Friday 3 November 2017

Balada Cinta Anak Pelosok

Share it Please


Tahun 2016 lalu gue jadi guru bantu dari pusat untuk mengajar di daerah pedalaman Indonesia. Gue ditugaskan di Pulau Nias. Tepatnya di pedalaman Kabupaten Nias Selatan, Kecamatan Boronadu. Gue mengajar di salah satu SMP.

Anak SMP di sini kelakuannya masih kayak anak SD. Udah SMP masih main kejar-kejaran. Udah gitu kalo ketangkep sama temennya, nangis. Udah nangis ngadunya ke guru. Cemen! Kayak gue waktu dulu ajah. Namun gue enggak menyangka juga, di balik kelakuan mereka yang kayak anak SD, mereka mulai tumbuh dewasa. Mereka mulai pacar-pacaran.

Gue bingung ngebayangin gimana anak pedalaman gini saat pacaran. Ini bentuk pacarannya kayak gimana coba? Kalo anak kota kan asik gitu. Pulang sekolah janjian jalan bareng, nonton ke bioskop. Atau bisa juga janjian ketemu di taman deket sekolah, nongkrong di sana sampe magrib sampe dicariin orang tuanya dikira hilang.

Lah, anak pedalaman gimana? Di sini enggak ada bioskop. Cuma bisa nonton tivi. Itu juga pake genset karna listrik belum ada.

FYI, orang di sini kalo nonton tipi ada jadwalnya, yakni tiap jam 8 malem. Yang ditonton sinetron alay. Itu juga nontonnya bareng-bareng di rumah warga yang punya tivi. Karna di sini cuma sedikit warga yang punya genset untuk nonton tivi. Cuma orang yang sanggup beli bensin 20 rebu tiap malem yang punya tivi di rumah. Mangkanya, punya tivi di rumah aja sudah dianggap kaya oleh warga di sini.

Karna di sini enggak ada bioskop, mungkin bocah SMP jadinya janjian nonton sinetron bareng di rumah tetangga.


“Nanti malem kita nonton Anak Langit Bareng yah,” kata si cowok. Ngajakin ngedate gebetannya sambil nobar sinetron alay di rumah warga.

“Iyah, jangan lupa bawa senter kamu untuk dicas,” ucap si cewek mengingatkan. Karna warga sering numpang ngecas senter, hape, sampe radio.

Bagi bocah SMP di sini, untuk PDKT janjian ketemu di taman juga enggak mungkin. Mana ada taman di sini. Yang ada ladang daun ubi untuk makanan babi.

FYI, warga di sini 100% beragama Nasrani. Dan mata pencaharian mereka sehari-hari salah satunya beternak babi. Tiap hari babi harus dikasih makan daun ubi. Dan Anak-anak pun tiap hari disuruh orang tuanya untuk mengambil daun ubi di ladang.

Kan lucu aja gitu kalo PDKT janjian ketemuan di ladang ubi ngambil makanan babi. Terus si cowok ngegombalin gebetannya di ladang ubi.

“Kamu tahu enggak bedanya kamu sama daun ubi?” gombal si cowok sambil ngarit daun ubi.

“Enggak. Emang apa?” kata si cewek salah tingkah.

“Kalo daun ubi bikin babi kenyang, kalo kamu bikin aku sayang.”

“Ihh, so sweet!” si cewek langsung diabetes di tempat karna gombalan yang kelewat manis.

Absurd sumpah.

Tapi, anak usia SMP memang wajar untuk punya rasa suka dengan lawan jenis. Gue juga dulu gitu kok. Daripada rasa suka sesama jenis yang sekarang lagi hits. Bahaya!

Namun, ini tugas guru untuk mengarahkan mereka ke jalan yang benar. Peran guru untuk mencurahkan energi mereka menyukai lawan jenis ke arah yang positif. Bukan dengan pacar-pacaran. Lagian juga masih bocah yang nangis kalo dibentak guru, masa udah pacaran. Jangan sampai guru lepas tangan sehingga munculah berita di koran, “Seorang siswi SMP mencoba bunuh diri dengan melilitkan daun ubi ke lehernya karna putus cinta.”

Serem!

***

“MISTER, MEREKA KIRIM-KIRIM SURAT,” teriak seorang siswa di kelas. Gue kaget. Serasa dibentak sama siswa.

FYI, tipikal orang Nias itu enggak jauh beda sama orang Batak. Kalo ngomong kenceng banget. Bahkan siswa yang lagi bisik-bisik di pojokan kelas ngobrolin jalan cerita sinetron alay yang dia tonton semalem aja kedengeran sampe di telinga gue. Mangkanya, saat siswa teriak, gue serasa dibentak.

Saat itu gue sedang asyik menjelaskan materi surat undangan dalam Bahasa Inggris.

“Syapa itu? Berikan sama Mister suratnya!” kata gue.

Gue merampas surat mereka.

“Jangan ada lagi yang main surat-suratan di kelas!” kata gue sok-sokan galak. Padahal gue orangnya enggak tegaan. Saat ada seorang cewek yang lagi patah hati sama mantannya minta gue temenin dan gue perhatiin aja gue turutin. Enggak tega. Walaupun akhirnya dia ngilang setelah baikan dan balikan sama mantannya. Gue mah gitu orangnya. Enggak tegaan walaupun pada akhirnya gue yang terluka. Hiks.

“Itu surat cinta, Mister!” ucap siswa membuyarkan gue.

“Heh? Surat cinta?” kata gue heran. “Nih yah. Apalagi main surat cinta-surat cintaan. Enggak boleh!” kata gue mengacungkan surat itu ke atas, lalu gue remek remek sampe berbentuk bulat. Gue simpan rapih di dalam tas.

Sumpah, gue penasaran banget sebenenrnya apa isi surat cinta ini. Tapi enggak mungkin kan gue terang-terangan girang baca surat itu di depan anak-anak. Gue harus jaga wibawa di depan mereka. Gue harus nunjukin ke mereka gue enggak peduli dengan surat cinta ini. Gue harus nampak marah agar mereka enggak lagi main surat cinta.

Sesampainya di rumah gue buru-buru buka apa isi surat cinta ini.

Dan setelah gue baca, isinya kampret banget!

Salam manis untuk adik Juliami yang aku
cintai selama ini. Sebelum gue menyampaikan
kertas putih ini, terimalah salam aku dalam
bahasa kita berdua:
I love you

Sampe sini udah kampret banget kan!

Dek, sebenarnya aku itu dari dulu
Mencintai kamu waktu kita masuk
SMP ini...

I love Juliami

Penulis: Tano Z Hia. Balas sayang!

Kalo kalian mau muntah, muntahin aja sekarang.

Membaca surat ini rasanya campur aduk. Antara geli, mual, sampai mules. Anak pelosok kayak mereka belajar darimana coba kata-kata najis itu?! Gue waktu SMP dulu aja enggak berani ngirim surat ke cewek yang gue suka. Jangankan bilang ‘I love you’ lewat surat, minta kertas binder biodatanya aja gue malu.

Keesokannya gue panggil Tano dan Juliami ke ruang guru. Gue mau menasehati mereka supaya jangan pacar-pacaran. Karna itu bisa mengganggu belajar.

“Heh, Tano. Heh, Juliami. Kalian pacar-pacaran yah?” tadinya gue mau negur mereka gitu. Tapi, gue buat lebih halus supaya tidak melukai hati dan jiwa mereka.

“Tano dan Juliami, coba Mister mau tanya.”

“Iya, Mister,” ucap Juliami tertunduk. Begitu juga Tano di sebelahnya.

Siswa lain berkerumul mengintip di jendela.

“Apa benar ini Tano yang menulis surat?” tanya gue lemah lembut.

“Dia itu, Mister,” Tano membantah dan menuduh Juliami.

“Bukan aku itu, Mister.” Juliami ikutan membantah.

Ini kok mereka sama-sama membantah. Jangan-jangan mereka jodoh.

Gue mah gitu orangnya. Suka mengait-ngaitkan.  Dulu gue waktu kuliah nilai matakuliah Structure gue dan gebetan sama-sama dapet AB ajah merasa jodoh. Melihat motor gue dan motor gebetan samaan berjejer di parkiran kampus, langsung merasa jodoh. Melihat sendal gue dan sendal gebetan berjajar saat solat jumat, merasa jodoh.

“Sekali lagi Mister tanya, apa benar ini Tano yang menulis?” tanya gue lagi.

Tano hanya diam. Gue anggap ini jawaban, ‘Iya,’ dari Tano.

Gue melihat ini kasus Tano yang ganjen. Dia caper ke Juliami. Lagi pula ini surat Juliami tidak membalasnya. Sudah jelas di sini Tano yang salah. Sudah sepatutnya gue menghukum Tano, bukan Juliami atau keduanya. Kebanyakan guru suka ambil gampang ajah dalam ngehukum murid. Ada murid yang berantem, langusng dihukum keduanya. Padahal guru enggak tau duduk perkaranya gimana. Maen babat habis aja nganggep keduanya salah. Kayak cewek ajah yang semena-mena menganggap semua cowok sama ajah. Sumbernya salah.

Guru harus objektif, melihat siapa yang salah.

“Tano, ini peringatan pertama dari Mister. Kamu tulis tugas surat undangan dalam Bahasa Inggris seperti yang Mister ajarkan di kelas. Itu hukumannya,” gue memberi tugas untuk Tano mengenai materi surat yang gue jelaskan di kelas.

“Hah kan, rasakan kau tu!” hardik Juliami tiba-tiba pada Tano.

“Kamu juga, Juli! Di kelas harus tenang!”

“Nah kau juga kan!” Tano nyamber lagi kayak ibu-ibu yang suka nyamber dialog tokoh di sinetron.

“Heh, sudah diam. Pokoknya, kalian cukup bersahabat. Kalau kalian suka, cukup bersahabat. Berteman baik. Berlomba mendapat peringkat di kelas. Jelas?” ucap gue.

“Iyah, Mister,” keduanya menunduk dan manut. Entah mereka mengerti atau enggak dengan yang gue ucapkan.

“Mister juga dulu waktu seumur kalian enggak pernah pacaran. Mister bersahabat dengan teman,” kata gue. Sambil dalam hati gue berbisik, maaf kan mister, Nak. Mister berbohong. Memang benar mister bersahabat dengan orang yang mister suka, tapi itu kepaksa karna mister hanya mampu mengagumi dia diam-diam. Mister hanya seorang secret admirer. Sedih yah, Nak!

“Oke, kalau sudah, kembali ke kelas!” Pinta gue ke mereka.

“Iya, Mister.”

Melihat tingkah laku Juliami dan Tano ini gue jadi ingat romansa percintaan gue dulu. Kira-kira seumuran mereka ini lah. Badan gue pun semungil mereka. Mungkin agak lebih kecil sedikit. Satu tahun di bawah mereka. Saat itu gue kelas 7 SMP. Gue jatuh cinta dengan sosok gadis bernama Harviani Ike Lestari.

Ike bukan teman satu kelas gue. Juga bukan teman satu sekolah gue. Kami teman satu tempat les. Gue pertama kali bertemu Ike di tempat bimbel bernama Cahaya Ilmu.

Ike adalah gadis pertama yang ketika gue menatapnya, membuat dada gue terasa ngilu tiba-tiba. Seperti sedang berkendara menuruni jalan yang turun curam. Benar-benar ngilu.

Dia gadis dengan wajah Jawa. Wajahnya sawo matang. Coklat manis. Bukan hitam manis. Ia tidak cantik mencolok seperti Maudi Ayunda, namun dia juga enggak buruk rupa kayak Dijah Yellow. Wajahnya begitu pas bagi gue. Saat ia senyum, dua buah lekukan di pipi kanan dan kirinya membuat gue terpaku.

Dia adalah perempuan dengan suara lembut dan senyum yang sangat manis yang pernah gue ingat. Tatapan wajahnya membuat gue merasa adeeem banget. Mungkin kalo gue kena panas dalem enggak perlu minum Adem Sari, ngelihat tatapan Ike aja panas dalam gue sembuh.

Ike selalu mengendarai sepeda kumbang berwarna merah muda tiap ia berangat les. Cara ia mengayuh sepeda sungguh indah. Karna gue sedang jatuh cinta, mau bagaimanapun Ike mengayuh sepedanya, dia akan terlihat indah di mata gue. Walaupun kalo Ike membawa sepeda ugal-ugalan kayak Marc Marquez, dia tetap indah di mata gue.

Begitulah yang gue rasakan saat kelas 7 SMP. Gue hanya bisa memandanginya. Menyimpan tiap detail dari dirinya, sampai sekarang dua belas tahun kemudian. Tidak kepikiran sama sekali untuk menyatakan perasaan ini kepadanya saat itu. Gue sendiri bingung. Gue suka sama Ike, terus kalo udah gini, gue mesti gimana? Enggak ada terlintas dipkiran untuk pacaran. Yang gue tahu, gue nikmatin aja semua perasaan suka gue ke Ike. Gue nikmatin debaran jantung saat gue duduk di sebelah Ike di tempat les. Gue nikmatin momen saat berpapasan sama Ike di jalan hendak pulang ke rumah. Gue nikmatin obrolan sama Ike, yang setibanya gue di rumah, masih gue ingat setiap bahan obrolan sama dia.

Beberapa bulan kemudian, Ike enggak pernah lagi berangkat les. Dia ngilang gitu aja. Jujur, kadang gue masih merindukan masa itu. Saat gue berteman dengan Ike. Gue belum sempat mengenalnya lebih jauh. Mungkin saat ini pun ketika Ike bertemu dengan gue, dan gue tba-tiba menjabat tangannya erat dan bersemangat, Ike bakal teriak, “Jambret! Jambreeet! Copet! Hipnotissss. Toloonggg!!!”

Yah, karna Ike pasti lupa sama gue. Dan ditambah wajah gue yang menyeramkan. Maka Ike akan ketakutan dan menyangka gue jambret.


Balik lagi ke Juliami dan Tano. Setelah kejadian surat cinta najis kemarin, gue memberi pengawasan kepada mereka berdua. Mereka boleh aja mulai suka sama lawan jenis, tapi tugas gue sebagai guru tetap memastikan mereka berada di koridor yang benar. Tetap dalam aturan. Jangan sampai terjerumus dengan kemaksiatan yang berdampak buruk bagi diri mereka sendiri.  

2 comments:

  1. Kamunya guru? Ihh gw gak mau sekolahin anak gw ke sekolah lu. Nnati dia jadi setres kaya lu, wkwkwkwkwk

    Btw, gw ucapkan salut gue atas kerelaannya mengajar di daerah pelosok. Semoga daerah pelosok ikut maju seperti di Jawa.

    ReplyDelete
  2. Tunggu tunggu tunggu, waktu shalat jumat, sandal kamu sama si doi bersisian? Waduuuwww ... mendadak aku merasa, semoga aku salah baca bagian yang itu. Berasanya si Ike bukan cewek lho.

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter