Monday 8 February 2016

Hal-hal yang Bikin Orang Takut Nyatain Rasa

Share it Please

“Gue sayang sama lo. Gue mau nikah sama lo! GUE PENGEN BOBO BARENG SAMA LO!”

Pengen rasanya gue mengucapkan kalimat di atas lantang di wajahnya. Namun sayang, gue enggak punya cukup keberanian. Lidah gue terlalu kelu. Mendadak gue seperti orang kena struk yang bibir dan pantatnya enggak bisa gerak. Dan akhirnya gue melewati kesempatan jadian. Dia pun pindah ke luar kota, sementara gue hanya bisa merana.

Sampai sekarang gue masih komunikasi baik dengan dia. Seenggaknya gue bersyukur masih bisa keep in touch dengan dia. Gue beruntung enggak sampai kehilangan sosoknya, meskipun di permukaan bumi ini gue dan dia berjarak ratusan kilometer. Mungkin seandainya jika saat itu gue nyatakan rasa, gue akan kehilangan dia. Iyah, karna sudah bisa diprediksi kemungkinannya 99,9% gue akan ditolak. Dan moment ditolak adalah pintu gerbang dari putusnya hubungan. Kebayang kami akan saling diam. Saling canggung. Gue akan menyimpan dendam membara. Kirim santet kawat dan power bank ke dalem usus dua belas jarinya.

Kesimpulannya... saat itu gue takut nyatain rasa.

Mungkin bukan cuma gue aja yang pernah ngalamin takut nyatain rasa. Gue yakin, jomblo-jomblo nista yang merana di luar sana juga pasti pernah ngalamin yang namanya takut nyatain perasaan.


Sebagai jomblo tulen yang sangat berpengalaman lama menyandang status jomblo kesepian, gue akan mengupas tuntas dan lugas hal-hal apa aja yang membuat jomblo takut untuk nyatain perasaan ke gebetan.

Here the explanation goes
Hal mendasar yang membuat gue enggak berani nyatain perasaan gue saat itu adalah gue merasa level gue jauh di bawah gebetan. Dari sisi kualitas wajah: dia cantik dan manis, sementara gue kusam dan antagonis (read: nyeremin). Dari sisi tingkat kecerdasan juga gue kalah jauh. Dia berfikir ke depan. Tiap kami berbincang berdua, dia selalu sering membicarakan kualitas dan seluk-beluk berbagai unversitas negeri terkemuka baik di dalam maupun di luar negeri, sementara yang gue tahu cuma sekedar UPI belum membuka jurusan Pendidikan Hewan Sirkus.

Bahkan sampai sekarang pun, tiap gue chit-chat dengan dia via Line, dia tahu banyak tentang program-program pemerintah di dunia pendidikan tinggi seperti beasiswa pendidikan pertukaran pelajar yang diselenggarakan US embassy.

Sedangkan gue cuma bisa memalingkan pembicaraan dengan bertanya: “Eh, by the way, kamu tahu enggak kenapa Jessica Kumala Wongso ngasih Kopi Vietnam ke Mirna bukannya Kopi Jahe Sidomuncul sachet yang berhadiah Umroh bareng Wali?”

Dan setelah gue menanyakan pertanyaan krusial tersebut, dia enggak bales lagi.

Gue yakin kaum jomblo di negeri ini juga pernah merasakan dirinya enggak selevel dengan gebetan. Ini memang alasan yang klasik dan menyiksa. Di satu sisi syahwat sudah membuncah sehingga pengen banget bilang sayang ke dia. Di sisi lainnya, logika pun tahu bahwa gebetan pasti bakal illfeel dan enggak mau lagi deket-deket sama kita jika dia tahu telah ditaksir sama orang yang enggak satu level sama dia.

Membatin pada akhirnya memang!

Alasan ke dua kenapa jomblo membatin di luar sana enggan mengungkapkan perasaannya ke gebetan adalah karna trauma masa lalunya.

Hal ini biasa dialami jomblowati. Kalo jomblowan mah enggak kenal yang namanya trauma. Kalo dia udah ngelihat cewek yang bikin nafsu makan dan nafsu birahinya membuncah, dia akan gebet habis-habisan. Persetan dengan masa lalu yang pahit dan gagal. Kalo gagal, ya coba lagi sampai berhasil. Kalo pahit, ya cari sampai tercipta cerita yang manis.

Jomblowati yang hatinya masih tertinggal di masa lalu memang takut untuk memulai hubungan baru. Banyak diantara mereka lebih memilih bertahan dalam hubungan yang menyakitkan ketimbang memulai dengan orang baru, membangun semuanya dari awal, membangun kepercayaan dan kasih sayang dari awal lagi, mengenal keluarga dan orang-orang terdekat dari pacar yang baru kelak. Semua kegiatan itu kayaknya lebih menguras batin ketimbang bertahan di dalam hubungan yang nyakitin.

Gue sebagai cowok juga enggak mengerti jalan pikiran cewek. Aneh memang!

Memori pahit masa lalu terkadang memenjarakan kita dari kebahagiaan yang harusnya kita dapatkan hari ini. Maka dari itu, jangan biarkan masa lalu merenggut kebahagiaan yang pantas kita dapatkan.

Di sisi lain, jomblowan jika harus merasa trauma, mungkin hal pahit yang membuat mereka truama adalah ditolak. Banyak dinatara mereka yang trauma nembak gebetan karna pernah ditolak. Mereka takut jika menyatakan cintanya, mereka akan ditolak lagi dan akhirnya hilang kendali. Mereka khilaf sehingga berencana untuk meracuni mantan gebetan yang menolak cintanya pake Cappucino Cincau yang sudah dioplos Mama Lemon dan Rinso Kekuatan Sepuluh Tangan.

Alasan lain kenapa jomblo kurang perhatian di negeri yang jumlah perempuannya lebih banyak dari jumlah laki-lakinya ini enggan untuk menyatakan perasaan kepada gebetan adalah karna enggak mau ribet pacaran.

Suatu hari gue lagi makan bakso sama Ervi, temen kampus gue. Pada saat itu kami habis pulang bimbingan skripsi. Ervi ngajakin gue mampir dulu ke kedai bakso buat menghilangkan penat sehabis disalah-salahin sama dosen pembimbing.

Di saat gue lagi asyik mengoplos bakso dengan sambel, kecap, dan saos, Ervi cerita bahwa dia habis bermimpi yang bikin dia basah... keringetan.

“Tadi malem aku mimpi ketemu sahabat lama. Sedih, Ga,” ucap Ervi sambil ngocrotin saos ke mangkuk baksonya.

“Kok sedih? Dia cowok?” tanya gue sebelum menyeruput kuah bakso yang sudah gue oplos.

“Iya cowok. Dia udah lama enggak ada. Dan di mimpi itu dia nyata banget. Dia hidup.”

“Ehm,” gue berdehem sambil memandangi wajah Ervi. Gue bisa ngebayangin kesedihan Ervi ketemu sahabatnya yang sudah enggak ada. Pasti sedih dan haru. Beberapa detik tatapan gue enggak beralih dari wajah Ervi. Terlihat rambut panjangnya yang berwarna kecoklatan menggelayut unyu di bahu kirinya.

“Yang bikin sedihnya tuh, sebelum dia meninggal, aku marahan sama dia,” jelas Ervi sambil menyibakan rambut panjangnya ke belakang bahu, agar enggak nyemplung ke kuah bakso.

Selanjutnya Ervi cerita dengan seksama. Kala itu sahabtanya nembak dia untuk jadi pacarnya. Ervi enggak mau. Semenjak itu mereka jadi renggang. Persahabatan yang dibangun lama kandas hanya dengan sekali pernyataan suka sahabatnya ke Ervi. Dan malangnya, dalam keadaan marahan itu, sahabtanya dipanggil Tuhan. Gimana enggak nyesek tuh Ervi. Kalo gue jadi dia, pasti ngerasain sesal yang besar banget, sama seperti yang Ervi rasain.

“Kenapa enggak lo terima waktu itu?” tanya gue penasaran.

“Ya udah nyaman aja sahabatan. Lagian kalo pacaran tuh bakal beda.”

“Beda gimana?”

“Kalo udah jadi pacar, cowok bakal nuntut, jadi cuek, terus ada rasa cemburu yang ngeganggu. Mangkanya lebih mending pas PDKT-nya,” jelas Ervi.

Bener juga sih kata Ervi. Gue sebagai cowok juga ngalamin sendiri. Saat PDKT, gue ngasih perhatian jorjoran ke Ilvi, pacar gue dulu, yang sekarang sudah jadi mantan. Tiap hari gue selalu sempetin nyapa dia lewat SMS. Gue tunjukin rasa perhatian gue. Seolah-olah gue memberi kasih sayang tak harap kembali, kayak sang surya yang menyinari dunia. Walau Ilvi nyuekin SMS gue, jawab pertanyaan gue dengan singkat, namun usaha gue tetap gigih. Gue tetap ramah dan ngirimin dia emoticon-emoticon unyu.

Namun setelah jadian, semua berubah! Gue menjadi kesel kalo Ilvi jawab singkat SMS dari gue, apalagi kalo enggak ngebales sama sekali.  Perlahan gue jadi cuek. Gue mulai jarang SMS dia. Malahan gue lebih memilih ngebalesin SMS penipuan berhadiah yang sering masuk ke nomer gue tiap gue habis isi pulsa daripada ngebales SMS Ilvi.

Kini malah terbalik. Dia yang sering SMS gue, dan gue malah yang jadi cuek dengan ngeblasain SMS-nya secara singkat.

Kebanyakan cowok jatuh cintanya sebelum jadian, dan kebanyakan cewek jatuh cintanya sesudah jadian.

Dari cerita Ervi di atas, gue menarik kesimpulan bahwa beberapa jomblo kekurangan kasih sayang di luar sana sangat menikmati masa PDKT. Bahkan mereka sengaja enggak mengungkapkan perasaannya karna dia lebih memilih tetap dalam hubungan PDKT. Dalam benak mereka, hubungan pacaran enggak lebih menyenangkan dari masa PDKT. Malahan jauh lebih ribet!

Walau demikian, tetap saja batin mereka tersiksa. Terutama kalau mereka melihat update-an orang norak yang update di recent update BBM-nya dengan berbunyi, “Makasih honey udah ngajak dinner di tukang nasi uduk malem ini. I love you sayang.”

Alasan terakhir kenapa para jomblo yang butuh ucapan “aku sayang kamu” di luar sana menahan perasaannya kepada gebetan adalah karna takut kehilangan.

Kemungkinan kehilangan itu akan ada walau si jomblo sudah jadian dengan gebetannya. In case di tengah jalan hubungan mereka, mereka putus, maka mereka akan kehilangan satu sama lain.

Penyebab putusnya hubungan pacaran sangatlah beragam, dari mulai karna memang sifat asli mereka yang baru timbul setelah jadian ternyata tidak cocok satu sama lain, keluarga yang belakangan tidak menyetujui hubungan, atau alasan konyol yakni karna bosan.

Jomblo type ini saat semakin sayang kepada gebetannya, semakin ia takut kehilangan. Semakin ia menjaga gebetannya dan menyayanginya diam-diam. Salah satunya dalam doa. Jika waktunya sudah pas, ia akan memilikinya dalam ikatan pernikahan dan menjaganya sebaik mungkin. Bahkan kalau perlu, ia akan mempertaruhkan nyawanya.


Well, this is the end of the post. Feel free to write your comment below and share the inspiration!

16 comments:

  1. alasan-alasan di atas bener banget dan true story banget.

    emang sih dulu gue takut banget nyatain rasa kepada gebetan gue, salah satunya yaa karena takut di tolak jadi gak berani deh bilangnya. dan ketika udah bilang pun si cewek akan berusaha menolaknya dengan alasan takut nanti kalo udah putus jadi ngak komunikasi lagi dan ada juga yang takut terulang masa lalunya, padahal ngak semua cowok itu sama tapi tetap di anggep sama ajah.

    setelah baca artikel ini semoga banyak jomblo-jomblo yang siap mengungakapkan rasa dan juga belajar banyak dari postingan ini :)

    ReplyDelete
  2. Huwaw... sebenernya mau ngasih saran tapi apalah... aku juga punya sesuatu hal yang buat aku ini gak ada apa-apanya. Hm... Ayodong nyatain. Kalau dianya bisa nerima kekurangan, pasti semuanya berjalan lancar #tsaahhh

    ReplyDelete
  3. Berat...berat....
    Kalo gw yg paling masuk akal sih takut nyatain perasaan bukan karena takut atau malu ditolak,tapi setelah menyatakan perasaan itu. Ada hal-hal yang berubah, akan ada keadaan yang berubah. Walaupun rutinitasnya masih sama,rasanya akan berbeda. Ah berat ah ngomongin ginian..haha

    ReplyDelete
  4. gue sebagai cewek pernah melakukan hal-hal tabu yang akan dikupas setajam golok. gue pernah nembak cowok, bahkan 2x (pas SMP), pas diinget2 lagi sebenernya rada gila juga pas dulu masih cabe kecil sampe nembak dan g tau arah petunjuk yg pas gimana sih harusnya. btw kalau sekarang, pas udah bukan cabe lagi, gue udah jadi wanita *eeaaa* yg namanya suka ada baiknya kita ngasih sinyal dulu, kalau sinyalnya ketangkep itu bagus, brati dia peka dan dianya ada rasa juga, tapi kalau sinyalnya jelek, dia g nanggep, udah cari yg laen aja.

    ReplyDelete
  5. Bahasannya berat kali nih.. Mengisahkan pengalaman seorang 'pro' dalam hal pedekate2an hahaha.. Satu hal yang ane takutin saat ngungkapin rasa tapi ditolak ya cuma satu, bakal keputus tali silaturahmi.. Dari yang awalnya akrab banget kayak ketek sama deodoran, berakhir dengan jauh banget kaya selat jawa sama sungai amazon.. Sakit..

    ReplyDelete
  6. Memang, menyatakan perasaan kepada seseorang yang sudah terlanjur dekat sering membuat kita dilematis. Kalo di tolak kita ngga dapat pacar dan kehilangan teman. Kalo di terima juga ujung2nya pasti akan putus. Kehilangan teman dan pacar. Sama aja~

    ReplyDelete
  7. just like that dude. banyak orang yang nggak mau mengungkapkan rasa karena merasa sudah nyaman dengan hubungan pdkt. di satu sisi, cowoknya mau bertahan di tahap pdkt. di sisi lain, si cewek merasa digantungin. nah lo..

    ReplyDelete
  8. kalau ane sih bang, ane nggak pernah takut buat nyatain rasa, ane cuman takut kalau rasa ane itu di tolak. Sama aja yak ??? Bawaannya ketika di tolak itu kek pen nangis 41 hari 41 malam di pojok kamar. tapi emang bener sih kalau masa PDKT itu lebih enak, dan sebagai manusia kampret yang normal ane juga udah sering ngerasain hal itu

    ReplyDelete
  9. Iya, saat PDKT adalah saat yang paling indah. Cuman, gue baru tau kalo rasa cinta cewek baru muncul setelah jadian. Ya mau gimana, cowok adalah tipikal orang yang gampang bosen.

    Sebenernya gue juga hampir sama kayak gitu. Suka sama sahabat tapi takutnya ditolak, trus hubungan jadi renggang. Hubungan jadi renggang, itu aja yang bikin gue takut. Andai saja ditolak itu gak bikin hubungan renggang, udah gue nyatain sejak lama. *lhah kok gue malah curcol

    ReplyDelete
  10. Minder sama gebetan yang cantik itu bener banget. Kekawatiran itu kayaknya ada disemua benak jomblo yang wajahnya berada di kelas yang pas-pasan atau yang kurang dari KKM.

    Banyak orang yang lebih suka pas PDKT nya daripada pas jadiannya. Bener itu, karena pas pacaran banyak hal-hal yang mengikat. Sering nyuruh-nyuruh juga. Nyuruh berhenti temenan sama si itu, nyuruh ngurangin main, nyuruh berhenti ngerokok, pas udah berhenti eh ternyata gantian ceweknya yang ngerokok. Ribet.

    ReplyDelete
  11. Bener juga tuh, lebih menyenangkan masa PDKT ketimbang masa pacaran. Soalnya kalau udah pacaran pastinya bakal menuntut untuk lebih, lebih perhatian lah, dan lebih-lebih yang lain.

    Lagian setelah mengatakan perasaan gak ada jaminan kalau dia mau nerima, kalau putus kan percuma jadinya canggung. Jadi lebih baik PDKT aja biar sama-sama bahagia. Alias komen apaan sih aku?

    ReplyDelete
  12. Cowok kadang gitu.
    Takut buat ngungkapin perasaannya.
    Bisa karena takut ditolak, atau memang mentalnya kurang.
    Tapi, kalau cewe yang bener2 ngga mandang apa2 dari cowoknya, pasti nerima dengan baik kok.

    ReplyDelete
  13. Bener banget...
    terkadang gue ngerasa kalo gue terlalu rendah dibandingkan gebetan gue...
    bukan karena gue rendah, tapi karena gue terlalu pendek dari gebetan gue...
    nggak, gebetan gue bukan jerapah....

    ReplyDelete
  14. Banyak alasan kenapa orang memilih menunda, atau malah tidak mengungkapkan pereasaannya. Ada yang takut semua menjadi berubah saat satu sama lain saling tau, ada yang memang sudah nyaman dengan keadaan yang seperti ini.

    ReplyDelete
  15. analisa yang luar biasa bung oga. anda memang jomblo yang suka meneliti keadaan.. hahaha

    ya gitu lah, harus ada sebuah pilihan tembak atau ditembak yang lain. jadi sahabat menurut gue sih alasan si cewek nolak ajah, soalnya karena nggak pengen dia jadi cowoknya dia punya kriteria lain siapa yang pantas menjadi cowoknya

    ReplyDelete
  16. true story nih. saya pernah krn sangking takutnya nyatain rasa, setahun didiamin akhirnya rasa jd kadaluarsa dan diapun di ambil org....

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter