Tuesday 3 July 2018

Melepaskan Untuk Menemukan

Share it Please


Waktu berjalan cepat tanpa kita sadari. Rasanya baru kemarin gue jadi anak SMA dan adik gue masih jadi anak SMP yang alay. Sekarang adik gue, Oci, udah mau sidang skripsi aja, dan gue udah sering dipanggil “Om,” atau “Bapak.” Sakit rasanya dipanggil dengan kata-kata itu.

Kadang gue suka mengingat lagi gimana gue suka bikin nangis Oci dulu. Bahkan dari hal yang sepele gue bikin nangis dia. Karena rebutan remote tv misalnya. Oci mau nonton kartun berbie, sedangkan gue mau nonton spongebob. Jadilah kami berantem. Kadang Oci yang manja dan ngadu ngaduin gue ke nyokap, padahal dia yang salah. Dan ujungnya gue diomelin nyokap.


Seiring berjalan waktu, kami menjadi dua anak nyokap dan bokap yang dewasa. Sekarang enggak ada lagi rasanya ingin membuat dia nangis. Apalagi Cuma rebutan remot. Rasanya sekarang gue pengen nyenengin adek terus. Seperti ngejajanin dia, beliin dia baju. Ngasih dia uang. Bantuin dia skripsi. Gue ngerasa ingin menebus semua kesalahan gue dulu sering bikin dia nangis.

Sekarang sekripsi dia sudah beres, tinggal sidang. Namun permasalahannya dia harus pindah kost.

Oci kuliah di UPI Bandung. Bulan Juli ini Kost-annya habis. Sedangkan dia masih perlu dua sampai tiga bulan lagi untuk menyelesaikan sidang beserta revisiannya. Namun permasalahannya kost-annya habis di bulan Juli. Dan kost-annya tidak bisa diperpanjang hanya satu dua bulan. Si ibu kost hanya menerima kost-an per tahun. Jadilah Oci harus mencari kostan baru yang bisa ditempati perbulan.

Kostan Oci yang sekarang enggak terlalu bagus sih. Tapi lumayan layak ditempati. Beberapa kekurangannya salah satunya WC-nya yang bau eek. Gue pernah saat berkunjung ke kostannya, dan merasakan sensasi bau eek di wc nya. Awalnya gue kira memang ada pup yang enggak disiram, ternyata memang seperti itu baunya. Entah berasal dari mana. Namun adik gue sudah kebal hidungnya. Setelah empat tahun tinggal di kostan itu, dia tidak lagi merasakan bau pup tiap masuk WC itu.

Selain itu kebersihan kostannya juga kurang. Bak sampah berada tepat di depan pintu kostan Oci. Hanya beberapa langkah saja. Tiap hujan suka tercium aroma sensasi sampah busuk.

Udah gitu banyak kecoa. Dan sering ada kecoa masuk ke kamar. Belum lagi keamanannya yang kurang. Adik gue dan beberapa penghuni kostan lain beberapa kali kehilangan sepatu. Si maling sepatu ini pintar banget lagi milih sepatu mahal dan baru. Oci hilang sepatu barunya. Baru saja dibeli beberapa hari. Mana harganya lumayan kalo buat makan seminggu. Perih.

Namun begitu, tetap nyaman ditinggali sampai empat tahun. dan yang terpenting terjangkau harganya.

Sekarang adek gue harus mencari kostan baru, tempat tinggal baru. Dan terpaksa meninggalkan kostan yang sudah dia tinggali selama empat tahun ini.

Gue juga dimintai tolong sama dia untuk mencarikan kostan yang bisa ditempati perbulan.

Gue mulai lah mencari. Berawal dari bertanya ke teman-teman yang dulu juga pernah jadi anak kost, gue menemukan beberapa nama kostan yang mungkin bisa ditempati perbulan. Pagi itu gue berjalan untuk mensurvei dan nanya nanya kostan-kostan yang sudah direkomendasikan teman-teman.

Gue menemukan kostan yang ternyata enggak bisa disewa perbulan. Harus satu tahun penuh. Gue kembali mencari. Gue menemukan sebuah kostan yang bisa ditermpati perbulan, namun itu untuk laki laki sedangkan untuk perempuannya penuh. Gue kembali menyusuri gang gang sekitar UPI untuk menemukan kostan yang bisa perbulan. Akhirnya gue ketemu sama kostan cewek yang bisa ditempati pebulan. Namun setelah gue lihat-lihat tempatnya kayak tempat pembuangan bayi. Serem abis. Bangunannya gelap. Cahaya matahari sulit masuk. Sepi dan hanya ada satu penghuni. Daerah sekitanya kumuh. Wcnya jauh dari kata layak. Ini lebih cocok jadi kostan Jin daripada kostan manusia. Hih! Akirnya gue skip semua penemuan gue hari itu. Enggak ada kostan yang cocok.

Gue berdoa sama Allah agar dipertemukan dengan kostan yang cocok. Udah kayak minta dipertemukan jodoh yang cocok.

Akhirnya sore harinya gue dapat kabar Oci sudah nemu kostan baru. Sudah dikasih DP juga. Fyuh gue lega.

Oci bercerita bahwa kostannya yang baru lebih baik dan lebih nyaman. Tempatnya lebih rapih tertata. Tidak ada lagi bak sampah di depan pintu. Tidak ada kecoa yang suka masuk kamar. WC-nya juga bersih terawat. Tidak ada lagi bau pup di dalamnya. Dan tidak kalah penting, keamanannya yang bagus. Di depan kostan ada cctv.

Ini sih jauh lebih baik kata gue.

Gue jadi berfikir, mencari kost-kostan rasanya seperti mencari jodoh.

Ada kalanya kita harus menninggalkan yang sudah lama kita bersamai karena suatu hal. Sama seperti kostan Oci yang harus ditinggalkan karena tidak bisa diperpanjang bulanan.

Sering kali kita menemukan orang yang salah. Orang yang tidak serius untuk menikahi. Orang yang hanya ingin pacaran tanpa berfikir ke jenjang yang serius. Atau orang yang hanya ingin menjadikan kita pelampiasan. Semua itu seperti gue harus bekali kali menemukan kostan yang salah. Yang tidak sesuai untuk ditinggali kelak. Yang penuh, yang mahal, yang mengerikan dan menyerupai kostan Jin.

Terkadang dalam mencari Jodoh kita suka putus asa. Berkali-kali dipertemukan dengan orang yang salah. Sampai akhirnya kita lelah, baru mengadu pada Allah. Seperti gue yang lelah muter-muter gang sekitar UPI, namun belum juga menemukan kostan yang cocok. Yang ada malah kostan seram. Setelah lelah baru gue memohon pada Allah.

Sampai akhirnya jodoh datang di waktu yang tepat. Tidak pernah dikira sebelumnya. Dan jauh lebih baik dari yang kita pikir terbaik dulu. Dan ia datang justru setelah kita berdoa, berpasrah kepada Allah. Seperti gue yang mendapat kabar dari Oci dia sudah menemukan kostan yang cocok. Semua itu terjadi justru disaat gue sudah lelah mencari kostan seharian dan enggak nemu nemu. Akhirnya gue berdoa dan berpasrah sama Allah.

Pindah kostan ini bukan perkara sederhana. Ternyata di dalam ini terkandung nilai-nilai kehidupan. Inti dari semuanya, sering kali kita harus melepaskan yang lama untuk menemukan yang baru. Seperti kostan Oci ini: harus dilepas untuk menemukan yang baru. Yang bisa dikontrak bulanan. Yang ternyata justru lebih baik dari yang lama. Jauh lebih baik.





6 comments:

  1. Meski emang nyebelin sih, kalau udah dipanggil om. Apalagi masih semuda ini, kan om?

    ReplyDelete
  2. Emang sih,seiring berjalannya waktu kita makin dewasa. Awalnya kita berantem kayak anak kecil tapi makin kesini itu juga yang buat kita makin sayang sama adik yaa. Btw ujung-ujung malah nyinggung perasaan,jadi baperloh hehe. Btw elu kan tamatan bhs inggris. Gak ada niatan buat blog b.inggris nih?

    ReplyDelete
  3. Cie dapet kostan baru wkwk, semangat pak guru :p

    ReplyDelete
  4. Waktu memang terasa begitu cepat ya, Mas. Bener sih aku aja terkadang mikir baru aja lulus sekolah menengah atas, eh udah kelar aja kuliah..wkwk

    Apalagi udah dipanggil om gitu, itu sakit yang tak berdarah..haha
    Oh, dia kostnya itu bayarnya pertahun gitu kah, Mas? Jadi kalau udah habis harus nambah 1 tahun lagi ya. Kalau misalnya itu bayarnya tahunan.

    Kalau aku di Jogja perbulan, jadi sewaktu-waktu mau nambah atau keluar ya bisa aja..hee

    Njirr, ah gak kebayang bau gitu ih, Mas. Aku kira bayanginnya juga ada yang memang belum di siram, tapi itu memang aromanya gitu ya, dah ah aku gak kuat..ha

    Kalau kebersihan kostnya kurang, kalau aku udah gak betah sih. Kurang nyaman tentunya, memang kita bisa membersihkannya sendiri, tapi kalau dari kostnya aja kurang kebersihannya, rasanya kurang aja gitu. Ibarat perang masa iya berjuang sendiri :))

    Masalah harga biasanya sesuai dengan kondisi kan ya, Mas?

    Tapi itu bagus lho, Mas. Berdoa minta kecocokan untuk memilih tempat tinggal atau kost. Jadi untuk hal yang seperti itu aja Allah libatkan, apalagi hal yang lebih serius, seperti jodoh misalnya. Tentu lebih serius lagi.

    Dan setuju, aku aja di Jogja udah 4 tahun sampe sekarang gak pindah-pindah kost, selain udah nyaman. Pemilik kost juga udah enak orangnya, orang-orang sekitar juga ramah terlebih para warganya disini. Dan satu hal yang aku suka, dibelakang kost ada masjid. Jadi setiap shalat begitu mudahnya untuk melangkahkan kaki ini ke masjid.

    Apapun kejadiannya selalu ada cerita menaik yang bisa diceritakan ya, Mas.

    ReplyDelete
  5. aduh ini kakak yang baik ya, sampe bela belain berdoa buat adeknya biar bisa nemu yang bikin nyaman. Tapi kok dari pilih kost buat adek jadi ngomongin masalah jodoh, bisa begitu ya...hahaha

    tapi kalau masih kecil mah berantem sama adek kakak mah wajar kok. Aku juga gitu dulu sama adekku. Dan alasannya juga gitu, rebutan remote tipi. Hmmm

    ReplyDelete
  6. Haduh kos-kosan, jadi inget aku juga harus pindah kos-kosan. Padahal masih kuliah, tapi karena kosku mau diganti gendernya akhirnya saya diusir secara halus. Udah dapet sih kosan baru, tapi itu loh... baru bisa ditempatin Oktober sedangkan kosanku habis Agustus. Jadi Agustus ampe September saya dimana :((

    Kok curhat sih aku XD

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter