Saturday 19 April 2014

Best Day Ever

Share it Please
“Yang, besok free enggak? :-D”

“Ehm, iya, libur. Kenapa, Kak?”

“Ehm, nganu. Temenin aku liat The Raid 2 mau enggak?”

“Boleh, yuk :-D.”

Demikian lah percakapan gue dengan pacar via SMS. Iyah, PERCAKAPAN VIA SMS. Maklum, bero, gue dan pacar beda operator, kalo gue telpon dia, bakal mahal. Jadi cara yang murah meriah untuk berkomunikasi sama dia adalah lewat SMS gretongan. Ya, memang kesannya enggak modal.

Gue dan pacar beda satu tahun. Dia adek tingkat gue gitu deh di kampus. Karna itu lah dia memanggil gue, “Kakak.” Dan panggilan mesra dia untuk gue pun... “Kakak.” Sedangkan panggilan mesra gue untuknya adalah, “Yang.” Memang sih, panggilan kami enggak so sweet. Tapi seenggaknya itu  lebih manusiawi daripada panggilan “Ayah-Bunda” atau “Pipih-Mimih.” HUEKK!!

Namanya Silvi. Malam itu, gue meminta Silvi buat nemenin gue nonton The Raid 2 di bioskop besok paginya. Udah lama banget gue menunggu kehadiran sekuel dari pilm ini. Setelah dua tahun lebih gue menunggu, akhirnya The Raid 2 muncul juga. Enggak sabar rasanya melihat aksi Iko Uwais ketika memukul, menusuk, dan menembak gebetannya lawannya.

Sebenarnya, di sisi lain gue merasa khawatir kalo ngajak Silvi nonton The Raid. Bukan, bukan karna takut membuat dia enggak nyaman sama darah yang muncrat. Justeru itu momen yang ajib. Begitu Silvi ketakutan dan menjerit unyu pas ngeliat darah, gue bisa memanfaatkan momen itu dengan cara menutup matanya dengan tangan gue. Nah, dengan begitu, pasti bakal tercipta “eaaa-moment.”

Jadi, gue khawatir mengajak Silvi nonton The Raid karna takut dia terpesona dan meleleh dengan aksi Iko Uwais yang ganteng dan jantan. Sehingga sepanjang nonton, dia enggak menoleh sedikitpun ke gue. Dia hanya fokus ke layar dengan mata berbinar-binar menatap Iko Uwais. Sedangkan gue, yang notabene mirip Iko Uwais habis ngunyah granat ini, cuma bisa tertunduk lesu.

Walaupun demikian, gue tetap keukeuh ngajak Silvi nonton The Raid, karna, itu film yang gue tunggu-tunggu!

***

Pagi itu, gue mengendarai Suprafit gue dengan hati riang gembira, menuju rumah Silvi. Di jalan, gue senyum-senyum bahagia membayangkan raut wajah Silvi. Terbayang jelas gimana mimiknya saat dia bicara, saat dia senyum, dan saat dia diem ajah. Gue percepat laju si Suprafit. Angkot, motor, dan odong-odong gue salip dengan bijaksana. Kecepatan full, biar cepet ketemu Silvi!

Lagi asyik-asyiknya ngebayangin Silvi, tiba-tiba bayangan mamahnya Silvi muncul. Beliau senyum sambil menyilanngkan tangan, tatapannya tajam. Deng.... seketika gue gemeter. Gue baru inget, selain ketemu Silvi di rumahnya, gue juga bakal ketemu mamahnya. Haduh, mampus gue. Tiba-tiba jantung berdebar kenceng. Gue nervous abis. Sekarang gue malah memperlambat laju motor. Gue persilahkan odong-odong menyalip gue dengan elegan.

Akhirnya tanpa terasa, sampai lah gue di depan rumah Silvi. Gue memperlambat kecepatan motor. Dari jauh gue lihat rumahnya yang sepi, tapi pintunya terbuka. Gue juga melihat seonggok makhluk kecil di depan rumahnya. Bentuknya lucu, unyu, dan ngegemesin. Dia lagi asik maenin tanah. Tadinya gue pikir itu Daus Mini, setelah gue pikir-pikir lagi, kayaknya bukan deh. Enggak mungkin ada Daus Mini di sini, lagi maenan tanah pula. Kurang kerjaan banget.

Setelah berpikir sejenak, gue baru ngeh. Itu tuh Fairuz, keponakan Silvi yang sering dia ceritain. Wah, lucu banget.

“Dek, lagi apa dek?” tanya gue sok akrab sama Fairuz.

Fairuz cuma menoleh sedikit ke gue tanpa ada sepatah katapun keluar dari bibirnya yang unyu, lalu melanjutkan ngubek-ngubek tanah. Sial, gue dikacangin.

Walaupun dicuekin, gue enggak kehilangan akal. Gue coba mengakrabkan diri lagi ke dia dengan bilang, “Iiih, dede mainan tanah. Kotor dek.”

Kali ini dia enggak menoleh sedikitpun. Dia tetep lanjut ngubek-ngubek tanah. Sial, percobaan kedua gue gagal.

“Dek, tante Silvinya ada enggak?” tanya gue.

Perlahan Fairuz menoleh ke arah gue. Dia diam, dan hanya menatap gue dengan tatapan “Ini-om-om-ganggu-ajah.”

“Dek, tante Silvi ada di dalem?” kata gue lagi, sambil menggerak-gerakkan tangan, mencoba menggunakan bahasa isyarat.

Ada hening sebentar, lalu “Ada,” kata Fairuz. Akhirnya Fairuz bicara juga, sambil diiringi anggukan kepala.

Enggak lama, Silvi muncul dari dalam. Dia berdiri di pintu sambil membentangkan bagian bawah kerudungnya untuk menutupi mulutnya. Enggak ada perbincangan yang tercipta. Gue hanya senyum sambil memandanginya. Saat itu, rasanya semua bergerak slow motion. Jeans abu, baju abu bermotif bunga, lalu komplit dengan kerudung berwarna abu yang saat itu dia gunakan menutupi mulutnya, begitu membekas di ingatan. Gue lihat, kerutan di sekitar matanya menandakan dia sedang senyum. Iyah, Silvi memang selalu menutupi mulutnya saat dia senyum. Manis!

Akhirnya, gue dipersilahkan masuk. Gue duduk di kursi sambil diiringi perasaan gembira sekaligus jantung dag-dig-dug karna bakal ketemu mamahnya. Sedangkan Silvi masuk untuk mengambil minum.

Tanpa sebab yang jelas, Fairuz datang mengampiri gue. Lalu ngedeketin gue. Silvi pun muncul sambil membawa minuman dingin.

“Eh, hayo, cuci tangan dulu!” kata Silvi, melihat Fairuz yang tangannya berlumuran tanah.

Silvi cerita, memang, Fairuz suka caper sama orang baru. Mangkanya tadi begitu gue masuk, Fairuz langsung sok-sok-an ngedeketin gue. Padahal di awal, dia jaim banget. Bahkan gue dikacangin abis-abisan. Nah, sekarang dia malah pengen deket-deket gue. Awalnya jaim, eh sekarang malah sok-sok perhatian. Emangnya om ini lelaki apaan, Fairuz! *kibas poni.

Anyway, Fairuz ini lucu banget! Di umurnya yang baru dua tahun kurang, dia sudah punya kosakata yang banyak. Dia pandai banget berbicara. Bahkan, dia bisa bernyanyi menendangkan sholawat. Gaul! Karna pinter berbicara dan jago nyanyi, gue memprediksi ketika sudah dewasa nanti Fairuz bakal jadi artis sekaligus pengacara. Iyah, dia bakal tenar dan dikenal banyak orang.

Ehm... tapi, kamu jangan kayak Farhat Abhas ya, Fairuz! Inget pesan, om!

Setelah duduk-duduk sebentar, gue dan Silvi pun berangkat nonton. Sebelumnya kami berpamitan dulu dengan Mamahnya Silvi. Silvi masuk untuk memanggil mamahnya. Sedangkan gue yang saat itu duduk di ruang tamu, harap-harap cemas menanti kemunculan mamahnya Silvi. Perasaan gue campur aduk, kayak kontestan Idol yang berada di bottom two.

Akhirnya si mamah muncul juga, beliau dengan senyum yang merekah nanya, “Mau kemana, Dek?” kata si mamah sambil senyum. Senyumnya ngebuat gue lebih tenang. Perasaan campur aduk tadi berangsur hilang.

Karna sudah merasa tenang, gue pun bisa menjawab dengan bijak, “Mau maen bu sama Silvi, ehehe.” Entah, kenapa gue kesannya cengengesan gini, sih!

“Yaudah, jangan sore-sore pulangnya ya!” katanya lagi sambil senyum.

Fyuh, sukurlah, senggak terjadi hal yang buruk. Si mamah baik banget. Kayaknya dia bisa nerima gue. *PeDe

Finaly, gue dan Silvi berkendara ria menuju bioskop, yey!

Setelah agak lama, akhirnya kami sampai di bioskop. Kami langsung menuju tempat pememesan tiket. Di situ gue melihat ke jadwal pemutaran film. Ada yang ganjil di situ. Kok enggak ada The Raid 2 yah, gumam gue dalam hati.

“Kak, The Raid jam setengah tujuh malem tuh,” kata Silvi, sambil melihat ke jadwal pemutaran.

“Masa sih?” kata gue enggak percaya. Setelah gue lihat dengan seksama dan dalam tempo yang se selow-selownya, ternyata benar. The Raid sudah pindah jam tayang jadi sore. Duh, mampus. Padahal, malemnya gue sempat melihat di website, di situ The Raid diputar jam satu siang. Enggak mungkin sekarang malah tayang jam tujuh malem. Ini pasti ada yang salah! “Bentar, aku tanya ke mbak-mbak kasirnya dulu ya,” pungkas gue karna enggak percaya.

Petugas kasir pun meng-iya-kan bahwa The Raid memang diputar jam setengah tujuh malem dan selesai jam delapan lebih. Ah sial. Ternyata benar. Enggak mungkin banget gue dan Silvi nonton malem. Nanti gimana solat magrib dan isya-nya? Belum lagi Silvi yang enggak mungkin pulang malem. Mampus, kayaknya kami enggak jadi deh nonton The Raid.

Akhirnya setelah menimbang-nimbang baik buruknya, gue memustuskan, dengan sangat menyesal, untuk enggak nonton The Raid. Iyah, GUE... ENGGAK... JADI... NONTON... THE RAID 2.... Arggg... sebal!! Gue batal nonton film yang sudah lama gue idam-idamkaaan!!!! Rasanya pengen nangis guling-guling di atas kasir bioskop. Uhuhu.... SYEDIHHHH!!!

Tapi untungnya, gue membatalkan niat bejad itu. Kalo beneran gue nangis guling-guling, Silvi pasti bakal menatap gue dengan tatapan “putusin-aku-sekarang.” Itu lebih ngeri!

“Nonton Kapten Amerika aja tuh, Kak,” kata Silvi memberi gue masukan.

“Ehm,” gue berdehem... sambil ngelus-ngelus dagu satpam bioskop. Seketika gue langsung ditoyor sama tuh satpam.

Gue pandangi poster film Kapten Amerika. Gue liat dengan seksama wajah pemeran utamanya. Setelah gue lihat, si Kapten Amerika lebih mirip Morgan Sm*sh salah pake kostum. Hem, gue enggak sreg. Gue lirik poster film di sebelahnya. Disitu ada film Sabotage. Poster filmnya keren. Terus ternyata pemerannya Arnold Swesenwkbkfger. Errr... sorri, keybord-nya mendadak rusak.

Om Arnold ini pemeran utama di film Terminator yang gue suka tonton waktu SMP dulu. Wah, ini pasti keren. Gue inget banget body-nya yang atletis abis pas jadi terminator. Perutnya six pek, lengannya kekar, dadanya berotot kotak-kotak kayak kemejanya Jokowi. Gue jadi pengen bersandar unyu di dadanya itu. Feeling gue, ini pasti film keren.

Oya, Lo pasti tau deh film Terminator. Wong itu film sering banget diputer di Trans TV sebelum acara YKS datang menjajah.

“Yang, kalo Sabotage aja gimana? Tuh yang itu!” ajak gue pada Silvi sambil menunjuk poster film Sabotage. “Ceritanya seru!” sambung gue dengan sotoynya. Padahal, tau film-nya kayak apa juga kagak!

“Ehm, yaudah, yuk!” jawab Silvi diiringi dengan anggukan kepala. Manis!

Akhirnya, kami sepakat nonton Sabotage.

Kami mulai memasuki ruang theater yang gelap banget. Segelap lamunan gue sebelum kenal Silvi. Tsah! Lalu, kami duduk sesuai nomor kursi di ticket. Kami pun nonton dengan seksama.

Ternyata, Sabotage ini bercerita tentang sekelompok team rahasia yang mencuri uang. Tapi disisi lain, team tersebut juga anggota badan rahasia pemeritah yang bertugas dalam menangkap gembong narkoba internasional. Gue juga bingung. Enggak bisa “nangkep” secara sempurna cerita dari film ini.

Di awal cerita, penonton sudah disajikan dengan adegan baku-tembak yang keren. Para jagoan di film itu berhasil melumpuhkan musuh-musuhnya dengan tembakan-tembakan jitunya. Setelah adegan tersebut, muncul adegan-adegan khas film Hollywood. Iyap, adegan di club malam gitu. Banyak cewek-cewek dengan pakaian enggak senonoh. Mereka cuma pake tenk top dan hot pants yang pendek banget. Mungkin ini semacam cabe-cabean versi hollywood. Cuman bedanya, cabe-cabean di hollywood enak dilihat, sedangkan di Indonesia... jijik dilihat!

Dengan cekatan Silvi langsung menutup mata gue dengan tangan kanannya agar gue enggak ngeliat para cabe-cabean itu. Cukup lama juga dia menutupi mata gue. Dan gue hanya pasrah. Memang, rasanya awkward banget, nonton bareng pacar, terus adegannya enggak senonoh. Duh, kenapa gue pilih film ini sih?!

Well, setelah adegan itu, kita masuk ke rentetan adegan-adegan mengerikan. Jauh lebih mengerikan dari pacar yang ngambek gegara PMS. Adegan tersebut merupakan adegan pembunuhan berantai. Yang ngebuat serem adalah cara si korban mati. Para korban mati dengan mengenaskan. Ada yang mati ketabrak kereta, sampai tubuhnya hancur jadi beberapa bagian. Ada yang mati dengan keadaan perut robek, sehingga jeroannya kemana-mana. Ihhh, ngilu banget. Gue enggak tahan. Bahkan beberapa kali gue menjerit karna ngeliat bagian-bagian tubuh korban yang berceceran. Arggg... enggak tahan. Mungkin gue jadi enggak terlihat jantan dihadapan Silvi. Kalo begini ceritanya, lebih baik ikut kata Silvi, nonton film Morgan Sm*sh salah pake kostum itu!

Setelah dua jam berlalu, akhirnya film itu selesai juga. Gue merasa gagal karna mengajak Silvi nonton film yang salah. Ternyata kehadiran Arnold Swaseneger enggak membuat film itu jadi bagus. Baiklah, lupakan saja film itu!

Sepulang nonton, gue mengajak Silvi melipir ke sebuah warung bakso. Tempatnya enggak begitu jauh dari gedung bioskop. Selain itu harganya juga murah banget kalo dibandingkan dengan... KFC. Well, dengan wajah riang gembira dan penuh rasa lapar, kami menyantap hidangan kami. Silvi memesan bakso, sedangkan gue pesen... Teh Sisri di plastik.

Enggak kok. Itu cuma punch-line. Gue memesan mie ayam.

Ketika lagi asik melilit mie ayam pake garpu, tiba-tiba datang seorang gadis cilik ke meja kami. Lalu dia nyanyi lagu oplosan dengan nada yang pitchi abis, sedangkan tangannya mukul-mukul meja gue sebagai gendangnya. Kampret juga ni anak!

Walaupun kampret, tapi gue iba melihatnya. Batin gue tergugah. Kesian sekali gadis cilik itu. Tampangnya lusuh, bajunya lusuh, ingusnya meler. Rasanya enggak tega. Pengen banget gue ngasih apartemen mewah ke dia, biar dia hidup bahagia. Tapi, enggak mungkin. Karna selain ngasih ke pengemis/pengamen tuh dilarang, gue juga emang enggak punya apartemen.

Setelah Silvi memberikan sekeping uang gopek, barulah gadis itu berlalu, meninggalkan kami, dan pergi ke meja lainnya. Sedangkan gue dan Silvi asyik melanjutkan santapan kami. Selama makan, banyak hal yang kami obrolkan. Cuman karna saking banyaknya, gue jadi lupa. *Bentur-benturin kepala.

Setelah puas makan bakso, kami pun pulang. Gue mengantarkan Silvi dulu ke rumahnya. Sore itu, kami berkendara dengan riang gembira dan perut yang terisi penuh. *Tepok-tepok perut.

Akhirnya sampai juga di ruma Silvi dengan selamat sentausa. Kebetulan kami belum solat Ashar, jadi gue sekalian numpang solat disitu.  Dan kami pun solat berjamaah dengan unyu dan khusyuk. Memang, enggak ada hal yang lebih so sweet melebihi solat berjamaah bareng pasangan. Haduh, merasa jadi sepasang couple syariah, yang gemar solat berjamaah.

Setelah solat, akhirnya gue pamit pulang. Kali ini gue sama sekali enggak gemeter untuk salim ke mamahnya Silvi untuk pamit. Sementara itu, Fairuz makin menjadi ngedeketin gue. Dia cari perhatian untuk salim sama gue. Duh, ini anak bener-bener ngegemesin. Lucu banget tingkahnya. Pengen banget itu anak gue bawa pulang.

***

“Udah nyampe nih. Makasih hari ini ya, Yang J,” ucap gue di SMS.

“Syukurlah kalo uda nyampe. Iya, Kak :-D,” balas Silvi.

Seketika itu, gue rebahkan diri dikasur. Dengan posisi terlentang, pemandangan yang gue lihat cuma langit-langit kamar yang berwarna putih bersih. Lalu pikiran gue berkelana, me-review kembali kejadian yang baru saja gue lalui.

Sambil senyum-senyum sendiri kaya caleg stress,  gue ingat kembali satu per satu momen hari itu. Seperti, momen dikacangin Fairus. Momen saat menatap Silvi yang menutupi mulutnya dengan kerudungnya. Momen salim dan berpamitan dengan mamahnya Silvi. Momen berkendara dengan Silvi. Momen awkward ketika mata gue ditutup oleh tangannya, agar enggak ngeliat adegan senonoh di film. Momen solat berjamaah. Dan momen ber-pedekate-ria dengan Fairuz.

Ah, bahagia rasanya!

Gue membuka akun facebook Silvi. Di situ, statusnya berbunyi, “Best Day Ever 8-)” seketika senyum gue merekah lebar, kayak bunga yang mekar disiram air. Sambil mengarahkan kursor ke tombol “like,” gue berdehem, Iyah, that’s the best day ever too for me. 


Best day ever

31 comments:

  1. waah, sama kejadiannya ma ane, cuma waktu itu lagi jaman film nya twilight, tu pacar ane hobi pengen banget nontn itu. cuma akhir dari ceritanya beda kita, bad ending

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, cerita kita sama. cuma lo bad ending gitu? *puk puk

      Delete
  2. 'couple syariah, yang gemar solat berjamaah.' KEREN!!

    Biasanya kan kalo udh pacaran, sholatnya lupa. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah iya gitu. pacaran sih pacaran, tapi jangan lupa solat dong. jangan lupain juga ekspresi ortu pacar.

      Delete
  3. Asik banget gaya pacarannya xD Boncengan naik motor, nonton, abis itu makan baso bareng, abis itu sholat bareng ! Kereeenn !!! Gaul

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah, biasanya gue pake gaya kupu-kupu. entah kenapa kali ini gue pake gaya beda.

      Delete
  4. Replies
    1. gitu doang? yah gue nulis panjang2 uhu :3

      Delete
    2. hihi, oke, aku komentar yang agak bisa dibilang panjang. :D
      ceritanya manis, manis banget. Yang paling lucu waktu nutupin wajah eh bukan mata, dengan tangannya. Sederhana tapi manis.
      Kalau untuk shlat berjamaah yah itu emang syahdu, bikin adem. Apalagi kalau udah dihalalil. bakal cium tangan kan?

      Done dengan komentar panjang~
      :D

      Delete
    3. aihh, makasih udah mau komentar dengan khusyuk dan sunngguh-sungguh. kamu baik deh *kedip-kedip

      sekarang uda banyak yang make kata "syahdu". pertama kali gue tahu kata itu dari bang edotz, wah dia sukses nyiptain kata baru. *tepuk pramuka

      Delete
  5. Wah, aku baca sampe habis dan cuman pengen bilang "semoga langgeng." :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, selamat kamu baca sampe abis. jadi, biasanya kamu gk baca sampe habis ya? baca satu paragraf awal aja gitu? uh :3

      aamiin... terimakasih doanya ya...

      Delete
  6. huahh, gue kok belum perna gini ya? semoga kapan-kapan gue gini.. lebih best lahh
    oh iya, ini blogger cirebon itu kan??

    ReplyDelete
    Replies
    1. mangkanya, cari pacar dong. gk bosen ngejomblo emang? 8-)

      iyee bener gue dari cirebon. kok tau? kamu juga dari cirebon?

      Delete
  7. cieee...yg lagi jatuh cinta..apa juga enak kali...
    meski batal nonton the raid 2...sempet dikacangin calon ponakan, dan lain2...
    yang penting kan seneng dan bareng2 sama pacar....
    longlast ya ga...hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. amin kakak...

      iya seneng, ah speechless!!

      Delete
    2. btw aku baru tau kalo ada jadwal film yang beda dari di web sma kenyataannya..astagaa

      Delete
    3. aku juga baru nih mbak keadian kek gini. sungguh menyebalkan syekali!

      Delete
  8. ini kak oga gue agak enggak yakin awalnya kalo ceritanya bakal so sweet. Abis di percakapan pertama udah terpampag jelas gimana si kak Silvi kayaknya enggak suka dipanggil yang, dia mungkin lebih seneng dipanggil dek, tapi demi ngeliat cowonya yang kurang bahagia, dia rela.

    Ternyata enggak, cerita kebawahnya asik, so sweet, meskipun penuh dengan ke-kampretan yang bener-bener bikin kaum jomblo pada ngiri. Semoga langgeng deh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. oiya, besok-besok kalo mau nonton film dicek dulu jadwalnya dengan seksama, haha.... biar kejadian awkward pas mata ditutup sama pacar soalnya engga dibolehin nonton cabecabean itu enggak keulang. HAHA

      Delete
    2. nah, itu dia. jadwalnya sukses mempehapekan gue. di web tertulis jam satu, eh pas di tekape malah berubah jadwalnya. sebel! rasanya pengen gue kentutin tuh mbak-mbak kasirnya.

      Delete
    3. engga malu dilihat ka Silvi?

      Delete
  9. Aduh ngomongin cewek -_- jadi ngiri
    Syahdu ya bang loe bisa nonton the raid 2 sama cewek. lha gue cuma bisa nonton warkop sendirian -_-

    Semoga long last ya bang sama silvi .. jangan sampai ada pertengkaran diantara kalian :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. muucih ea, baik banget deh kamu ngedoain gitu. moga kamu cepet dapet pacar yah. cari yanng deket ajah, siapa tahu jodoh kamu deket, ibu-ibu kantin misalnya.

      oya, lo enggka baca sampe habis ya? gue gk jadi nontonn the raid keleus

      Delete
  10. waduh..waduh...unsur romantisme ngena banget....jomblo cuma bisa ngiler nih.....akakakakakakaka

    sayangnya mengambil film yang salah....menyesal banget,,,banget....harusnya sex in the city..eh..
    semoga terjaga terus hubungannya dengan baik...dan yang islami..ahahaha #lucu dengan istilah pacaran islami...

    cepet nikah aja deh bang...kayaknya itu lebih baik..saya doakan ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya kali lo lucu sama pacaran islami. ya memang dalam islam gk ada pacaran.

      Delete
  11. Widih best the best day banget deh tuh kayaknya bang hehe, gak semua orang orang loh bisa ngerasain cerita kayak gini, tetep lanjutin deh ta'aruf nya hihi

    ReplyDelete
  12. gue baru tau ga ternyata lo udah keluar dari keanggotaan JOMBLO kelas AB. sekarang yang tersisa cuman gue dong di kelas yang masih jomnlo.

    agak keberatan sebenarnya baca postingan ini. :(

    silviana nurjanah bukan sih?? #asalnebak

    ReplyDelete
  13. ini gak mimpi kan? beneran punya cewek ka? kok aku masih percaya gak percaya ya...
    hal kecil yang menghasilkan hal yang luar biasa ya ini. walaupun gak sesuai dengan rencana awal tapi di akhiri dengan hasil yang luar biasa kan.
    semoga aja hubungannya lancar ya, dan inget pesen ku... jangan tergoda dengan Fairuz!!

    ReplyDelete
  14. Cieeeeeeee.............. co cuittt banget sihhh....
    Bahagia emang kalo kita punya pacar yg kita sayang banget... apa lagi dia jg sayang ama kita awkward banget !!
    Ah masa mata lo di tutupin lah dia malah ngasik nikmatin adegannya...ah ngga adill ngga adill...
    Wahh ... padahal gue baru mau nonton the raid.. tapi skrng udah ngga seru gitu.. krn jalan ceritanya udah di bocorin dikitt...

    Semoga langgeng yah broo

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter