Sunday 25 June 2017

Lebaran Sendirian

Share it Please

Bagi gue lebaran kali ini adalah yang paling berat. Tahun ini gue harus ngerasain yang namanya lebaran jauh dari orangtua. Jauh dari temen-temen ngaji. Jauh dari gebetan. Gue enggak bisa pulang kampung dan menghabiskan momen lebaran bareng mereka. Ini semua karna gue masih harus menjalani tugas mengajar di Nias Selatan sampai bulan Agustus nanti sebagai guru SM-3T.

Sedih.

Bukan cuma gue yang ngalamin nasib pilu begini. 54 guru SM-3T
Nias Selatan lainnya pun merasakan hal yang sama sedihnya. Untungnya ada mereka, jadi gue enggak sedih sendirian. Kami sedih berjamaah. Kami pun tinggal bersama-sama di sebuah penginapan di pusat kota yang dekat dengan Masjid Agung Kota. Kami menghabiskan waktu liburan sekolah dan menyambut Hari Raya Idulfitri di sini.

Sepulang salat Ied, temen-temen gue sesama guru SM-3T sibuk menghubungi keluarga mereka di kampung halaman. Mereka semua memulai vidio call dengan keluarganya. Satu-persatu dari mereka nangis berguguran. Terharu saat mengucapkan maaf kepada kedua orang tua, terharu mendengar kata rindu dari ibu nun jauh di sana, terharu mendengar getar suara orang tua di sebrang telpon sana. Melihat ini gue jadi sedih. Bukan, bukan ikut sedih karna melihat mereka menangis haru. Namun sedih karna mereka semua videocall-an, sedangkan hape gue enggak bisa videocall kampret! Mereka menggenggam hape di depan wajah dengan riang campur isak tangis. Head seet tertempel gaul di kedua lobang kuping. Cuma gue sendiri yang nempelin handphone di kuping, jongkok di pojokan karna minder.

Sedih... pake... banget...

Puasa dan lebaran di tanah rantau memang enggak gampang. Selama puasa ajah udah kerasa berat. Yang biasanya gue dibangunin nyokap untuk sahur, tinggal makan hidangan yang ada di meja makan. Namun selama di perantauan ini, gue bangun menjelang adzan subuh, minum, terus bobok lagi. Enggak bergairah untuk sahur. Apalagi di tempat penugasan mengajar gue, muslim sangat minoritas. Bahkan di desa tempat gue mengajar, cuma gue yang muslim. Jadi, ramadhan rasanya hampa. Enggak ada suara adzan, enggak ada lantunan tadarus yang mengalun di speaker masjid, enggak ada tukang jualan takjil.

Namun untungnya saat lebaran gue bisa ke kota. Di kota, muslim lumayan banyak sehingga ada tiga masjid besar di sini. Setelah tinggal di sini dari mulai H-2 lebaran, baru lah gue merasa bergairah menjalani kehidupan di Bulan Ramadhan. Suara adzan yang gue nanti-nantikan bisa gue dengar sepanjang waktu sholat. Lantunan tadarus Quran mengalun lewat speaker masjid. Cuman tukang takjil aja di sini yang enggak ada.

Lebaran sendirian tanpa keluarga membuat gue mengerti banyak hal. Yang pertama, gue mengerti bahwa sesungguhnya gue ini kuat. Gue mampu jauh dari orang tua. Gue juga mampu enggak komunikasi dengan gebetan. #eh

Kedua, gue mengerti bahwa kehadiran keluarga selama ini sangatlah berarti. Gue baru merasakan kehampaan saat jauh dari mereka. Karna itulah, sepulang gue dari tempat ini, gue akan perlakukan mereka semua sebaik mungkin. Terutama nyokap dan bokap. Gue akan segera penuhi hasrat mereka untuk menimang cucu. #eh

Di akhir tulisan ini, gue mau mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri tahun 1438 Hijriah. Semoga ibadah yang telah kita lakukan selama ini diterima Allah, dan dosa kita semua dihapuskan sehingga kita menjadi suci dan unyu seperti bayi yang baru lahir.

Aamiin...

Well, this is the end of the post. Feel free to write your comment bellow and share the inspiration!


Love yaa...

No comments:

Post a Comment

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter