Thursday 20 October 2016

Suara Gemetar di Ujung Sana

Share it Please


SM-3T.

Ada yang bilang itu singkatan dari Sarjana Menikah Tiga Tahun Lagi. Namun arti yang sebenarnya adalah Sarjana Mengajar di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Ini adalah program mengajar ke pelosok. Gue ikutan program ini.

Rasanya bercampur aduk saat tahu bahwa gue lolos mengikuti program SM-3T. Perpaduan antara perasaan senang, sedih, dan kangen gebetan.

Senang rasanya bisa ikut membantu mengajar anak-anak di pelosok. Yang mana dalam pikiran gue mereka anak-anak yang tidak mendapat pendidikan sebaik di Jawa. Mereka enggak punya buku untuk belajar, enggak punya guru yang mengajar dengan profesuonal, enggak punya handphone untuk stalking facebook gebetan. Kasihan! Gue senang bisa membantu mereka yang dalam keadaan menyedihkn itu. Namun gue sedih karna harus meninggakan keluarga. Ya walau gue hanya ditugaskan satu tahun, tapi rasanya berat banget ninggalin keluarga selama itu. Dan terakhir, kangen gebetan karna emang udah lama banget aja gue memendam perasaan ke dia. Oke kita skip yang terakhir itu yah.

Sebelum pemberangkatan, keluarga melepas gue. Untungnya mereka enggak sampai menangis guling-guling dan lebay seperti di sinetron saat seorang hendak melepas anaknya merantau. Nyokap dan bokap cukup mengecup gue, lalu memberikan motivasi sekaligus doa. Itu adalah pertemuan yang sekejap dengan keluarga sebelum gue berangkat ke pelosok. Padahal gue pengennya menghabiskn waktu lebih lama gitu sebelum berangkat. Kan pengen banget rasanya sebelum gue berangkat gue muas-muasin manja ke nyokap. Tapi sayang, kesempatan berkumpul dengan keluarga palingan hanya hitungan jam.

Keluarga besar pun sudah gue kabari melalui SMS. Iyah, Cuma bisa lewat SMS karna gue enggak punya banyak pulsa. Gue hanyalah kaum fakir pulsa dan fakir kuota. Hiks!

Satu-persatu om, tante, uwa, kakak sepupu membalas SMS gue. Ada juga yang menelfon gue. Mereka mendoakan gue, memberi kalimat semangat, sampai menyampaikan rasa sedih karna gue berangkat jauuh.

Gue ditempatkan di Nias Selatan. Pesawat berangkat dari Sukarnohatta kemudian transit di Kualanamu, Medan, sebelum akhirnya menuju Nias melalui Bhinaka.

Handphone gue tiba-tiba berdering saat gue sedang transit di Kualanamu, Medan.

“Wa Alit is calling,” tulisan yang tertera di layar handphone gue.

“Halo, assalamualaikum, Wa?” ucap gue sesaat sesudah mengangkat telfon.

“Yoga, sudah dimana?” di sebrang sana Wa Alit bertanya.

“Yoga sedang transit di Kualanamu, Medan, Wa,” jawab gue. Lalu gue meneruskan, “Yoga pamit ya, Wa. Doain Yoga ya Wa.”

“Iya, Nak,” ucap beliau. Suaranya sedikit gemetar.

“...”

“Uwa sedih,” ucapnya. Kini makin jelas suara beliau gemetar, terisak. Dengan suara terisak, beliau melanjutkan, “Semoga sukses ya, Nak di sana... Baik-baik di sana... Jaga kesehatan!”

“...” entah kenapa mendadak mata gue terasa hangat. Pandangan gue sedikit buram. Ujung mata gue terasa basah. “I...” gue hendak bicara tapi suara gue mendadak gemetar. Sulit untuk bicara dengan tenang. Gue pun diam sesaat. Gue enggak mau cemen terdengar nangis di telfon. Setelah agak lama, gue bisa tenang, “Iya, Wa. Insyaallah Yoga akan sehat-sehat di sini.”

Tak berapa lama percakapan di telfon pun selesai. Suara uwa yang gemetar di ujung telfon sana semoga membuat gue terus kuat, tidak membuat gue loyo dan cemen.

Kini sudah satu bulan gue berada di Nias. Dugaan gue memang benar. Anak-anak di sini enggak punya buku paket untuk belajar, guru di sini juga tidak seprofesional guru di pusat. Ini membuat gue semangat untuk mengajar. Gue pengen mereka bisa merasakan pembelajaran yang layak seperti halnya di Jakarta. Harapan gue selama setahun di sini, gue bisa mengajar mereka dengan maksimal, dan keluarga di rumah selalu sehat dan baik-baik aja.

Aamiin.

Well, this is the end of the post. Subscribe me and share the inspiration!




No comments:

Post a Comment

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter