Thursday 25 February 2016

Kriteria Rumah Tinggal Ketika Tua Kelak

Share it Please
Tiap gue main ke rumah almarhum kakek dan nenek dulu sewaktu beliau berdua masih ada, gue suka membayangkan diri gue di posisinya.

Ketika gue tua kelak, apakah gue akan seperti dia yah? Kata gue dalem hati.

Kakek dan nenek tinggal cuma berdua. Anak-anaknya sudah hidup dengan keluarganya masing-masing. Rumah kakek dan nenek menjadi saksi dari hidup keduanya.

Di kala senggang, kakek memberi makan ayam-ayam peliharaannya di halaman. Ini menjadi sarana hiburan tersendiri bagi kakek. Setelah memberi pakan ayam, kakek beralih ke kolam ikan besar yang ada di halaman belakang rumah. Bukan, kakek bukan mau nyemplung ke kolam, atau latihan Sasuke Ninja Warior, tapi kakek hendak memberi makan ikan gurame peliharaannya. Melihat kakek memberi makan ikan, gue juga jadi pengen ikutan makan. Iya, kebetulan saat itu perut gue  belum diisi makan dari pagi.

Nenek senang memasak. Walaupun usianya sudah tua, ia masih bisa bedain mana pecin, mana sabun cuci bubuk, sehingga makan buatannya sedep bener. Bahan-bahan masakan pun banyak nenek peroleh dari halaman rumah.  Kalo mau ngambil salam, sereh, dan jahe buat pewangi masakan yang berbau anyir, nenek tinggal ngambil di halaman belakang. Iyah, selain ada kandang ayam dan kolam ikan luas, di halaman belakang rumah juga terdapat tanaman-tanaman bumbu masakan. Selain sereh, salam, dan jahe, juga ada tomat, melinjo, dan daun pisang.

Awalnya gue curiga di halaman belakang rumah nenek dan kakek ada pedagang sayur keliling, eh setelah gue periksa ternyata gue salah. Ternyata nenek menanam sendiri tanaman bumbu masakan tersebut. Duh senangnya. Ini baru namanya tradisional. Tiap cucu-cucunya main ke sini, pasti mereka bakal senang karna mendapatkan hal yang enggak mereka dapatkan di kota.

Gue jadi kepikiran, ketika gue tua kelak, gue pengen tinggal di rumah seperti yang mereka tempati.


Pasti menyenangkan memiliki rumah dengan halaman yang luaaasss banget. Gue dan istri akan memanfaatkan halaman luas itu dengan baik, seperti kakek dan nenek yang gemar menanam dan memelihara hewan.

Setelah gue perhatikan, orang yang sudah tua cenderung memiliki hobby bercocok tanam atau memelihara ternak. Seperti yang sering gue lihat di film-film holywood, nenek-nenek yang berperan di film pasti berada dalam scene sedang bercocok tanam, atau merangkai bunga. Enggak pernah gue melihat nenek-nenek berperan dalam scene konser Wali Band sebagai penonton bayaran.

Dalam benak gue, halaman yang luas bisa dijadikan penyalur hobby bercocok tanam yang nyenengin. Kebayang gue dan istri kelak saat tua nanem tunas pisang ambon bareng. Gue ngejailin istri dengan nyoret pipinya pake tanah. Kemudian dia membalas nyoret jidat gue pake tanah juga. Gue enggak mau kalah membalas ngelempar dia pake tanah. Terus dia ngelempar gue pake cangkul. Gue terkapar.

Halaman yang luas identik dengan rumah di pedesaan. Nah gue juga pengen rumah gue kelak berada di pedesaan. Sudah penat rasanya tinggal di perkotaan yang bising. Selain itu polusi di kota membuat udara enggak lagi seger. Beda dengan udara di desa yang sejuk, tenang, sehingga membawa kedamaian di hati.

Dan yang terpenting dan utama, rumah gue kelak harus dekat dengan mesjid. Di umur yang sudah tua enggak ada lagi tujuan mencapai target yang bersifat duniawi. Ngapain lagi coba?

Rumah dekat dengan mesjid memudahkan gue untuk solat di masjid. Dengan raga yang udah enggak berotot seperti waktu muda, jangankan berjalan jauh, untuk pipis ke kamar mandi aja susah,  sehingga sering pakai pempers untuk manula. Memang, orang sepuh jangan jalan jauh-jauh, pasti enggak kuat.

Gue juga kesian tiap melihat Kakek Umar, jamaah mesjid deket rumah gue, yang harus jauh berangkat dari rumah naek otoped-nya ke mesjid untuk solat. Gue enggak tega. Pengen rasanya mindahin rumah tuh kakek ke dalem mesjid biar dia enggak usah jauh-jauh berangkat ke mesjid. Iya, maksud gue jadi marbot.

Well, demikianlah kriteria yang gue inginin ketika tua kelak.


This is the end of the post. Subscribe and share the inspiration!

4 comments:

  1. Kalo udah tua emang biasannya orang itu nyarinya ketenangan, udah capek sama hiruk pikuk dunia hehehe

    ReplyDelete
  2. hmm emang sih dokter aja pernah bilang kalau orang yang udah tua itu alias kakek nenek itu, suka banget yang namanya hamparan berwarna hijau yah seperti kebun begitu. Katanya mereka lebih suka menyatu dengan alam.

    wah mungkin bisa jadi list nih buat nyediain lahan di hari tua, eh tapi ane kuliah aja belum lulus, udah mikirin hari tua :3

    ReplyDelete
  3. nenek gue juga gitu, di usia senjanya beliau punya piaraan ayam sekandang sama sepasang merpati yang kadang kampret eeq kedalem ruang tamu, kalau rumah gue sama nenek sebelahan, jadi di usianya beliau gak terlalu kesepian lah.

    letak rumah juga gue rasa penting nih, jangan terlalu jauh juga dari rumah anak-anaknya, biar nanti ada kesuliatn yang gak diduga kan gak terlalu repot mau minta tolong siapa. gue juga tertarik pengen punya rumah di pedesaan tua kelak.

    ReplyDelete
  4. Rumah di pedesaan gtu emang enak ya, selain adem, suasananya jg bikin hati tentram... Pikiran tenang. Apalagi ada kolam ikan gurame gitu. Beehh. Enak banget kalo mau bakar2 tinggal ambil doang ikannya. Bumbu2 sm sayuran tinggal metik. Aku jg kpengen tinggal di rmh kyak gtu, di pedesaan.

    Krna nenekku gak tinggal di pedesaan, dan udh lama tinggal di kota, jd ya gtu, gaul abis. Hpnya aja android:( bukan tipe2 nenek2 yg hobi bercocok tanam, apalagi piara hewan._.

    ReplyDelete

Profil Penulis

My photo
Penulis blog ini adalah seorang lelaki jantan bernama Nurul Prayoga Abdillah, S.Pd. Ia baru saja menyelesaikan studinya di bidang Pendidikan Bahasa Inggris. Ia berniat meneruskan studinya ke jenjang yang lebih tinggi untuk memperdalam ilmu Pendidikan Bahasa Tumbuhan, namun sayang belum ada universitas yang membuka jurusan tersebut. Panggil saja ia “Yoga.” Ia adalah lelaki perkasa yang sangat sayang sekali sama Raisa. Di kamarnya banyak sekali terpajang foto Raisa. Sesekali di waktu senggangnya, ia mengedit foto Raisa seolah-olah sedang dirangkul oleh dirinya, atau sedang bersandar di bahunya, atau sedang menampar jidatnya yang lebar. Perlu anda tahu, Yoga memiliki jidat yang lebar. Karna itu ia sering masuk angin jika terlalu lama terpapar angin di area wajah. Jika anda ingin berkonsultasi seputar mata pelajaran Bahasa Inggris, atau bertanya-tanya tentang dunia kuliah, atau ingin mengirim penipuan “Mamah Minta Pulsa” silahkan anda kirim pesan anda ke nurulprayoga93@gmail.com. Atau mention ke twitternya di @nurulprayoga.

Find My Moments

Twitter