Wednesday 15 February 2012

ADP Project

Share it Please
Hari itu gue bangun kesiangan. Seharusnya jam 7 pagi gue uda ada di kampus, tapi jam 7.14 gue baru bangun tidur. Wuaah, enggak disiplin banget gue! Tapi pagi itu gue santai aja, karna hari itu gue ke kampus bukan gara-gara ada mata kuliah. Tapi, karna ada Annual Drama Performance di kampus, disingkat ‘ADP’. Dan gue kebetulan jadi panitianya. Sesudah bangun tidur, gue langsung prepare makan, mandi, dll. ADP adalah acara tahunan anak tingkat tiga. Jadi, untuk tingkat tiga ada matakuliah drama dan tugas akhir semesternya adalah menampilkan pertunjukan drama. Anak-anak tingkat tiga kerjasama dengan ESA—HMJ FKIP B.Inggris—buat ngadain acara ini. Nah, karna kebetulan gue anggota ESA, ya gue mau enggak mau harus ikut dan jadi panitia untuk acara ini.
Gue pacu motor gue secepat yang gue bisa. Akhirnya sampe juga gue di kampus sekitar jam setengah sembilan. Ternyata acara sudah di mulai. Gue langsung parkir motor dan lari masuk ruang pementasan terus duduk di lantai kursi. Gue liat penonton cukup sepi. Cuma segelintir orang yang duduk menyaksikan acara pembukaan yang suda dimulai beberapa menit lalu. Enggak lama kemudian acara pembukaan selese, dan pertunjukan drama pun dimulai. Nah, disinilah penderitaan gue dan anak-anak laen dimulai. Saat itu gue kebagian jadi sie peralatan. Gue harus tanggungjawab untuk ngebantu tingkat tiga men-setting property yang bakal dipake nanti. Berhubung jarak antara vitting room dan panggung cukup jauh, jadi semua property harus dibopong satu persatu. Property-nya macem-macem. Ada yang ringan-ringan seperti sterofoam, kain warna-warni, kayu-kayu kecil. Ada juga property yang lumayan berat, kaya kursi, bambu, kurungan ayam. Sampe ada juga property yang  sangat menyiksa, seperti meja, ranjang tempat tidur, dan pohon palem. Dalem hati gue bilang, ‘Ni orang mau drama apa kampanye peduli lingkungan hidup, sih?! Sampe pohon dibawa-bawa!’ Sebenernya tugas gue cukup simple. Gue cuma ditugasin ngebantu ngangkat-ngangkat property tiap kelompok yang mau dan selesai tampil. Jadi, tiap kali ada kelompok yang selese tampil, gue langsung bantu-bantu mereka ngeluarin property dari panggung. Setelah panggung clear, barulah gue bantu-bantu masukin property kelompok laen yang mau tampil selanjutnya ke dalem panggung. Simple dan cukup berat! Sambil nunggu waktu pergantian tiba, mending gue ikut nonton drama, deh! Waktu itu gue enggak sekedar nonton, gue juga coba cari tahu apa dan bagaimana pertunjukan drama ini, soalnya mau enggak mau dua tahun lagi gue bakal ngalamin juga.
Ini adalah drama yang paling keren yang pernah gue liat seumur hidup gue. Lighting-nya, ceritanya, effect-nya, pokoknya semuanya keren. Penjiwaannya dapet banget. Dialognya aja panjang bener. Gue sampe bingung, ‘Mereka gimana ngapalinnya?’
Gue dapet bannyak pengalaman dari kegiatan ADP. Bukan sekedar pertunjukan drama yang keren, tapi juga gue bisa mengenal hal-hal baru disekitar gue. Gue jadi bisa lebih akrab sama senior tingkat dua. Karna ADP, gue jadi kenal Teh Lucky, Teh Aida, A Sandy, dan banyak lagi. Gue paling seneng sama sosok senior yang terbuka. Yaitu mereka yang enggak ragu untuk mengakrabkan diri dengan para juniornya, bercanda, ketawa-ketiwi bareng. Dan gue bisa jadi kurang respect sama senior yang sok cool, yang merasa pengen disegani sama para juniornya. Males banget! Tapi gue beruntung, di ESA enggak ada senior yang model begitu. Semuanya seru, kompak, dan akrab. Di acara itu gue juga bisa mengenal lebih dalam sosok dan karakter temen-temen gue sesama tingkat satu.
Kalo ngomongin soal ‘karakter’, gue jadi inget betapa banyak karakter unik yang gue temui saat itu. Gue nemu sosok lelaki yang gemar sekali membawa pedang, Agung namanya. Agung adalah temen gue sesama tingkat satu. Saat itu dia mendapati sebuah pedang plastik berwarna emas. Tampilan luarnya sangat luar biasa. Mengagumkan! Dan pedang itu adalah bekas property yang sudah enggak kepake. Saat itu dia tertarik untuk mengadopsi pedang bekas tersebut dan dengan bangganya dia membawa-bawa pedang itu kemanapun dia pergi. Bahkan dia sering mengacung-ngacungkan pedangnya itu dan berlaga seperti Power Rangers setiap dia melewati seseorang yang dia kenal. Gue bingung, penyakit apa yang menimpanya saat itu. Kasihan sekali dia! Padahal menurut gue dia udah punya pedang alami yang bersemayam di tubuhnya. Akan jauh lebih bijaksana kalo dia menjaga dan merawat pedang alaminya dengan baik ketimbang mencari dan mengadopsi lagi pedang baru. Ini merupakan bentuk kufur nikmat!
Selain Agung, gue menemukan seorang lelaki yang gemar sekali bertelepon dengan mamahnya, dia A Sandy. Dia anak tingkat dua. Orangnya tinggi, putih, gemuk, dan berwibawa. Dan dia selalu berbicara keras ketika ngobrol di telepon dengan mamahnya. Hal itu membuat semua orang mendengar dengan jelas apa yang sedang dia bicarakan dengan mamahnya.
Saat itu senja hari,  acara ADP sudah selesai dan panitia sedang mengadakan briefing. Di saat itu pula A Sandy tanpa kompromi mulai melakukan kegemarannya. Dia mulai bertelepon ria dengan mamahnya. Suasana ruangan senja itu sangat gaduh, berisik sekali sehingga A Sandy meminta anak-anak untuk diam.
‘Ssttt!! Woy, diem dulu. Gua lagi nelepon!’ teriaknya
Karna memang suaranya yang keras dan sangat bertenaga, sehingga anak-anak pun terdiam seketika begitu mendengar teriakannya. Waktu itu A Sandy bilang ke mamahnya, ‘Mah, uda cek ke PS Center? PS Sandy uda bener belum?’ saat itu gue dan anak-anak shock, kaget, dan ngakak. Gue pikir ada sesuatu yang sangat penting yang bakal mereka bicarakan. Ternyata PS! Ini apa mamahnya gemar bermain Playstation atau bagaimana? Terus terang, ini pertama kalinya buat gue menyaksikan secara langsung percakapan antara ibu dan anak yang isinya ngebahas Playstation.
Selain tadi, ada juga perempuan yang gemar sekali mempermasalahkan martabak, Teh Nurul namanya. Dia anak tingkat dua. Dia sering sekali mengajak orang lain jajan dan membeli martabak. Gue bingung jadinya. Disini ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah dia memang senang dan suka sekali memakan martabak. Martabak adalah jajanan faforitnya. Kemungkinan kedua adalah ternyata tukang martabak yang didepan kampus adalah sodaranya, sehingga dia maksa-maksa untuk beli martabak biar dagangannya cepet laku dan dia mendapat komisi. Ini cerdas!
Ada juga dua sosok makhluk yang selalu ribet, narsis, dan berisik dimana dan kapanpun mereka berada. Mereka adalah Teh Nike dan Teh Lucky. Keduanya memiliki sifat yang meledak-ledak. Begitu ada orang yang megacungakan kamera atau handpone, mereka berdua reflek menempelkan ujung jari tepat di bibir mereka disertai kepala yang dimiringkan ke kiri atau ke kanan. Bisa juga mereka langsung menirukan pose Cherrybelle; kedua telapak tangan dirapatkan, kemudian dibuka dan ditaruh dibawah dagu, lalu nyengir kuda.
Tapi dibalik keanehan yang mereka miliki, mereka juga sosok perempuan yang baik. Ini bukti ketika mereka dengan relanya mencuci piring kotor.

Dua makhluk sedang mencuci piring


Dan tentunya gue juga makin deket sama temen-temen deket gue; Nanda, Saepul, Icha, Widiya, dan Intan. Gue makin tau sedikit-banyak karakter masing-masing dari mereka. Dan ini moment yang gue abadikan bareng mereka.

          Sedang di koridor                            Sedang makan  


Ini bukan boyband

Terus terang, sebenernya gue belum pernah punya pengalaman yang cukup dalam berorganisasi. Bahkan waktu SMP dan SMA gue enggak ikut jadi anggota OSIS. Gue merasa enggak nyaman. Karna nantinya gue bakal ketemu orang-orang baru yang sebelumnya enggak gue kenal. Gue kurang bisa berbaur dengan baik dengan orang asing. Ketika gue sudah menemukan lingkungan yang nyaman, gue bakal selamanya nyaman disitu dan enggan untuk masuk ke lingkungan baru. Gue selalu parno; gue takut lingkungan baru itu enggak senyaman lingkungan yang uda gue punya. Makanya gue selalu ragu untuk ikut OSIS, karna disitu gue bakal nemuin lingkungan baru. Tapi, seiring berjalannya waktu pola pikir gue mulai berubah. Gue enggak tau dapet ilham dimana tapi yang jelas gue berusaha kuat untuk merubah diri gue. Gue akui bahwa gue adalah sosok yang cupu, kuper, berantakan, dan absurd. Tapi apa selamaya gue mau begini? Banyak, kok, orang diluar sana yang bisa berorganisasi dengan gampangnya, bersosialisasi dengan baik. Padahal ada diantara mereka yang bodo di kelas. Terus, kenapa gue enggak bisa kayak mereka? Apa yang mesti gue takutin? Gue enggak bodo, gue enggak rese, dan gue ganteng. Uh-oh, yang terakhir tadi enggak harus, kok! Jadi apalagi alasan gue untuk takut dan malu untuk berhadapan dengan lingkungan yang baru?
Langkah pertama gue untuk ngerubah diri adalah dengan cara berani berkenalan dengan orang-orang baru. Gue jadi inget waktu gue ospek dulu. Gue waktu itu bener-bener merasa sendiri—dalem—karna enggak ada kenalan sama sekali. Gue mulai berani berkenalan dan ngobrol dengan orang-orang baru. Gue coba deketin perempuan, kenalan, dan ternyata asik. Gue harus bisa bikin diri gue nyaman dengan orang-orang baru di sekeliling gue. Rasa nyaman enggak dateng dengan sendirinya, tapi kita sendirilah yang harus menciptakannya. Begitu juga dalam berorganisasi. Pertama lo harus tau dan kenal orang-orang dalam organisasi tesebut. Setelah lo kenal baik dengan mereka, nantinya juga lo bakal ngerasa nyaman. Setelah ngerasa nyaman dengan orang-orangnya, nantinya lo bakal betah dan nyaman juga di dalam organisasi tersebut.
Balik lagi ke ADP, ah!
Salah satu hal yang gue senangi di ADP adalah ketika waktu istirahat tiba, sekitar jam setengah satu siang. Biasanya waktu istirahat gue pergunakan untuk solat duhur dan makan tentunya. Solat selesai dan makan pun sudah, saatnya kembali ke penderitaan gue. Ngangkut barang!
Saking semangatnya (baca:menderitanya) gue ngangkatin barang, sampe-sampe enggak kerasa pertunjukan uda mau selese. Semakin mau selese acara, semangkin semangat gue. Dan... tada!! Akhirnya acarapun selese sekitar jam setengah enam sore.
Hari pertama ADP, gue pulang sekitar jam setengah enam sore karna memang acaranya selese jam segitu. Waktu itu gue pulang bareng Intan. Intan adalah temen sekelas gue, dia juga anggota ESA, sama kayak gue, dan jadi panitia juga. Dia sosok perempuan yang baik, manis, dan menyenangkan. Gue dan Intan berasal dari Kuningan. Berhubung daerah dan jalan pulang yang searah, gue oke-oke aja pulang bareng dia. Sebenernya ini adalah salah satu tantangan terberat dalem hidup gue. Saat itu gue stres! Ini pertama kalinya gue pulang malem dari Cirebon ke Kuningan naek motor. Gue takut terjadi apa-apa di jalan. Lo tau kan, sob, jalan Cirebon—Kuningan itu uda kaya rambut Krisdayanti versi Raul Lemon, keriting dan bergelombang. Belom lagi tekstur jalanan yang berlobang karna kena hujan. Uda gitu mata gue masih belom terbiasa dengan pemandangan jalanan di malam hari. Gimana nanti kalo gue tiba-tiba nabrak nenek-nenek yang lagi bertamasya nyebrang di tengah jalan? Gimana juga nanti kalo gue mencoba menghindar lobang, terus gue kagok dan enggak bisa jaga keseimbangan, tiba-tiba ada odong-odong berkecepatan tinggi datang dari arah berlawanan, dan langsung nabrak gue dan Intan? Atau mungkin aja nanti di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba ada nenek gayung, terus dia nyetopin motor gue dan minta dibonceng? Kalo uda gitu gue makin stres! Mau di taro dimana coba tuh nenek?
Gue coba beraniin diri. Gue pasti bisa lewatin ini. Akhirnya gue mulai jalan. Gue nyalain mesin motor dan Intan mengambil posisi bersiap untuk gue bonceng. Sebelum memulai perjalanan, gue pake pengaman dada dan sarung tangan. Sekarang keadaannya seperti seorang tukang ojeg yang sedang membonceng cewek cantik. Tragis! Gue stres lagi setelah mengetahui ternyata Intan adalah termasuk spesies perempuan yang senengnya duduk menyamping kalo dibonceng di motor. Gue stres karna gue enggak biasa ngebonceng dengan posisi seperti itu. Bisa-bisa sepanjang jalan gue bakalan bawa motor dengan badan dan kepala yang miring ke kiri. Kalo uda gini, leher dan punggung gue bisa keram jadinya. Waktu itu gue pangen boker nangis! Akhirnya, gue beraniin diri. Oke, gue boncengin dia dengan posisi menyamping! Kata orang bijak, ’Jika kamu tidak mau melakukan suatu hal karna kamu tidak bisa, itu artinya kamu membuang kesempatan untuk menjadi bisa’. Well, mudah-mudahan setelah ini gue jadi terbiasa membonceng dengan posisi menyamping.  
Di perjalanan, gue banyak cerita sama Intan. Intan adalah salah satu wanita yang terserang Abisyndrome. Ini adalah penyakit dimana seorang wanita bisa menjadi sangat senang sekali, histeris, brutal, bahkan bringas ketika melihat sosok bocah lelaki putih bernama Abi. Intan dan cewek lain mengaku suka dengan sosok Abi. Abi adalah anggota ESA dan sekarang sudah tingkat tiga. Gue heran, kenapa mereka pada tergila-gila sama ini orang? Mereka pada suka senyum-senyum, curi-curi pandang, salting, mata jadi juling, jerit-jerit histeris, kejang-kejang, mulut berbusa, dan kesurupan kalo liat sosok Abi. Padahal gue biasa aja kalo papasan sama dia. Tapi memang dia punya kulit yang putih, badan tinggi semapai, pandangan mata yang tajam, senyum yang luar biasa. Umm, unyu banget deh!! Uh-oh, sadar, Yoga. SADAR!! Jaga sikap, Yog! JAGA SIKAP!
Gue khawatir penyakit ini menular dan menyerang semua cewek di kampus gue. Terutama di kawasan FKIP B.Inggris. Penyakit ini sulit disembuhkan karna belum ada obat penawarnya. Ini adalah type penyakit yang menyebabkan kerusakan sistem nalar pada wanita. Penyakit ini harus segera diatasi. Satu-satunya cara untuk menghilangkan penyakit ini adalah dengan memusnahkan sumbernya. Iyah, ‘Abi’. Abi harus diberantas!
Selain terkena Abisyndrome, Intan juga bercerita hal-hal lainnya. Katanya ini pertama kalinya dia pulang kampus naek motor malem-malem. Ini juga pertama kalinya buat gue; ngebonceng temen pulang kampus dimalam hari. Intan juga cerita tentang masa SMA-nya. Dia bilang kalo dia enggak suka hitung-hitungan, makanya dia masuk jurusan IPS. Dia enggak suka sama matematika, biologi, dan kimia. Keren, kan? Kalo gue enggak suka makan nasi. Tapi anehnya, diantara pelajaran hitung-hitungan tadi, dia suka dengan pelajaran fisika. Ini ironi! Justru menurut gue fisika-lah pembunuh nomer satu diantara pelajaran hitung-hitungan laennya. Fisika itu jahat! Beberapa kali gue harus menerima pil KB pahit. Pernah dulu gue uda dapet nilai cukup bagus di biologi, kimia, dan matematika. Tapi karna nilai fisika gue jelek, gue kena remidial. Asem! Dari situlah gue benci boyband.
Ketika diperjalanan, gue coba nyalip bis yang lagi berhenti nurunin penumpang. Sebelum nyalip, Intan narik pelan bahu gue dari belakang. Gue sedikit kaget! Kalo pas itu dia narik bahu gue kenceng sambil mukul-mukul helm gue, mungkin gue bakal kaget banget. Dan seandainya waktu itu dia tiba-tiba meluk gue dari belakang dan ngejerit lembut, mungkin gue bakal ayan!
Ternyata dia takut. Gue tanya ke dia,
‘Takut ya, Ntan?’
‘Iya, ngeri! Aku takut sama bis. Kayaknya mereka tuh raja jalanan’ kata intan.
‘Saya juga takut’ gue cengengesan.
Emangsih, supir bis disini suka se-enak keteknya jidatnya kalo bawa bis. Meraka suka nyalip tiba-tiba, padahal dari arah berlawanan ada motor. Gue sempet beberapa kali emosi sama supir bis yang ugal-ugalan kaya gitu. Yasudahlah, enggak usah dipikirin. Anyway, baguslah Intan takut sama bis. Daripada gue?! Takut sama kecoa! Enggak keren banget!
Malem itu gue nganter Intan cuma sampe terminal Kuningan, karna rumah dia masih agak jauh dan gue enggak begitu hapal daerahnya. Kalo gue nganterin dia sampe ke rumahnya, bisa-bisa pulangnya gue nyasar dan enggak balik lagi kerumah!
Akhirnya sampe juga di terminal. Di terminal, Intan bakal dijemput bapaknya. Enggak lama kemudian hujan turun. Gue dan Intan berteduh di tenda tukang pecel lele setempat. Sekarang keadaannya uda kayak di sinetron-sinetron: seorang laki-laki dan seorang perempuan kehujanan, kemudian mereka berteduh  berduaan sambil menunggu hujan reda. Biasanya kalo di sinetron uda ada adegan begini, ujung-ujungnya laki-laki dan perempuan itu akan saling cinta dan pada akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih! Yaa, semoga aja! Uh-oh, ngomong apa sih lu, Yog?! Fokus, YOGA, FAKUS! FOKUS KE TULISAN!! Well, sambil nunggu bapaknya jemput, gue ngobrol kecil sama dia. Dia cerita kalo dia adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Kakak pertamanya perempuan. Dia mau nikah abis bulan romadhon taun ini. Kakak keduanya juga perempuan. Gue enggak tau dia mau nikah kapan. Dan kaka ketiganya laki-laki. Gue juga enggak tau dia mau nikah kapan. Enggak lama kemudian bapaknya dateng. Sesaat sebelum bapaknya dateng, Intan sempet nyuruh gue pulang aja duluan. Awalnya gue nolak dan pengen nemenin dia dulu ampe bapaknya dateng. Tapi karna waktu itu magrib dan gue belom solat, jadi gue putusin untuk pulang duluan. Gue uda pake helm dan mau nyalain motor, saat itulah bapaknya dateng dengan Jupiter Z-nya. Gue seneng akhirnya si bapak dateng juga. Akhirnya gue enggak jadi pulang duluan. Men, ternyata bapaknya kumisan. Tapi dari muka dan penampilannya, gue rasa dia pasti bapak yang baik. Saat itu Intan senyum, terus pamit ke gue. Dia jalan perlahan menghampiri bapaknya. Tepat sebelum naek ke motor, Intan berbalik terus senyum lagi sambil melambaikan tangannya ke gue. Wah, gue mersa ganteng! Menurut gue, ini adalah senyuman yang paling manis yang pernah Intan tunjukin ke gue. Ini juga salah satu moment yang paling keren yang pernah gue lewatin. Saat itu malam hari, gerimis kecil, ditambah senyum dan lambaian tangan seorang perempuan cantik. Wah, gue merasa makin ganteng! Sebenernya gue antara sadar dan enggak saat itu. Enggak percaya juga, kok bisa sih gue disenyumin dan dilambain tangan seperti itu. Biasanya gue dicakarain dan dijambakin sama cewek. Saat itu bapaknya memandangi gue dalem-dalem. Tatapan matanya tajam. Ekspresi mukanya sangat datar. Mungkin dalem hatinya bilang, ‘Makhluk rusak macam apa ini yang mengantar anak perempuan saya pulang?’ Akhirnya gue lepas helm gue dan coba senyum ke si bapak. Dan ajaib, dia ngebales senyum gue. Senyumannya lepas dan menenangkan, sama kayak anaknya. Sekarang gue dapet senyuman dari bapak dan anak perempuannya. Wah, gue merasa ganteng banget! Mungkin sambil senyum dia bicara lagi dalem hati, ‘Ternyata makhluk ini tidak rusak, tapi abstrak!’ Setelah itu, Intan pulang. Gue seneng semuanya berjalan lancar.
Gue sempetin solat magrib dulu di SPBU terdekat dan lanjut pulang. Gue sampe rumah sekitar jam delapan dan gue lemes banget. Tadinya selesai solat isya gue pengen nulis, karna banyak banget hal yang pengen gue abadikan di catatan gue hari itu. Tapi berhubung gue lemes banget, jadi gue langsung tidur ajah.
Well, segitu dulu cerita dari gue. Moga bermanfaat. Keep spirit!







Oga Aprilio


5 comments:

  1. Wow... nulisnya semangat banget :)

    Ada banyak kejadian yang terdeskripsi jelas dalam tulisan ini, kayak rangkuman skenario hidup seharian dari bangun tidur sampe tidur lagi [Mbah Surip kali ya?].. anw, saya belum tentu bisa bikin tulisan sekompleks ini.

    ReplyDelete
  2. ini tulisannya panjang bener ya....
    seharusnya bisa diposting jd beberapa episod biar yang baca gak mati kelelahan karena saking banyaknya cerita. hehehe



    www.ajavasisme.com


    ReplyDelete
  3. semangat kali ya nulisnya?

    iya mas. Ini kepanjangan..
    kayak mau nulis novel aja :D

    keep writing :)
    ~ditunggu kunjungan perdana baliknya

    ReplyDelete
  4. tiap masuk blog lu pasti ini selalu gue baca..
    entah kenapa selalu ngingetin gue sama yang lampau,,
    oh ps gue...

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter