Monday 29 July 2013

Ribetnya Nemenin Perempuan Belanja

Share it Please
Perempuan merupakan makhluk yang membutuhkan proses dalam hidupnya. Mereka enggak bisa instan. Kadang hal itu lah yang ngebuat perempuan jadi makhluk yang ribet dan susah dimengerti apa maunya.

Salah satu contohnya adalah ketika mereka jatuh cinta. Perempuan enggak bisa jatuh cinta dengan cepat. Apalagi jatuh cinta pada pandangan pertama. Mereka butuh proses dalam mencintai. Makanya enggak jarang perempuan yang minta waktu atau malah ngegantung jawaban cowok yang menembaknya. Itu karna mereka butuh proses untuk jatuh cinta lalu bersedia jadi pacar.

Bukan cuma ketika jatuh cinta aja, mereka juga butuh proses dalam move on. Makanya enggak jarang perempuan yang lama ngejomblo. Bukan, mereka bukan enggak laku. Tapi mereka belum bisa ngebuka hati untuk orang baru.

Tapi sekarang gue enggak akan membahas dua hal itu. Karna ada hal yang lebih mengerikan daripada itu. Yaitu saat perempuan berbelanja.



Suatu hari gue mengantar adik perempuan gue berbelanja. Dia meminta gue untuk mengantarnya membeli sepatu. Sebagai kakak yang bijak, gue beresedia mengantanya. Lagi pula kasian dia. Sudah lama kemana-mana menggunakan bakiak karna enggak punya sepatu yang layak.

Ternyata nganterin perempuan berbelanja itu  bisa bikin gue kehilangan iman. Iyah, benar-benar menguji kesabaran. Proses mereka memilih-milih barang sampai akhirnya membeli barang yang dia inginkan tuh lama banget. Rasanya lebih lama dari proses pendewasaan Joshua dari penyanyi cilik sampe uda jadi pemain FTV remaja saat ini.

Tabiat itu juga dimiliki ibu gue. Beliau kalo berbelanja juga lama. Muter-muter ngelilingin pasar tanpa lelah. Padahal gue udah ngos-ngosan ngikutin beliau keliling. Persis ngos-ngosan  kayak jemaah haji yang tawaf sambil kayang.

Di siang itu, saat puasa, gue dan adek berkendara menuju pusat grosir penjual beragam aksesoris: dari mulai baju, sepatu, sampai sempak semua ada disitu. Siang itu panas banget. Badan berasa kebakar oleh panas matahari. Gue tau, harusnya gue berangkat pagi-pagi. Tapi semenjak puasa ini gue jadi suka bangun siang. Sampai-sampai gue lupa bagaimana rasanya suasana di pagi hari. Enggak kok. Ini beda rasanya dengan mereka yang lupa bagaimana rasanya dicintai karna kelamaan ngejomblo.

Adek gue ingin membeli high-heels. Sebenarnya gue rada berat sih membiarkan dia membeli high-heels. Entah mengapa gue enggak suka melihat perempuan menggunakan high-heels. Hm, bisa jadi itu dikarenakan gue takut kalah tinggi oleh mereka. Tapi jujur, gue bakal lebih memilih untuk memerhatikan perempuan bersepatu kets dari pada yang menggunakan high-heels. Mereka lebih terlihat kece di mata gue.

Apakah gue harus merasa gagal sebagai cowok, atau malah merasa keren mengantar perempuan berbelanja sepatu high-heels. Tentu gue merasa keren sebagai cowok karna gue secara bertanggungjawab mengantar dan menemani adek perempuan gue berbelanja. Tapi di sisi lain gue merasa gagal sebagai cowok karna mau-enggak-mau harus menenteng-nenteng high-heels saat adek gue memilah-milih. Iyah, gue seolah menjadi pesuruh yang mesti memegangi high-heels yang telah dia pilih. Padahal nantinya dia enggak membeli semua high-heels yang sudah gue tenteng. Dia bakal memilah-milah lagi mana yang paling “srek” yang akhirnya nanti dia beli.

Selain muka yang jelek, harga diri gue juga berasa jelek saat itu. Giamana enggak? Semua pengunjunng di kios itu perempuan. Gue lihat ke samping kanan, ada dua orang perempuan yang berbelanja. Gue lihat lagi ke kiri, di situ juga perempuan. Walaupun dia sendirian. Akhirnya  gue liat ke sekeliling... dan... ternyata disitu enggak ada satu cowok pun yang sedang mengantarkan pacar atau keluarganya berbelanja. Pengin rasanya saat itu gue langsung hijrah jenis kelamin lalu menggunakan jilbab dan busana muslim perempuan. Tapi mungkin gue bakal jadi cewek aneh yang memiliki jenggot dan kumis tebal. Seperti ini jadinya.



Well, nemenin dia belanja itu enggak gampang. Gue benar-benar merasakan “proses” itu. Pertama kita singgah di sebuah kios sepatu pinggir jalan. Dia tertarik untuk melihat-lihat kedalam: apakah ada high-heels yang bagus atau enggak. Gue juga tertarik karna... tokonya bagus. Sesampainya di dalam, adek gue melihat-lihat secara seksama.




Tapi sayang dia enggak menemukan high-heels yang cocok... harganya. Enggak puas dengan HARGA sepatu di kios itu, kami pun berkendara lagi langsung menuju pusat grosir aksesoris. Namanya juga pusat grosir, pasti harganya cocok! Di hari minggu, bula puasa, sudah gue tebak, pasti bakalan rame banget pegunjung. Dan dugaan gue tepat.


Saat di  parkiran

Di dalam gedung pun suasana ramai sekali:


Ini lah “proses belanja” yang gue maksud. Pertama, adek gue memilih-milih high-heels yang ada. Pilihan pertama jatuh pada sepatu ini.





Gue pun menenteng-nentengnya. Tapi akhirnya dia enggak suka karna ada tali yang mengganggu. Selain itu dia enggak suka karna heels-nya terlalu tinggi. Dia pengin yang heels-nya enggak terlalu tinggi. Fyuh, sukurlah, artinya dia enggak bakal terlihat lebih tinggi dari gue.

Dia pilih-pilih lagi. Dan cukup banyak high-heels yang dia pilih. Dari yang warna hitam sampai warna putih. Dari yang memiliki akesesoris berupa tali, sampai yang polos tanpa tali. Dan dari yang ber-heels tinggi sampe yang pendek. Gue enggak memfotonya satu-persatu. Gue takut pengunjung mengira gue memiliki gangguan kepribadian karna suka memfoto barang-barang perempuan.

Akhirnya dia memutuskan tidak membeli high-heels, tapi wedges. Haduh! Dia pun mengubek-ubek lagi wedges-wedges yang ada di situ. Setelah lama dia mencari, akhirnya dia menemukan yang “srek.” Tapi setelah dilihat-lihat fisiknya, ntu sepatu agak cacat. Bagian belakanya enggak sempurna. Luberan lemnya terlihat keluar. Jelek. Duh! Ini hampir sama seperti sudah menemukan cewek yang “srek” eh ternyata dia banci. Duh sebel!



Setelah memilih-milih lagi, dia menemukan warna laen dengan model yang sama. Tapi sayang ukurannya kekecilan. Gue coba meminta apakah ada ukuran yang lebih besar. Dan untungnya ada. Fyuh. Dia "srek" dengan warna cokelat tua itu. Bahannya juga bagus. Dan finaly... jeng-jeng-jeng... dia fix membeli wedges coklat tua itu.



 
Fyuh, gue senang, gue bahagia, gue menggelinjang. Rasanya lebih bahagia daripada orang yang dapet hadiah umroh gratis delapan kali dari Kopi ABC. Gimana enggak, setelah melalui proses memilah-milih yang lama, akhirnya adek gue menemukan barang yang dia pengen. Gue berasa sudah melewati penderitaan yang panjang.

Rasanya capek nemenin dia hari itu. Faktor utamanya adalah cuaca yang panas nan gersang. Tenggorokan gue juga jadi gersang banget. Seperti ada gurun pasir beserta bunga pasirnya di dalem tenggorokan gue. Salah gue juga sih pergi di siang hari. Mestinya pagi sekitar jam delapan kami mulai berangkat. Ah tapi sudahlah! Walaupun capek, gue dapet pelajaran yang berharga dari mengantar adek berbelanja. Yaitu gue jadi bisa ngebedain antara high-heels dan wedges.

Jadi, high-heels tuh alasnya runcing begini:



Sedangkan wedges tuh alasnya full seperti ini:





Well, at the last I wanna say that nyari sepatu itu sama kayak nyari jodoh: harus “srek,” “pas” ukurannya, dan “perfect” enggak ada cacatnya.

15 comments:

  1. wkakak muke gile yang pakai kerudung ngangenin abis >.< iya kalo belanja bang harus srek biar gak kecewa n balik lagi protes ke penjual wkwk :D

    ReplyDelete
  2. ga ira punya adek cewe? kenalin dong haha

    jodoh kok di samain sama sepatu bro, tapi bener juga sih tapi yg terahir "perfect" itu kayanya agak berlebihan, nggak ada yg sesempurna kaya kita mau beli sepatu, sempurnanya ketika kita saling tau dan menganggap kekurangan itu adalah kesempurnaan #aishh :D

    ReplyDelete
  3. aku cewek tapi belum sampe pada tahap yang dialamin adeknya bang oga. jadi aku belum pernah beli high-heels maupun wedges. masih nyaman make sepatu biasa ajah hahaha. jadi belum menjadi perempuan rempong seutuhnya :') nyahahahaha

    ReplyDelete
  4. ini nih yg nyebelin. Ke toko. Udah lama milih2, dilihat, dicoba, udah mau bayar, nemu yg lebih bagus, dilihat, dicoba, udah mau bayar, ternyata gak srek. Nyari toko lg dan sterusnya seperti itu.zzz

    ReplyDelete
  5. ini nih yg nyebelin. Ke toko. Udah lama milih2, dilihat, dicoba, udah mau bayar, nemu yg lebih bagus, dilihat, dicoba, udah mau bayar, ternyata gak srek. Nyari toko lg dan sterusnya seperti itu.zzz

    ReplyDelete
  6. kakak yang baik. mau nemenin adeknya belanja keliling keliling sampai bisa dijadiin artikel yang penjang di blog hahahaha

    ReplyDelete
  7. wkwkw, ngakak liat yang pakai kerudung

    ReplyDelete
  8. wuakakkakakk itu fotonya yang pake kerudung ngeness banget yahh emang harus sabar bang kalau nemenini cewek pergi belanja..

    ReplyDelete
  9. Lol Fotonya niat XD
    Baru tau bedanya heels sm Wedges .___,V
    Kadang kalo gue anter Ibu sampe pindah2 Toko atau cm untuk beli 1baju -_-

    ReplyDelete
  10. gue dulu ketika kuliah, nganggap cewek itu boros, soalnya saat itu gue belum punya duit, tapi ketika udah kerja. Emang duit kita mau diapain sih kalo enggak buat mereka...

    ReplyDelete
  11. Unyu unyu bang pas pake kerudung. Hahaha. Cewek emang punya kecenderungan kaya gitu. Ssst...cowok kan juga sama. Adek saya juga pernah belanja sepatu, dan saya yang jadi korban bawa sepatunya kemana mana, dan nggak jadi-_- *curhat

    ReplyDelete
  12. lagi asik asik baca eh tiba tiba ada yang nongol pake jilbab -_____-
    ya namanya juga cewe bang rela buat keliling emol cuma buat cari barang, apalagi sepatu ya gituuuuu. suka modelnya tapi ukurannya ga pas, ukurannya pas tapi modelnya ga suka. udah ada yang cocok eh harganya mahal banget, ada yang murah eh kualitas jelek.
    jadi dapat disimpulka bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang bagus harus ada perjuangannya dan dibayar mahal :3 muihihi

    ReplyDelete
  13. Yang pake kerudung bikin merinding bang.... Atut... Senasib sama saya. That's women.

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter