Wednesday 27 May 2020

Bocil yang Terjebak

Share it Please



Sebentar lagi usia gue menginjak 27 tahun. Gila sih tua banget rasanya. Umur 27 tahun itu sudah enggak muda lagi. Sudah layak jadi bapak-bapak.

Kadang gue menyesali pertumbuhan umur gue. Rasanya terlalu cepat. Gue enggak siap menginjak umur segitu. Gue merasa masih berumur 20 tahunan. Seperti anak muda yang baru lulus kuliah kemarin.

Gue masih suka main game, nonton kartun, dan masih suka minta jajan ke ibu. Persis seperti bocil. Lebih tepatnya bocil yang terjebak di dalam tubuh orang dewasa. Hampir enggak ada bedanya. Palingan ada bulu bulu kriting sedikit di area pipi, bawah hidung dan bawah perut.

Semakin mendekati hari jadi ke 27 tahun, gue semakin gelisah. Tak ingin mneghadapinya namun juga rasanya ingin lepas dari sifat bocil dan bertransformasi menjadi orang dewasa. Seperti yang gue temui saat ini di lingkungan pergaulan. Teman-teman gue sudah pada dewasa. Diantara mereka banyak yang sudah menikah, sudah memiliki anak. Bahkan ada yang sudah punya rumah sendiri.

“Kok mereka bisa sih?” ucap gue membatin.


Kembali ke angka 27. Sejujurnya gue benci menua. Benci menginjak umur 27 yang berarti semakin dekat dengan angka 30 tahun. Oh no! tidak!!

Bertambahnya usia gue juga berarti semakin menuanya ibu dan bapak. Gue sebal lagi akan hal ini. Sebal rasanya harus melihat ibu  bapak yang berambah tua. Sedih harus melihat kerutan yang mulai muncul di wajah dan tangannya. Tak sanggup menyaksikan tubuh keduanya yang mulai ringkih. Suaranya yang mulai parau dan satu-persatu penyakit menyerang tubuhnya. Ah sungguh sedih dan sebal. Gue ingin keduanya tetap muda. Tetap gagah. Tetap sehat. Tak perlu menua.

Menjadi dewasa juga berarti harus kehilangan teman karib. Sebal rasanya harus kehilangan teman-teman seumuran karena sekarang di tempat kerja tiap hari ketemunya bapak-bapak umur 40 tahunan ke atas semua. Yang sulit nyambung kalau diajak ngobrol. Serasa gue dan mereka berbeda alam. Bercandaannya aja beda. Gue mau ketawain bercandaan mereka tapi enggak lucu, mau diem aja takut gak sopan. Huft.

Mungkin ini lah kehidupan orang dewasa. Yang mau enggak mau gue hadapin. Cukup membosankan memang, cukup menyedihkan juga.

Iya, sebentar lagi gue menjadi dewasa. Umur 27 tahun. Hmm… tiga tahun kemudian menginjak 30 tahun. Hmm…. Sudah bapak-bapak. harus rela kehilangan panggilan, "Dek," atau "Mas." Bahkan rela tidak lagi dipanggil, "Om." tapi , "Bapak." 

Hmm.. sebuah kenyataan kejam yang harus dihadapi.

1 comment:

  1. Heh samaan di tahun ini saya juga bakalan 27 tahun, padahal serasa baru kemaren masih 17. Ngedeketin umur 30 bikin perasaan makin campur aduk.

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter