihi, kamu tuh ya! Enggak!” kata Nur sambil menahan tawa.

Gue orang sunda, begitu juga Nur, ya pantes aja Nur enggak mengerti kata-kata si bapak. Haduhh!

Well, karna kami masih ditahan oleh petugas rumah sakit, akhirnya Nur coba menghubungi Lele. Akhirnya lele meminta Nur masuk terlebih dahulu menemui Lele untuk mengambil kartu izin jenguk, sedangkan gue menunggu di luar. Setelah itu nanti Nur kembali menghampiri gue sambil membawa kartu itu, dan kami pun bakal dibolehkan masuk.

Enggak perlu waktu lama untuk mencari kolam kamar si Lele. Lokasinya dekat dengan mini market. Hm, di kamar, Lele sedang terduduk di ranjangnya. Pandangan gue langsung tertuju ke selang infuse yang tertancap di tangan kirinya. Dia terlihat sangat lemah, karna baru saja menjalani operasi usus buntu. Di situ ada ibunya dan seorang cowok, teman kelasnya. Ibunya welcome banget dengan gue dan Nur. Beliau sangat ramah.

“Gimana keadaannya, Le?” tanya gue.

“Hm, udah lumayan, Kak.” Jawab dia lemas. Dia juga enggak bisa tertawa kenceng, karna perutnya masih sakit akibat luka jahitan operasi.

Kami berlima pun berbincang-bincang. Lumayan banyak hal yang ktia bicarakan, dari mulai penyebab Lele dioperasi, lalu, awal mula gejala usus buntu yang dialami Lele, sampai seputar keluarga Lele.

Di tengah-tengah perbincangan kami, petugas rumah sakit masuk ke dalam kamar, lalu meminta para penjenguk untuk keluar kamar sebentar, karna kamar akan dibersihkan. Mereka pun membawa alat pel lantai.

Akhirnya mau enggak mau gue, Nur, dan yang lainnya keluar kamar. Tinggal Lele sendiri di kamar yang masih duduk di ranjang. Ruangan kamar Lele berada di lantai dua. Di depan kamarnya ada semacam balkon yang bisa dipergunakan untuk melihat ke luar. Dari atas balkon itu kita bisa melihat keluar dimana terdapat taman dengan kolam ikan Koi yang indah banget! Sumpah, gue baru menemukan rumah sakit yang memiliki fasilitas taman yang indah ini. Di taman tersebut sangat sepi, enggak ada orang yang beraktifitas di sana. Jadi gue dan Nur benar-benar bisa menikmati pemandangan taman dengan kolam ikan tersebut tanpa gangguan.

Kami sempat berimajenasi. Gue menunjuk satu ikan dari atas balkon tersebut. Gue memilih ikan berwarna orange.

“Nur, kamu pilih ikan yang mana? Kalo aku suka ikan yang orange itu” kata gue sambil menunjuk ke ikan itu.

“Hm, yang manah?” tanya Nur. Mungkin dia enggak melihat dengan jelas ikan yang gue maksud, maklum ikan di kolam tersebut banyak banget, dan warnanya hampir mirip.

“Itu loh. Tuh yang sebelah sana!”

“Oh yang itu. Iya aku liat.”

“Kamu pilih ikan yang mana?”

Nur juga menunjuk satu ikan. Warnanya jingga, “Hm, yang itu bagus tuh.” Tunjuk Nur ke ikan berwarna Jingga.

Entah kebetulan atau gimana, tiba-tiba dua ikan yang sudah kami pilih itu saling mendekati satu sama lain. Kedua ikan tersebut saling mendekat, semakin dekat, dan akhirnya mereka berjejer seolah bergandengan. Ini tanpa rekayasa! Gue aja masih heran dengan hal itu.

“Eh-eh, itu kok ikan kita saling ngedeketin sih, hihi.”

“Ih-ih, iyah. Kok bisa? Hahaha.” Tawa Nur sambil keheranan.

Posisi gue saat itu bersebelahan dengan Nur sambil melihat kolam ikan di bawah dari atas balkon. Posisi ikan pilihan kami juga berjejer bersebelahan, sama dengan posisi gue dengan Nur. Duhh, kebetulan itu merupakan kebetulan yang so sweet banget! Jujur aja, saat menulis bagian ini juga gue sambil senyum-senyum gimana gitu. Gue masih kebayang momen liat ikan bareng Nur itu. Haduhh!!

Enggak lama kemudian, kami masuk kembali ke kamar Lele. Lumayan cepat kamarnya dibersihkan oleh petugas rumah sakit. Kami berbincang-bincang lagi di dalam. Kami sempat membicarakan fenomena mini market di dalam rumah sakit. Ternyata itu merupakan hal yang biasa buat Lele. Bahkan Lele bilang bahwa di rumah sakit tersebut juga terdapat tempat bermain anak-anak, kantin tempat makan, dan yang lebih absurd… ada SALON! Buset, gue enggak kebayang, fungsinya apa salon di rumah sakit? Siapa yang bakal jadi pelanggan salon tersebut? Pasien? Jangankan nyalon, makan aja mereka kagak nafsu! Terus, penjenguk? Ngapain! Aneh aja kalo ada penjenguk yang lagi nungguin pasien, lalu tiba-tiba dia keluar kamar. Ketika ditanya,

”Eh, mau kemana?”

Lalu dia jawab, “Mau  nyalon dulu gue.”

Hm, aneh! Mungkin rumah sakit ini terlalu modern. Atau mungkin pemilik rumah sakit ini terlalu kreatif. Kalo memang demikian, jangan-jangan beberapa tahun lagi di rumah sakit ini bakal ada warnet, rental Playstation, dan gedung bioskop!

Menjelang waktu asar, kami berniat pamitan. Gue juga khawatir sih kalo pulang terlalu sore, bisa-bisa gue sampai di rumah larut malam. Iyah, letak rumah sakit tersebut dengan rumah gue lumayan jauh, jadi butuh perjuangan juga untuk mengendarai motor pulang pergi ke rumah sakit. Memang sih capek, tapi capek yang gue rasain enggak sia-sia. Yup, karna ada Nur yang nemenin gue.

Sore hari itu sedikit gerimis dan suhu udara mulai menurun. Sebelum pulang, kami sempatkan dulu makan di kantin rumah sakit. Gue duduk berhadapan dengan Nur, makan bersama dia, dan berbincang tentang kehidupan kami. Semuanya sangat menyenangkan. Gue pernah bercerita ke dia bahwa gue pengen kami bisa makan bersama di tenda pinggir jalan ketika cuaca gerimis kecil. Hem... menurut gue itu adalah hal yang romantis: makan dengan orang yang gue sayang ditemani udara sejuk disaat gerimis tiba. Dan hal itu pun terwujud. Ya walaupun enggak perfect banget sih. Karna kami bukan makan di tenda pinggir jalan, tapi di kantin rumah sakit.

Setelah beberapa saat, gerimis mulai reda. Yang tersisa cuma buturan-butiran uap air di udara, aroma tanah terkena hujan, dan jalanan yang basah. Syukurlah, sekarang suasananya berubah romantis. Tapi gue tetap khawatir kalo Nur kehujanan. Takutnya alergi dinginnya kambuh sehingga dia gatal-gatal. Belum lagi kalo dia terkena flu akibat terkena air hujan. Parahnya saat itu kondisi Nur sedang enggak fit.

Sesudah makan, kami memutuskan pulang. Di perjalanan pulang, gue mengendarai motor dengan pelan. Selain karna jalanan yang licin karna basah, gue juga ingin sedikit menikmati suasana sore yang teduh itu bersama Nur dari atas motor yang sedang berjalan. Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba Nur bilang, “Nanti kamu pulangnya hati-hati yah. Terus kalo udah di rumah, SMS aku!” Sebenarnya ada satu kalimat lagi yang Nur ucapkan, tapi gue enggak begitu ngeh. Gue sudah cukup terpaku di kalimat tadi. Saat itu juga… gue enggak merasa sendirian lagi. 

Akhirnya gue tiba di rumah tepat magrib. Capek juga nengokin Lele. Tapi senang rasanya bisa berkendara, bercerita, berimajenasi dan tertawa bersama Nur hari itu. Gue juga senang bisa bertemu Lele. Hem... semoga Lele cepat sembuh, cepat masuk lagi ke kolam kampus, dan cepat bisa beraktifitas. Get well soon ya, Le!

14 comments:

  1. Ini gebetannya masih sama kayak pas yang ultah apa udah beda lagi? Terus habis nge-date di RS kalian jadian nggak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, masih inget aja kamu. Iyah, sama kok. Gue kan tipe orang setia. Walaupun baru gebetan, gue bakal setia ama dia. Keren kan? Wahahaha!!

      Delete
    2. so sweett sekaleeeee.. jaman skarang cowok setia itu 1 banding seribu muehehehhee :D

      Delete
    3. >,< gue langka dong berarti? Gue harus masuk musium gitu? harus diawetkan begitu? Huuhu, ngerii >,<

      Delete
  2. Wah.. perasaan aku familiar sama kisah ini deh.. tau darimana ya??? perasaan bukan dr yoga deh.. *Oopss.. dari tau dari ceweknya.. huahahaha

    ReplyDelete
  3. Klebrminn Market susah banget ya nyebutnya juga wkkkk:D

    ReplyDelete
  4. ikannya ga mau kalah sama elu tuh bang, jadi ikannya berdampingan gitu...

    di kota ku sih, minimarket dirumah sakit udah biasa deh, biasanya bukan minimarket franchise gitu, tapi minimarket yg dikelola rumah sakit sendiri...

    ciee yg pacaran di rumah sakit cieee...

    ReplyDelete
  5. Cieee yang pacaran.. Cie yang punya gebetan.. #SorakanJombloDengki

    ReplyDelete
  6. cieee ciee cieee cieee ngedate dirumah sakit nih :3 ihiir romantis bener daaaah :3 mana PJ buat saya :3

    ReplyDelete
  7. kalo ngedate di pasar pernah ga ka? hehe

    ReplyDelete
  8. Semoga langgeng dan menuju halal:)

    ReplyDelete
  9. muahahaha ngakak baca ceritamu..
    iya, ngakak aja..
    =))

    kasian Lele..
    kamu terobsesi banget sih mau masukin dia ke kolam =_=

    ReplyDelete
  10. klo mini market d rumah sakit sih msih bsa d tolerir,,,tp salon?.... ckckck..

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter