Monday 11 August 2014

Hari Pelepasan KKN

Share it Please


Gue duduk di sebuah kursi yang atasnya ditutupi tenda besar. Gue perhatikan sekitar, ribuan kursi lainnya penuh dipadati para peserta KKN. Gue berkumpul dengan anak-anak satu kelompok.
“Yang laen pada kemana?”
“Cowok-cowok lagi pada makan,” jawab Didi, sang ketua kelompok KKN.
Kampret, ternyata mereka pada mangkir. Kalo tahu gitu. Mending tadi gue santai aja berangkatnya.
Akhirnya gue duduk dengan wajah lesu, lebih lesu dari penari amberegeul close up yang nyungsruk pas gagal kopral. Gue lesu karna acara pelepasan KKN itu sungguh membosankan. Gue duduk dibarisan belakang, sehingga apa yang diucapkan penceramah di depan enggak terdengar jelas. Yang ada malah anak-anak cewek kelompok lain pada rempong ngobrol, ada yang ngobrolin barang-barang apa ajah yang musti dibawa, ada yang ngobrolin gimana caranya nyuci kancut pake mesin cuci, ada yang curhat kulitnya makin gosong padahal dia rutin menenggak ekstrak kulit manggis. Belakangan gue dapet info ternyata tu cewek hobbynya nongkrong di fly over siang-siang cuma pake tenktop.
“Ga, Heny duduk di situ tuh!” kata Ike sambil menepuk gue dari belakang.
“Mana-mana?”
“Tuh!” Dari arah belakang tangan Ike muncul, menunjuk ke tempat yang dia maksud.
“Oh itu.” Gue pun menemukan spot Heny. Dari kejauhan, heny melambaikan tangannya, sambil menunjukan senyum yang merekah. Sepertinya dia kelihatan amat sangat bahagia melihat gue.

Gue balas dengan melambai-lambaikan tangan ke arahnya, memberikan isyarat yang menyuruh dia kesini, ke kursi gue dan Ike. Namun sepertinya dia enggak mengerti isyarat gue. Gue coba menggerakan mulut tanpa bersuara  yang memberi isyarat “Sinih-sinih, Hen, sinih!”
Namun, Heny tetap tidak bergeming. Dia belum mengerti juga maksud isyarat gue. Baiklah, gue hampiri saja dia.
“Heh, sendirian aja. Bukannya gabung tadi sama kelompok saya. Tuh disitu!”
Heny nanggepin cuma nyengir. “Gaa…!” namun sesaat wajahnya jadi memelas.
“Ahaha,” Gue tahu, artinya dia masih merasa enggak nyaman dengan kelompoknya.
.
.
Beberapa hari yang lalu, gue sempat bertemu dengan Heny. Setelah waktu yang lama, akhirnya kami bisa kembali bercengkrama. Perjumpaan kami saat itu pun rasanya seperti pertemuan sepasang saudara kandung yang sudah lama berpisah. Gue membuka lengan gue dari jauh, seolah-olah bakal memeluk dia. Eh dianya malah nutupin dada pake kakinya.
“Itu Gaa…, anak-anaknya.” Katanya sambil cemberut.
“Kenapa, seru kan?”
Heny menggelengkan kepala, membuang wajahnya dari gue, dan melemparkan pandangannya ke lantai satu. Iya, saat itu kita sedang ada di lantai dua kampus.
“Tenang aja, nanti lama-lama juga seru kok, aaha!”
“Ehm, tau deh.” Katanya, sambil masih memalingkan pandangan ke lantai satu.
“Saya malah lebih parah, tuh anak-anak cowoknya dableg semua, bad boy!” ucap gue dengan keputusasaan. Memang, dikelompok gue, semua mahasiswanya laki-lakinya berandalan semua. Muka penjahat kelamin semua. Tiap melihat wajah mereka, yang ada di pikiran gue adalah Smester pendek terus.
Perlahan bibir Heny yang semula membentuk garis datar, berubah menjadi melengkung membentuk semacam kurva ke atas. Dia senyum lalu kembali melempar pandangan ke gue, sambil nenggak sedikit.
“Kenapa?”
Senyum kecilnya perlahan berubah menjadi tawa yang menggelegar, “AHAHAHAHA!!” sadar bahwa suaranya bisa terdengar sampai keluar kampus, dia menutupi mulut dengan tangannya. “Eh, kata Ike ‘Hen, cowok-cowoknya bad boy semua, ya kecuali… Yoga!’ AHAHAHA!!” tawanya puas sambil nepuk-nepuk pundak gue.
Gue merasa gagal sebagai cowok. Iyah, gue memang cupu. Uhuhu!!
.
.
.
Kembali lagi ke acara pelepasan KKN.
“Gimana, uda ada temen yang akrab belum?” ucap gue sesaat setelah menghampiri Heny, dan duduk tepat di kursi belakang Heny.
Heny menghentikan sebentar obrolannya dengan teman perempuan di sebelahnya, lalu memiringkan badannya, menoleh kebelakang. “Udah-udah kok, hihi”
Dan kami pun terilbat dengan obrolan panjang, saling tertawa karna kegoblokan gue saat berbicara.
“Gaaa… duh, coba kalo saya sekeompok sama kamu sama Ike.”
“Ahaha iya, mau gimana lagi.”
“Duhh… kalo lihat kamu bawaannya pengen nangis!”
“Muka saya memprihatinkan ya? Huh dasar!” kata gue sambil menepuk bahunya. Gue tahu, Heny terharu, mungkin rindu. Yah, memang gue, Ike, Heny bisa dibilang temen deket, akrab. Gue juga bisa ngebayangin betapa asiknya kalo satu grup KKN sama Ike dan Heny, pasti hari-hari kami akan penuh canda tawa. Canda tawa itu timbul dari bully-an mereka terhadap gue. Yah, memang, mereka adalah dua orang menyebalkan, penertawa keapesan gue dalam hidup. Kampret!
“Katanya pengen meluk kamu jeh!” celetuk teman di sebelah Heny. Sedangkan Heny, cuma senyum-senyum penuh kemunafikan.
“Yaelah, giliran saya ada, dibully, giiliran jauh ditangisin dan pengen dipeluk. Dasar lu!”
Heny, masi senyum-senyum gajelas!
***
Gue duduk di bawah pohon rindang di area kampus. Di hadapan gue ada sebuah mesjid, ada lapangan parkir yang masih ada tenda di situ. Gue menekuk kedua kaki gue, lalu menaruh kedua tangan gue yang sudah gue tekuk diatas kaki, dan bertopang dagu.
Gue perhatikan para peserta KKN yang bejubel dan tersebar di penjuru kampus bersama kelompoknya masing-masing. Masing-masing kelompok membawa barang-barangnya sendiri. Rencananya, hari itu mereka akan menempati kontrakan mereka di lokasi KKN. Jadi, banyak diantara mereka yang terlihat sibuk membawa koper masing-masing.
Diantara mereka, ada yang sedang asyik ngobrol dengan kelokmponya masing-masing, ada yang bercengkrama mesra dengan pasangannya yang mungkin satu kelompok, enggak lama kemudian mereka saling cium tangan pasangannya. Namun di ujung sana gue menemukan seorang pria sedang mencium-cium lantai mesjid.
“Iyan, kamu dimana?” KLIK. SMS gue terkirim ke Iyan, teman satu kelompok gue. Gue meminta perempuan berkerudung syari itu untuk menemani gue ke kontrakan setelah acara pelepasan KKN selesai. Rencannya gue mau menaruh baju gue di sana. Kenpa gue meminta dia? Karna dia tahu letak kontrakannya, sedangkan gue enggak.
***
Di tengah perjalanan menuju kontrakan, gue sibuk menggeser-geser pantat gue yang kala itu sedang bertumpu dengan tidak nyaman di jok motor. Diluar dugaan, Iyan mengambil banyak space di jok motor gue. Akhirnya gue cuma kebagian ujung jok depan doang. Rasanya tuh, perih!
Perjalanan selama setengah jam telah merubah bentuk pantat gue yang semula normal, menjadi abdormal dengan belahan pantat yang geser ke kiri.
Akhirnya, setelah sebelumnya gue mengantarkan Iyan ke rumahnya, gue pun pulang. Hari itu gue sukses menaruh baju-baju yang akan gue kenakan selama KKN di kontrakan. Dan… entah bagaimana membenarkan kondisi pantat gue yang cidera parah ini.

4 comments:

  1. ceritanya seru juga,sukses terus

    ReplyDelete
  2. wkwkwkwkw kerennn
    ada 2 typo yang vina ingat bang oga

    abdormal
    Rencannya

    behhhhh berarti bang oga temennya cewe semua??
    paling ganteng dong disana. untung mereka baik ya bang.
    cie ciee bang oga ada yang tangisin kalau jauh., lah dekat di bully. Ini reaita sekali -_-
    huhahaha

    eh tunggu, untung ada klarifikasi kalau kelompok kknnya bang oga itu Bad Boy semua, kecuali abang.
    dan apa apaan ada PK nya -_-

    jadi ini udah balik KKN apa belum ya bang?

    ReplyDelete
  3. Wah, KKN nya aja belum mulai udah pada ngaret, gimana kalau di tempat KKN yak? Ckck
    Tapi, apapun itu, tetap semangat buat KKN ya, semoga sukses dan bisa membaur nantinya. Salam deh buat Heny. Cieee, Yoga, cieee :D

    ReplyDelete
  4. Ceritanya itu ngena banget, dan jujur.

    Mungkin Heny ngeliat bang Oga sebagai ekstrak manggis jadi selalu "Kabar gembira". ini komen gak jelas banget ya.

    Jadi? pelukan sama Heny terjadi?

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter