Saturday 14 March 2015

Kepikiran Punya Anak

Share it Please

Sampai detik ini gue masih menjalani masa Praktek mengajar  di sekolah. Hampir enggak ada yang berubah dari diri gue, selain rambut kepala gue yang makin terkikis di bagian depan. Tingkat abrasi rambut gue bertambah 6,69% semenjak Praktek ini. Mungkin ini disebabkan kerja otak gue yang makin keras dari hari-hari sebelumnya. Yang biasanya otak gue cuma dipake mikir gimana caranya supaya pulang kuliah secepet mungkin dalam perkuliahan sehari-hari, kini otak gue harus kerja ekstra keras memikirkan materi apa yang musti gue ajarkan ke murid-murid, mengoreksi hasil ulangan siswa, sampai mikirin supaya gue enggak keluar uang banyak.
Anyway, suatu hari, murid gue hendak mengikuti lomba Bahasa Inggris. Gue dipinta oleh guru Bahasa Inggris untuk mendampingi mereka selama latihan sampai pelaksanaan lomba. Gue sih seneng-seneng aja nerimanya. Jangankan dampingin selama latihan dan lomba, dampingin sampe ke pelaminan juga gue mau kok.

Sebut saja namanya Fira. Fira dan dua orang temennya (cewek semua) hendak mengikuti lomba debat Bahasa Inggris. Gue yang sama sekali enggak punya kemampuan berdebat dengan baik harus membimbing mereka buat lomba debat. Apakah gue bisa? Tiap debat sama temen cewek, gue kalah terus. Memang, gue selalu salah di mata cewek-cewek. Namun gue bertekad mengemban amanah yang sudah diberikan Guru Bahasa Inggris ini. Gue akan menemani mereka sampai lomba.
Singkat cerita, tim debat kami kalah. Dan kami pun pulang sambil nangis sesedukan. Saat kami pulang lomba, kebetulan kami kelilipan debu berjamaah. Mangkanya kami nangis sesedukan bareng-bareng. Kalah menang itu biasa. Walaupun kalah, gue merasa sudah berhasil mendampingi mereka. Gue enggak merasa gagal. Gagal itu adalah saat gue lari dari tanggung jawab, dan membiarkan mereka berlatih tanpa gue dampingin. Itu baru namanya gagal. Fira dan teman-teman juga tampak happy walau kalah. Mereka enggak loyo. Gilak, saat kalah aja mereka happy, apalagi pas menang. Moga enggak anarki.
Di suatu siang bolong, tapi bolongnya enggak segede lobang di wajah Andika Eks Kangen Band, gue lagi duduk-duduk cantik sama guru praktikan lain di perpustakaan. Di situ juga ada Fira. Saat itu gue ngobrol lagi sama Fira setelah lama gue enggak ngobrol sama dia semenjak lomba debat selesai. Gue jadi inget waktu latihan debat, Fira paling menonjol. Walaupun masih kelas sepuluh, wawasan Fira luas banget. Saat latihan debat pun Fira paling aktif. Dia juga masuk di dalam kelas akselerasi. Kelas dimana lo cuma butuh dua tahun aja sekolah SMA. Sadis!
“Eh, bapak,” ucap Fira.
“Eh, Fira,” ucap gue.
Sungguh, pembuka percakapan yang enggak berbobot.
“Bapak enggak ngajar?” tanya Fira.
“Kamu enggak belajar?” tanya gue.
Sungguh, basa-basi yang enggak berkelas.
Kami pun ngobrol. Dari caranya berbicara bisa terlihat bahwa dia cewek yang smart. Di tengah-tengah obrolan, muncul pertanyaan besar di benak gue, “Kenapa Fira bisa secerdas ini?”
Karna penasaran, gue pun bertanya pada Fira, “Fira, bapak mau tanya.”
“Tanya apa pak?”
“Kenapa...”
“Kenapa apa pak?”
“Kenapa jagung ini dibakar?”
Fira pun langsung nyanyi, “Tak selamanya....”
Oke gue becanda. Jadi, yang gue tanyakan, “Kamu pinter yah. Di keluarga kamu juga memang pinter seperti ini? Kakak, adek, atau orang tua kamu juga pinter gini?”
Fira senyum-senyum menggelikan sambil nyabutin bulu hidung. Lalu dia jawab, “Ehe, mamah guru, terus papah dokter.”
“Oohhh...” jawab gue. Pantes Fira cerdas gini. Bapaknya dokter. Enggak mungkin dokter berasal dari orang yang ber-IQ tengkurep. Pasti IQ-nya sadis! Ini udah pasti Fira cerdas turunan secara genetik dari bapaknya. Ini pasti!
Di luar dari itu, gue menangkap gelagat yang beda saat Fira menyebutkan profesi orang tuanya. Wajahnya ceria, senyumnya mengembang, lobang hidungnya megar. Dia terlihat bahagia saat menyebut kata “Dokter.” Gue juga yang mendengarnya merasa takjub. Entah mengapa, kok gue langsung kepikiran anak gue kelak yah?
Gue kepikiran pengen anak gue kelak seperti Fira. Bukan, bukan cerdas. Tapi lebih dari itu, yakni gue pengen anak gue merasa bahagia dan bangga ketika menyebut profesi ayahnya.
Gue pengen seperti ini,
“Bapak kamu kerja di mana, dek?” tanya seseorang.
Anak gue pun menjawab mantap dan bangga, “Bapak akuh dosen, bang.”
“Ohh...” abang itu pun takjub lalu mimisan sambil terharu.
Atau seperti ini,
“Bapak kamu kerja di mana, dek?”
Anak gue menjawab bangga sambil memegarkan lobang hidung, “Bapak akuh penulis, bang.”
Abang itu pun terperangah sambil menitikan air mata, saking takjubnya.
Harapan gue sih jangan sampai kejadian seperti ini,
“Bapakmu kerja apa, dek?”
Anak gue diem sejenak. Dia merunduk. Memelintirkan ujung kaosnya sambil ragu-ragu menjawab. Lalu dia dengan enggak bergairah menjawab, “Bapak aku... kordinator penonton bayaran Dahsyat, bang.”
Anak gue lari-lari sambil menyeka air matanya. Umbelnya berjatuhan ke tanah. Lalu dia enggak mau keluar rumah selama tiga bulan.
Gue langsung membuyarkan lamunan. Fira masih nyengir di depan gue. Gue melihat ke sekitar. Para mahasiswa praktikan lagi pada asyik ngorbol. Gue lihat lagi Fira. Gue pun senyum, kagum dengan Fira, dan orang tuanya. Gue akan berusaha membuat orang tua, dan anak gue kelak bangga saat ditanya apa profesi gue.
Yah, begitu lah yang gue inginkan. Gue juga yakin lo menginginkan hal yang sama. Iyah, gitu ajah.

Merdeka!

41 comments:

  1. Ga, gue ngakak baca tulisan lo HAHAHA kampret... apalagi bagian percakapan yang gak berbobot dan kordinator penonton bayaran dahsyat :D

    btw.. gue baru tau kalimat sesedukan.. mungkin gue kudet, tapi yang gue tau itu sesenggukan. Okelah, suka2 yang nulis aja...

    Lo gak modusin Fira dengan segala konspirasi yang ada di pikiran lo kan Ga? Jangan sampe rambut yang udah mulai punah jadi semakin punah gara2 kepikiran dapetin anak sekolah yang smart gitu.

    Btw.. ceritanya lagi-lagi ada pesannya.. kelak, kita harus jadi orang tua yang bisa bikin anak bangga menyebutkan profesi kita. Semoga, saat ditanya, anak lo enggak ngejawab, "Bapak Aku, guru honorer yang udah puluhan tahun mengabdi dan belum diangkat2 jadi PNS" kemudian anak lo nangis sambil naik tiang bendera.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aaahhhh, iya maksudnya sesenggukan. hiks.

      Aha, enggak bang. Fira masi terlalu lugu. gue enggak mau jadi dituduh sebagai psikopat.

      wah, jgn sampe. Itu profesi yang lebih nyesek dari kordinator penonton bayaran. aha

      Delete
    2. Bilang aja lo enggak berani ngedeketin karena Fira nganggep lo bapaknya sendiri... kadang muka tua emang enggak bisa boong sih.

      Iya.. jangan sampe.. berjuanglah kalo kelak jadi guru harus segera PNS~

      Delete
    3. Aha, tapi gue bisa memprediksi, Fira akan terlhiat keibuan beberapa tahun lagi. Mungkin kami bisa bersanding dengan unyu.

      Gue yakin, karna Fira itu bibit unggul.

      Delete
    4. Kalo Fira udah nampak keibuan lo udah nampak kekakekan Ga :D
      Bersanding dengan syahdu foto bareng menghadiri nikahannya Fira ya haha

      Bibit unggul emang udah susah dibendung.. tinggal nasib aja ikutan unggul apa enggak nanti :D

      Delete
  2. Hahaha bener banget bro. Rasanya klo anak bangga sama orang tuanya yg pekerjaannya bagus itu enak banget. :)

    Gue terharu bro pas ngebaca bapaknya jadi penulis. Rasanya pasti bangga banget. :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yoi, maka daari itu, lo harus bangga sama bapak lo.

      Delete
  3. hahaha bapak saya koordinator penonton bayaran dahsyat kocak,
    menurut gue dari keseluruhan cerita, udah lucu banget senggaknya bikin gue tersenyum senyum sendiri :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sukurlah kalo gusti senyum senyum sendiri, dari pada senyum senyum tanpa sebab.

      Delete
  4. Keren banget nih ceritanya. Asik banget jadi pelajaran buat kita untuk jadi orantua yang sukses kelas. Karena kasihan anak kita nantinya, pasti malu punya orangtua yang gak sukses

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah, makanya semangat jadi orang sukses. minimal, sukses move on.

      Delete
  5. Yeng nyentuh hati gue cuma pas fira ditanya keluarganya dan dia jawab dengan bangga. Terus yg tanya bukan cuma kpikiran punya ank cerdas tapi justru pngen ngebuat anknya bangga pas dia jawab profesi orang tuanya. Keren.

    ReplyDelete
    Replies
    1. nah, makanya buruan bikin anak. tapi jangan lupa ijab kabul dulu sebelumnya.

      Delete
  6. Yaelah, jangan sampe pelaminan juga bg. :D

    Sudah seharusnya bg Oga melakukan yang terbaik buat diri bang Oga sekarang, hingga nanti punya anak.

    Emang, sih. Cara menjawab seorang anak yang bangga, merupakan kepuasan yang tidak ada duanya. karena cuma 1.

    Semoga kita bisa membuat anak-anak nanti, bangga ketika menyebutkan profesi orang tuanya. Aminn.

    Semangat buat Mengajarnya bg.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya rum semoga anak kita nantinya bangga yah menyebut profesi kita. Semoga ya ru, kita bangga dengan anak-anak kita. Iyah, anak kita.

      Delete
    2. Hahahaahaha. Jangan anak kita dong, bg. Gak perlu dijelasin di tempat umum gini. Please... :D

      Semoga, ya bg. :)

      Delete
  7. Profesi kordinator bayaran penonton dahsyat gue baru denger tuh.
    ini ceritnya bikin gue ngakak,ketika lo bertanya kenapa jagung ini dibakar,dan fira menjawabnya dengan bernyanyi. imajinasi gue langsung bermain disitu. good story.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah, elu enggak gaul nih. Masa baru denger. Kalo profesi stalker timeline mantan pasti lo tau ya.

      Delete
  8. Bapak gue koordinator penonton bayaran dahsyat. Hahahahahaha, bangkeeee!!
    Semoga nantinya anak lo nggak terpaksa jawab gitu, bro. Dan semoga karir lo sukses, untuk masa depan yang lebih cerah.

    Semua orang juga pasti menginginkan hal yang sama seperti yang lo penginnin. Anak-anaknya dengan bangga menyebutkan profesi orang tuanya tanpa ada ragu dan wajah sendu. Semoga kita semua sukses. Amin.

    ReplyDelete
  9. Mantep ga. Asik nih dapet satu cerita yg bikin lo pengen cepet2 bikin anak. Hahahaha..

    Bener juga si, kadang ada ajaj yg malu buat nyebutin profesi org tuanya. Alhamdulilah gue mah gak malu. :))

    ReplyDelete
  10. Jangan deketin Fira, inget umur calon pak guru dan inget rambut-rambutmu yang sudah mulai usang, jangan modusin Fira lagi, mending Fira nya kasihin ke aku :))

    Semoga anak calon pak guru ini bisa bangga menyebutkan profesi bapaknya, jangan sampe bapaknya jadi koordinator penyanyi bayaran di dahsyat. Apalagi jangan sampe pas anaknya ditanya dia jawab gini "Bapak aku... korban penipuan MLM bintang 10 dan sekarang lagi shock meratapi nasibnya" jangan sampe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah, semoga itu enggak kejadian. Sumpah, horor banget bo.

      Delete
  11. y, pasti saya juga menginginkan seperti itu, apakah mengajar itu menyenangkan?

    ReplyDelete
  12. semua orang, khususnya cowok, memang pasti pengen anaknya besok bisa bangga dengan profesi bapaknya. kebayang aja sih bagaimana bahagianya kita kalo punya anak semacam Fira kayak gitu. udah smart, bangga lagi sama pekerjaan bapaknya. yaa, apapun itu profesinya semoga anak-anak Indonesia bangga lah sama profesi bapaknya. yang penting selama profesi itu halal itu aja.

    duhh, anak gue besok gimana yaa? *ikutan kepikiran punya anak*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tenang Maz,, jangan mikirin anak dulu. Mending pikirin calon ibu dari anak-anak lo dulu. Uda ada belum? eh....

      Delete
    2. kayaknya untuk sejauh ini calon Ibu dari anak-anak gue masih belum ketemu Bang :((

      Delete
  13. anak pasti seneng kalau punya orangtua yang membanggakan, bukannya ngerendahin pekerjaan lain sih, namanya juga kebanggaan.

    kirain tadinya lo mau nyerita kisah cinta senior yang mau ngegebet juniornya tapi gagal hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah, cerita itu sudah terlalu banyak. Ini agak beda ceritanya.

      Delete
  14. Dampingin sampe pelaminan maksudnya cuma jadi pendamping pengantinnya doank gitu ya? Ahahaha :D

    ReplyDelete
  15. makanya bapaknya jadi dokter dong biar bangga disebut sama anaknya nanti :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya sih, tapi, aku pengen jadi guru, orang yang bisa membuat dokter sepintar itu. tsah!

      Delete
  16. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  17. Beuh panjang banget tulisannya bang cagur *eh

    Bisa jadi si fira nanti pingin jadi dokter gara-gara bapaknya atau emang bangga punya bapak dokter. Emang ini udah jadi cambuk buat kita supaya anak kita nanti di masa depan nggak malu pas ditanya bapaknya kerja apa, kan jarang tuh yang ditanya ibunya kerja apa.

    Tapi ini ngomongin anak, yang jadi ibunya siapa dong?

    ReplyDelete
  18. hahaha ngakak pak guru.... ngakak bacanya...
    gila jadi penasaran gue sama si fira... pak guru ada akun fb nya gak. (what!!)

    gue doain semoga agan bisa dapat anak yang pintar kaya fira atau melebihi fira kelak..

    ReplyDelete
  19. kirain bapak guru ini pedofil...ckckckck

    enak jugasih punya pekerjaan yang bisadibanggain oleh anak sendiri...tapi ikenapa itu bisanyasar ke koordinator penonton bang. Jangan-jangan emang pingin nih kerja gitu.

    ReplyDelete
  20. Orang tua ada untuk anaknya.
    Orang tua bekerja keras untuk anaknya. :)
    begitu seterusnya...

    Iya nih, jadi pengen ngasih yang terbaik buat anakku kelak. Sekarang kudu banyak berkarya biar anaknya ikutan bangga ^^

    ReplyDelete
  21. hahaha, gue jadi kepingin buat jadi penonton bayaran dahsyat...
    gokil, abrasi rambut hampir 7 %. hahahaha :")
    hmm, kalau denger cerita tentang wawasan fira, gue pun juga mau. punya temen kayak dia... lebih pun nggak apa-apa.

    ReplyDelete
  22. Haduh, kirain dari judul terus ngeliat Fira, kirain bapak guru ini pengen ngawinin Fira terus punya anak hasil perkawinan kalian berdua, ternyata bukan xD.

    Ah, itu betul tuh, rasanya pasti bangga banget ketika anak kita bisa dengan bangga setiap menyebutkan profesi orangtuanya, itu otomatis menunjukkan dia bangga dengan orangtuanya, bukan hanya pintar, dia juga bangga punya orangtua kayak gitu. Ah, anakable banget deh Fira ini, jadi pengen aku pacarin *eh?

    ReplyDelete
  23. Tiba-tiba mikir, kalo biasanya ditanya orang, aku jawab kerjaan bapakku apa ya? *beneran lupa..

    Dibalik kelucuan dan ke absurd-an tulisan ini, aku jadi sadar, bahwa kita harus semangat utk menjadi orang tua yg baik agar anak kita bisa bangga dengan kita nantinya. :D

    ReplyDelete
  24. Wah sepertinya emang fira cerdas karena bawaan dari ortunya. Orang tua yang inspiratif dan dekat sama anak biasanya buat anak bangga pas ditanya apa profesi orang tuanya. Hmm seneng bgt tuh kakak kakak PPL klo PPL di sekolah unggulan atau muridnya pinter2 . Mereka aktif n rajin sich....

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter